ini merupakan upaya penjabaran peristiwa khusus terorisme ke dalam peristiwa umum metode deduktif.
123
4. Karakteristik Organisasi Terorisme
Dalam praktiknya, pendekatan ini bisa digunakan
keduanya dikombinasikan.
Upaya untuk mencari karakteristik, pola operasi, dan sitem organisasi terorisme memiliki tingkat kesulitan yang sama. Hal ini dipengaruhi sifat dan
kegiatan terorisme yang selalu berubah dari masa ke masa. Meskipun demikan, secara umum ada 3 tiga karakteristik dari organisasi terorisme.
124
Pertama: Nonstate suported group. Organisasi teroris semacam ini merupakan organisasi terorisme yang paling sederhana. Organisasi ini tidak didukung oleh salah
satu negara melainkan sebagai kelompok kecil yang memiliki kepentingan khusus, seperti kelompok anti korupsi, kelompok anti globalisasi, dan lainnya. Hanya saja
dalam menjalankan aksi kelompok ini menggunakan cara teror seperti pembakaran, penjarahan, dan penyanderaan. Terlihat dari isu terornya, organisasi ini merupakan
organisasi teror yang menekankan pada aspek perjuangan ideologi dengan menciptakan kekacuan ideologi ideology disorder dalam tatanan masyarakat.
125
123
Ibid.
Kelompok organisasi teroris dalam kategori ini, memiliki kemampuan terbatas dan tidak dilengkapi dengan infrastruktur yang diperlukan untuk memberikan dukungan
demi kelangsungan kelompoknya pada periode waktu tertentu.
124
Adjie Suradji., Op. cit., hal. 16-17.
125
Ali Khan., “A Legal Theory of International Terrorism,” Journal Connecticut Law Review, 1982, hal. 6.
Universitas Sumatera Utara
Kedua, state sponsored groups. Organisasi terorisme jenis ini memperoleh dukungan baik berupa dukungan logistik, pelatihan militer, maupun dukungan
administratif dari negara asing. Berbeda dengan jenis yang pertama, kelompok ini bersifat profesional, artinya memiliki struktur organisasi yang jelas meskipun bersifat
rahasia atau tertutup. Cara yang digunakan dalam melakukan teror lebih terorganisir dan terencana. Contoh kelompok teroris yang termasuk dalam kategori ini antara lain,
Provisional Irish Republican Army PIRA yang dibentuk pada tahun 1970 dengan jumlah anggota dua ratus hingga empat ratus yang memiliki daerah operasi di Irlandia
Utara. PIRA merupakan kelompok teroris yang bertanggung jawab atas pembunuhan Robert Bradford, anggota Parlemen Inggris di Belfast dan juga pada peristiwa
peledakan bom dipintu belakang Royal Courts. Kelompok ini mendapatkan sponsor dari Libya berupa pasokan senjata, tempat pelatihan, dan logistik dalam menjalankan
aksinya. Contoh yang teraktual dari kelompok dalam kategori ini adalah kelompok teroris yang diberi nama Jamaah Islamiyah yang memiliki hubungan erat dengan
kelompok Al-Qaeda dan bertanggung jawab atas peledakan bom di Bali Keberadaan kelompok Jamaah Islamiyah sesunguhnya belum bisa dibuktikan secara tepat,
terutama kaitan kelompok ini dengan kelompok teroris internasional Al-Qaeda. Penggunaan nama Jamaah Islamiyah pada kelompok ini menuai kritik dari beberapa
kalangan intelektual muslim, karena penggunaan istilah Jamaah Islamiyah pada kelompok tersebut berarti “kumpulan umat islam”, yang berarti merujuk pada seluruh
orang yang menganut agama Islam.
Universitas Sumatera Utara
Ketiga, state directed groups. Organisasi kelompok teroris ini berupa organisasi yang didukung langsung oleh suatu negara. Berbeda dengan state
sponsored groups, negara memberikan dukungannya secara terang-terangan, bahkan negara membentuk organisasi teroris, meskipun negara tersebut tidak pernah
mengklaim organisasi bentukannya merupakan organisasi teror. Contoh dari organisasi ini adalah organisasi special force yang dibentuk Iran pada tahun 1984,
untuk tujuan penyebaran paham Islam fundamentalis di wilayah Teluk Persia dan
Afrika Utara.
