Densus 88 Anti Teror Polri dibentuk setelah bom Bali tahun 2002 dan mulai beroperasi pada tahun 2003. Densus 88 Anti Teror berada di bawah perintah Badan
Reserse Kriminal Polri Bareskrim Polri dipimpin oleh Kabareskrim dengan pangkat Komisaris Jenderal Polisi berdasarkan Keputusan Kapolri No Pol: Kep22VI2004
tanggal 30 Juni 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Bareskrim yang sebelumnya Bareskrim ini bernama Korps Reserse Polri pada pada tahun 1997. Korps Reserse
Polri berganti nama menjadi Badan Reserse Kriminal Polri Bareskrim Polri pada tanggal 30 Juni 2004.
181
2. Struktur Organisasi, Kemampuan Personil, Peralatan, dan Pembiayaan Densus 88 Anti Teror Polri
Struktur organisasi Densus 88 Anti Teror Polri memiliki empat pilar pendukung operasional setingkat Sub Detasemen Subden yakni: Subden Intelijen,
Subden Penindakan, Subden Investigasi, dan Subden Perbantuan. Subden-subden Densus 88 Anti Teror Polri memiliki unit-unit yang menjadi pondasi pendukung bagi
operasional Densus 88 Anti Teror Polri, seperti pada Subden Intelijen terdapat Unit Analisa, Deteksi, Unit Kontra Intelijen, pada Subden Penindakan terdapat Unit
Negoisasi, Pendahulu, Unit Penetrasi, dan Unit Jihandak. Sedangkan pada Subden Investigasi membawahi Unit Olah TKP, Unit Riksa, dan Unit Bantuan Teknis, pada
Subden Bantuan terdapat Unit Bantuan Operasional dan Unit Bantuan Administrasi.
181
Densus 88 Anti Teror Polri diresmikan oleh Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Firman Gani pada tanggal 26 Agustus 2004 yang pada awalnya beranggotakan 75
orang dan dipimpin oleh Ajun Komisaris Besar Polisi Tito Karnavian yang pernah mendapat pelatihan di beberapa negara.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena struktur Densus 88 Anti Teror Polri yang memiliki subden-subden ini dapat dipahami bajwa Polri khususnya Densus 88 dalam memberantas tindak pidana
terorisme di Indonesia dilakukan berbagai kebijakan baik kebijakan secara penal maupun non penal.
182
Salah satu prasyarat dari rekruitmen bagi anggota dan personil Densus 88 Anti Teror Polri dari negara pemberi bantuan dana mempersyaratkan pembentukan
kesatuan khusus anti teror adalah anggota dan personil Polri yang belum pernah ditugaskan di Aceh, Papua, maupun Timor-Timur yang banyak melakukan
pelanggaran HAM, akan tetapi agak sulit untuk direalisasikan persyaratan tersebut karena banyak dari personil Densus 88 Anti Teror Polri berasal dari Brimob Polri
kesatuan khusus yang memiliki kualifikasi tempur. Sehingga permintaan tersebut diperlonggar dengan pola pendekatan keterampilan yang layak sebagai anggota
kesatuan khusus. Selain unsur Brimob khususnya dari Gegana, unsur lain yang menjadi pilar pendukung Densus 88 Anti Teror adalah dari Badan Intelijen
Keamanan Baintelkam Polri dan Bareskrim. Selain itu, rekrutimen personil Densus 88 Anti Teror Polri juga dapat berasal dari Akademi Kepolisian Akpol, Sekolah
Polwan, dan unsur sekolah kekhususan yang ada di lingkungan Polri. Secara organisasi, Densus 88 Anti Teror Polri berada di bawah Mabes Polri
dan Polda, untuk yang di Mabes Polri berada di bawah Badan Reserse Kriminal Bareskrim Mabes Polri yang dipimpin oleh Kepala Densus 88 AT Polri dengan
182
Galih Priatmodjo., Densus 88 The Undaercover Squad-Mengungkapkan Kesatuan Elit “Pasukan hanut” Anti Teror, Op. cit., hal. 47.
Universitas Sumatera Utara
pangkat Brigadir Jenderal Polisi. Pada tingkat Mabes Polri, Kepala Densus 88 Anti Teror baru terjadi pergantian pimpinan dua kali, yakni yang pertama Brigjen Polisi
Bekto Suprapto, kedua Brigjen Polisi Surya Dharma Salim Nasution hingga sekarang. Pada tingkat Polda, Densus 88 AT Polri berada di bawah Direktorat Serse Ditserse
yang dipimpin oleh perwira menengah polisi, tergantung tipe Poldanya, untuk Polda Tipe A Densus 88 Anti Teror Polri dipimpin oleh perwira menengah berpangkat
Komisaris Besar Polisi, sedangkan di Polda Tipe B dan Persiapan dipimpin oleh perwira menengah berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi. Fungsi Densus 88 di
tingkat Polda adalah memeriksa laporan aktifitas teror di daerah. Melakukan penangkapan kepada personil atau seseorang atau sekelompok orang yang dipastikan
merupakan anggota jaringan teroris yang dapat membahayakan keutuhan dan keamanan negara Republik Indonesia.