Universitas Sumatera Utara
BAB III PERAN POLRI DALAM PEMBERANTASAN
TINDAK PIDANA TERORISME MELALUI PEMBENTUKAN DENSUS 88 ANTI TEROR
A. Polri dan Penegakan Hukum 1. Tugas, Fungsi, dan Kewenangan Polri
Menyangkut tugas, fungsi, dan wewenang, berkaitan dengan teori tentang peranan role theory, peranan adalah sekumpulan tingkah laku yang dihubungkan
dengan suatu posisi tertentu. Menurut teori ini, peranan yang berbeda membuat jenis tingkah laku atau tata kerja yang berbeda pula. Peran mengandung implikasi lakon
yang harus dijalankan sehubungan dengan atribut yang melekat pada individu maupun institusi. Peran yang diberikan kepada Polri mencakup fungsi, tugas, dan
wewenangnya sesuai dengan aturan yang diamatkan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.
126
Sehubungan dengan peranan tersebut setiap orang, lembaga, institusi dan lain-lain mempunyai peran pada
masing-masing kedudukannya, lembaganya, atau institusinya. Polri berperan dalam sistem keamanan nasional, menjaga stabilitas keamanan, menciptakan kondisi negara
dalam keadaan tidak kacau sehingga tujuan pembangunan nasional dapat berjalan dengan baik.
127
126
Indria Samego., Peranan Polri Dalam Kerangka Kerja Sistem Keamanan Nasional, Jakarta: Kepolisian Negara Republik Indonesia, 2006, hal. 1.
127
http:indonesia.heartnsouls.comceritadc370.shtml, diakses tanggal 16 Juni 2011.
Universitas Sumatera Utara
Setelah orde baru, paradigma Polri berbeda dengan sebelumnya dimana bahwa Polri tidak lagi dijadikan sebagai instrumen dalam rejim pembangunan bangsa
Indonesia saat ini, maka dikenal sebagai pengemban Tri Brata melakukan perubahan mulai dari paradigmatik sampai ke empirik.
128
Plato, menyebutkankan ada 3 tiga kekuatan sosial yang sangat mempengaruhi stabilitas suatu negara. Tiga kekuatan sosial tersebut adalah: Militer
Angkatan Bersenjata; Kaum intelektual; dan Kaum Interpreneur pengusaha. Tanpa semangat yang demikian,
kepercayaan publik atas perubahan peran yang dimaksud akan terus merosot. Apabila hal tersebut terjadi, maka terhadap institusi Polri tidak dapat dikatakan sebagai
Kepolisian Republik Indonesia, melainkan Kepolisian yang jauh dari rakyat yang harus dilindungi dan dilayani yakni rakyat Indonesia.
129
128
Awaloedin Djamin., Sejarah Perkembangan Kepolisian di Indonesia, dari Zaman Kuno Sampai Sekarang, Op. cit., hal. 493. Sesuai dengan tuntutan reformasi, Tri Brata pun mendapatkan
pemaknaan baru. Bila sebelumnya menggunakan bahasa Sangskerta, sejak Sarasehan Sespimpol tanggal 17-18 Juni 2002 di Lembang, dasar dan pedoman moral Kepolisian Negara Republik
Indonesia, dalam bahasan Indonesia maknanya adalah: pertama, berbakti kepada nusa dan bangsa dengan penuh ketaqwaan kepada tuhan Yang Maha Esa; kedua. menjunjung tinggi kebenaran, keadilan
dan kemanusiaan dalam menegakkan hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945; dna ketiga senantiasa melindungi, mengayomi, dan melayani
masyarakat dengan keikhlasan untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban.
Apabila ketiga kekuatan sosial ini dapat dijalankan sesuai dengan peranan dan fungsinya masing-masing, dapat dipastikan bahwa pembangunan nasional di
Indonesia dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 beserta amandemennya. Teori Plato tersebut dibenarkan dan
diterapkan dalam tubuh Polri sejak Sanoesi diangkat menjadi Kapolri pada tahun
129
Plato, dalam Sanoesi., Op. cit., hal. 342.