Jumlah personil Densus 88 Anti Teror Polri saat ini di tingkat pusat tidak lebih dari 400 orang dengan kualifikasi anti teror terbaik, sedangkan di tingkat Polda,
personil Densus 88 Anti Teror Polri berkisar antara 50 hingga 75 personil. Sebelum direkrut dan menjadi anggota Densus 88 AT Polri, para anggota Polri tersebut
terlebih dahulu dilatih di Pusat Pendidikan Pusdik Reserse Polri di kawasan Mega Mendung Jawa Barat dan di Pusat Pendidikan Anti Teror Nasional atau Platina
Kompleks Akademi Kepolisian Semarang. Selain dari internal Polri, para pengajar dan pelatih berasal dari instruktur CIA, FBI, National Service dari Australia, dan
jaringan organisasi intelijen Barat lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Dukungan persenjataan dan peralatan pendukung lainnya sangat canggih misalnya senapan serbu jenis Colt-M4 5,56 mm, jenis Steyr-AUG senapan
penembak jitu, Armalite AR-10, dan Shotgun model Remington-870 yang ringan buatan AS. Setiap personil Densus 88 Anti Teror Polri dilengkapi dengan peralatan
personal maupun tim misalnya alat komunikasi personal, GPS, kamera pengintai malam, alat penyadap dan perekam mikro, pesawat interceptor, mesin pengacak
sinyal, dan lain-lain. Densus 88 Anti Teror Polri juga bekerja sama dengan operator telepon seluler, dan internet untuk mendeteksi setiap pergerakan kelompok terorisme
dalam berkomunikasi. Sementara untuk unit penjinak bom juga diperlengkapi dengan peralatan pendukung misalnya pendeteksi logam terbaru, sarung tangan dan masker
khusus, rompi dan sepatu anti ranjau darat, serta kendaraan taktis peredam bom.
183
Densus 88 Anti Teror Polri juga dilengkapi dengan robot penjinak bom yang disebut dengan Morolipi VI,0 didesain seringkas mungkin dengan fungsi optimal.
Morolipi VI,0 memiliki dua ruas lengan yang dapat bergerak bebas bergerak kelima arah, berputar 360 derajat, mampu menekuk, terdapat gipper sebagai alat penjepit dan
pemotong kabel berukuran 2 mm yang mengalir arus listrik sebelum sampai ke bahan peledak. Morolipi VI,0 didukung dengan kamera pengintai, sensor infra merah,
pengontrol artikulator yang bisa mengirim detail gambar ke komputer.
184
183
Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia Mabes Polri.
184
Galih Priatmodjo., Densus 88 The Undaercover Squad-Mengungkapkan Kesatuan Elit “Pasukan hanut” Anti Teror, Op. cit., hal. 74-75. Robo Morolipi VI,0 dikembangkan oleh Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia sejak tahun 2004.
Universitas Sumatera Utara
Dukungan anggaran untuk membentuk Densus 88 Anti Teror Polri berasal dari pemerintah Amerika Serikat melalui Jasa Keamanan Diplomatik US Diplomatic
Security, State Department. Pembentukan Densus 88 Anti Teror Polri pada awal pembentukannya memiliki dana tidak kurang dari Rp.150 Milyar pada tahun 2003,
sedangkan tahun pada tahun 2004 dana operasional yang dimiliki Densus 88 Anti Teror Polri hanya Rp.1,5 Milyar hal ini disebabkan karena alokasi anggaran
pembentukan di pertengahan tahun 2003 berlebih. Pada tahun 2005 anggaran yang digunakan membesar menjadi Rp.15 Milyar dan pada anggaran tahun 2006
meningkat fantastis menjadi Rp.43 Milyar. Dana di tahun 2006 tersebut belum untuk pembentukan Densus 88 Anti Teror Polri di daerah karena pada kenyataannya para
Kapolda yang bersangkutan kreatif dalam mencari bantuan anggaran untuk pengembangan Densus 88 AT Polri di wilayahnya.
185
Perlu untuk dipahami bahwa Densus 88 Anti Teror akan diubah menjadi sebuah Korps 88 di institusi Polri dan akan dipimpin oleh perwira tinggi polri dengan
pangkat inspektur jenderal yang level bintang dua. Mabes Polri berencana akan memisahkan Densus 88 dari jajaran Bareskrim Polri. Dijadikannya Densus 88 sebagai
Korps 88, maka institusi itu akan langsung berada di bawah kendali Mabes Polri. Satuan Densus 88 di daerah ditiadakan, haya ada Crisis Respon Time CRT Anti
185
Gatra., tanggal 19 November 2005, hal. 2, lihat juga Tempo., tanggal 28 November 2005, hal. 2-3. Sebagaimana yang dilakukan oleh Irjen Pol. Firman Gani ketika menjabat sebagai Kapolda
Metro Jaya mampu membangun gedung Densus 88 Anti Teror atas bantuan Swadaya. Meski dilarang sebagaimana diatur dalam UU Kepolisian, namun dengan keterbatasan anggaran negara, maka proses
tersebut menjadi satu pembenaran bagi Polda-Polda lain untuk mengikuti jejak Polda Metro Jaya. Sumber: Mabes Polri 2006. Lihat: http:densus88-antiteror.blogspot.compdensus-88-at-dan-
pemberantasan.html, diakses tanggal 27 Maret 2011.
Universitas Sumatera Utara
Teror Polda sebagai pemukul yang sudah dididik di Amerika dan satuan Brimob. Itulah sebabnya saat ini sudah dimulai penarikan anggota Densus 88 Anti Teror ke
pusat. Direktorat Lalu Lintas pun juga akan diganti nama menjadi Korps Lalu Lintas Polri dengan level naik bintang dua.
3. Arti Lambang Densus 88 Anti Teror Polri