Universitas Sumatera Utara
1987 dijadikannya sebagai strategi dalam menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat di Indonesia.
130
Perkembangan kemajuan masyarakat yang cukup pesat, seiring dengan merebaknya fenomena supremasi hukum, hak asasi manusia, globalisasi,
demokratisasi, desentralisasi, transparansi, dan akuntabilitas, telah melahirkan berbagai paradigma baru dalam melihat tujuan, tugas, fungsi, wewenang dan
tanggung jawab Polri yang selanjutnya menyebabkan pula munculnya berbagai tuntutan dan harapan masyarakat terhadap pelaksanaan tugas Kepolisian Negara
Republik Indonesia yang makin meningkat dan lebih berorientasi kepada masyarakat yang dilayaninya.
131
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian UU Kepolisian didasarkan kepada paradigma baru sehingga dapat lebih memantapkan kedudukan
dan peranan serta pelaksanaan tugas Polri sebagai bagian integral dari reformasi menyeluruh segenap tatanan kehidupan bangsa dan negara dalam mewujudkan
masyarakat madani yang adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
132
130
Ibid.
131
Sejak ditetapkannya Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Bab XII tentang Pertahanan dan Keamanan Negara, Ketetapan MPR RI No.
VIMPR2000 dan Ketetapan MPR RI No. VIIMPR2000, maka secara konstitusional telah terjadi perubahan yang menegaskan rumusan tugas, fungsi, dan peran Kepolisian Negara Republik Indonesia
serta pemisahan kelembagaan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peran dan fungsi masing-masing.
132
Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Perubahan Kedua, Ketetapan MPR RI No. VIMPR2000 dan Ketetapan MPR RI No. VIIMPR2000, keamanan
dalam negeri dirumuskan sebagai format tujuan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan secara konsisten dinyatakan dalam perincian tugas pokok yaitu memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, menegakkan hukum, serta melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat. Namun,
Universitas Sumatera Utara
Polri melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya.
Namun, tindakan pencegahan tetap diutamakan melalui pengembangan asas preventif dan asas kewajiban umum kepolisian, yaitu memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat. Dalam hal ini setiap Polisi memiliki kewenangan diskresi, yaitu kewenangan untuk bertindak demi kepentingan umum berdasarkan penilaian
sendiri.
133
Diharuskan komitmen para pejabat Polri terhadap pelaksanaan tugasnya dan juga komitmen masyarakat untuk secara aktif berpartisipasi dalam mewujudkan Polri
yang mandiri, profesional, dan memenuhi harapan masyarakat. Fungsi Kepolisian dalam Pasal 2 ditegaskan sebagai fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan
keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
Pemaknaan fungsi pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat bisa beragam dan berbagai tinjauan, namun kesamaan persepsi dan langkah tindak dari
pemaknaan peran itu mengandung makna bahwa pelindung adalah kemampuan Polri memberikan perlindungan terhadap masyarakat sehingga terbebas dari rasa takut,
bebas dari ancaman atau bahaya serta merasa tenteram dan damai. Pengayom dimaknai kemampuan Polri memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, dorongan,
dalam penyelenggaraan fungsi kepolisian, Kepolisian Negara Republik Indonesia secara fungsional dibantu oleh kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan
swakarsa melalui pengembangan asas subsidiaritas dan asas partisipasi.
133
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 mengatur pula pembinaan profesi dan kode etik profesi agar tindakan pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat dipertanggungjawabkan,
baik secara hukum, moral, maupun secara teknik profesi dan terutama hak asasi manusia.
Universitas Sumatera Utara
ajakan, pesan, dan nasehat yang dirasakan bermanfaat bagi masyarakat guna tercapainya rasa aman dan tenteram. Pemaknaan pelayan adalah kemampuan Polri
dalam setiap langkah pengabdiannya dilakukan secara bermoral, beretika, bermoral, sopan, ramah, dan proporsional.
134
Polri sebagai pelaksana fungsi pemerintahan harus berprinsip dan berpijak pada etika, dan melakukan pengawasan atas birokrasi yang bertanggung jawab
melaksanakan kebijaksanaan dan program. Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan pemerintahan, pemerintah harus pula mengedepankan kemauan politik untuk menjaga
tata kelola pemerintahannya selalu bersih good governance. Sebab Polri salah satu penopang pemerintahan pada dasarnya memiliki tugas pokok yaitu melayani publik
sesuai dengan prinsip-prinsip good governance yang meliputi: Partisipasi masyarakat; Tegaknya supremasi hukum; Transparansi; Peduli pada stakeholder; Berorientasi
pada konsensus; Kesetaraan; Efektivitas dan efisiensi; Akuntabilitas; dan Visi strategis. Agar berjalan good governance semua prinsip-prinsip Good Governance
harus diupayakan oleh Birokrasi Pemerintah. Oleh karena itu, prinsip-prinsip tersebut harus menjadi pedoman birokrasi Polri dalam melaksanakan tugas, dan wewenangnya
untuk melindungi, mengayomi, dan melayani publik.
135
Dalam Bab III UU Kepolisian Republik Indonesia, terdapat 7 tujuh ketentuan yang menentukan mengatur tentang tugas dan wewenang Polri dalam
134
Dadang Garnida, Buku Pedoman Pelaksanaan Tugas Bintara Polri Di Lapangan, Jakarta: Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia, 2005, hal. 10.
135
Sofyan Nasution, “Upaya Mendorong Birokrasi Pemerintah Berlandaskan Prinsip-Prinsip Good Governance”, Makalah Disampaikan pada Seminar tentang Diseminasi Policy Paper, yang
diadakan oleh Komisi Hukum Nasional Republik Indonesia, tanggal 1-2 Oktober 2003, Medan, Sumatera Utara, hal. 1-5.
Universitas Sumatera Utara
mewujudkan pengayoman, perlindungan, dan pelayanannya terhadap masyarakat, yaitu: Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18, dan Pasal 19. Dalam
Pasal 13 UU Kepolisian, disebutkan bahwa tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah: Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; Menegakkan
hukum; dan Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
Rumusan tugas pokok tersebut bukan merupakan urutan prioritas, namun ketiga-tiganya sama penting, sedangkan dalam pelaksanaannya tugas pokok mana
yang akan dikedepankan sangat tergantung pada situasi masyarakat dan lingkungan yang dihadapi karena pada dasarnya ketiga tugas pokok tersebut dilaksanakan secara
simultan dan dapat dikombinasikan. Di samping itu, dalam pelaksanaan tugas ini harus berdasarkan norma hukum, mengindahkan norma agama, dan menjunjung
tinggi hak asasi manusia. Pasal 14 ayat 1 UU Kepolisian ditentukan bahwa dalam melaksanakan tugas
pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas:
a. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap
kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan; b.
Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan;
c. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran
hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;
d. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;
e. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
Universitas Sumatera Utara
f. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap
kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa;
g. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai
dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya; h.
Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas
kepolisian; i.
Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban danatau bencana termasuk memberikan
bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia; j.
Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi danatau pihak yang berwenang;
k. Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya
dalam lingkup tugas kepolisian; serta l.
Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 15 ayat 1 UU Kepolisian ditentukan bahwa dalam rangka
menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan Pasal 14 Kepolisian Negara Republik Indonesia secara umum berwenang:
a. Menerima laporan danatau pengaduan;
b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat
mengganggu ketertiban umum; c.
Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat; d.
Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa;
e. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif
kepolisian; f.
Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam rangka pencegahan;
g. Melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;
h. Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang;
i. Mencari keterangan dan barang bukti;
j. Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional;
k. Mengeluarkan surat izin danatau surat keterangan yang diperlukan dalam
rangka pelayanan masyarakat; l.
Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat;
m. Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu.
Universitas Sumatera Utara
Sementara itu dalam Pasal 15 ayat 2 UU Kepolisian ditentukan pula bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan
lainnya berwenang: a.
Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan masyarakat lainnya;
b. Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor;
c. Memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor;
d. Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik;
e. Memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan
senjata tajam; f.
Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan usaha di bidang jasa pengamanan;
g. Memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan
petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian; h.
Melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan memberantas kejahatan internasional;
i. Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang
berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait; j.
Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian internasional;
k. Melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas
kepolisian. Tugas dan wewenangnya dalam bidang pidana diatur dalam Pasal 16 ayat 1
ditentukan bahwa dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan Pasal 14 di bidang proses pidana, Kepolisian Negara Republik
Indonesia berwenang untuk: a.
Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan; b.
Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan;
c. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka
penyidikan; d.
Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri;
e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
Universitas Sumatera Utara
g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara; h.
Mengadakan penghentian penyidikan; i.
Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum; j.
Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau
mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana;
k. Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri
sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum; dan
l. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
Tindakan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf l di atas adalah tindakan penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan jika memenuhi syarat
sebagai berikut: a.
Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum; b.
Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut dilakukan;
c. Harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya;
d. Pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa; dan
e. Menghormati hak asasi manusia.
Sehubungan dengan tugas dan wewenang Kepolisian di atas, dalam hal pelaksanaan tugas dan wewenang tersebut dalam Pasal 17 disebutkan bahwa Pejabat
Kepolisian Negara Republik Indonesia menjalankan tugas dan wewenangnya di seluruh wilayah negara Republik Indonesia, khususnya di daerah hukum pejabat yang
bersangkutan ditugaskan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hubugan antara tugas dan wewenang dengan keadaan darurat mengenai suatu
hal tertentu, maka untuk mengantisipasi keadaan darurat tersebut, dalam Pasal 18 disebutkan pula tindakan yang perlu diambil dan dianggap perlu. Katentuan Pasal 18
berbunyi:
Universitas Sumatera Utara
a. Untuk kepentingan umum pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat bertindak menurut penilaiannya sendiri.
b. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya dapat
dilakukan dalam keadaan yang sangat perlu dengan memperhatikan peraturan perundangundangan, serta Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Polri tidak dibenarkan bertindak dengan sewenang-wenang dalam menangani setiap perkara atau peristiwa
yang terjadi dalam masyarakat. Namun harus berpedoman kepada ketentuan dalam Pasal 19 yang menyebutkan bahwa Polri harus mengindahkan norma-norma yang
berlaku dan berkembang dalam masyarakat, selengkapnya ketentuan dalam Pasal 19 dinyatakan sebagai berikut:
a. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, pejabat Kepolisian Negara
Republik Indonesia senantiasa bertindak berdasarkan norma hukum dan mengindahkan norma agama, kesopanan, kesusilaan, serta menjunjung tinggi
hak asasi manusia.
b. Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam ayat
1, Kepolisian Negara Republik Indonesia mengutamakan tindakan pencegahan.
Dengan tugas dan wewenang yang disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia, Polri dapat mengemban
amanah undang-undang sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku khususnya pasal-pasal yang berhubungan dengan kejahatan misalnya kejahatan
terorisme. Sebagaimana Indria Samego, menyebutkan bahwa Polri dalam sangat diharapkan dalam memberantas kejahatan secara mandiri dan profesional.
136
136
Indria Samego., Reformasi Berkelanjutan: Institusi Kepolisian Republik Indonesia, Bidang Sumber Daya Manusia, Kemitraan, Jakarta: LMUI dan Kepolisian Negara RI, 2006, hal. 7.
Universitas Sumatera Utara
Sedemikian rincinya disebutkan peranan Polri dalam UU Kepolisian sebagaimana tersebut di atas, menurut Awaloedin Djamin, menjadikan Polri memiliki
tugas mulai dari proses pre-emptif, preventif, dan refresif. Keseluruhan tugas dan wewenang tersebut, merupakan fungsi Polisi yang bersifat universal. Namun, dalam
konteks di Indonesia, Polri lebih ditekankan kepada fungsi preventif dan refresif.
137
2. Polri Sebagai Penegak Hukum