Hambatan Internal Peran Polri Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme

BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN YANG DIHADAPI POLRI DAN SOLUSI

MENGATASI HAMBATAN-HAMBATAN DALAM MEMBERANTAS TINDAK PIDANA TERORISME

A. Hambatan-Hambatan Dalam Memberantas Tindak Pidana Terorisme

Seluruh hal-hal baik bersifat abstrak maupun konkrit yang berlawanan dengan maksud dan tujuan pemberantasan tindak pidana terorisme di Indonesia melalui upaya mengoptimalkan peran Polri khususnya Densus 88 Anti Teror Polri dikategorikan sebagai hambatan-hambatan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi. Hambatan-hambatan yang dihadapi Polri dikelompokkan menjadi 3 tiga bahagian yaitu hambatan internal, hambatan eksternal, dan hambatan dari sisi perundang- undangan yang berlaku, diuraikan sebagai berikut:

1. Hambatan Internal

Hambatan-hambatan yang dihadapi Polri dari sisi internal dimaksud merupakan hambatan yang berada pada institusi Polri itu sendiri. Hambatan- hambatan tersebut adalah sebagai berikut: 193 a. Penggunaan kode rahasia Densus 88 Anti Teror Polri antara pusat dan daerah sering membingungkan CRT di daerah; 193 Wawancara dengan Kaden Gegana Brimob Polda Sumut, tanggal 10 sd 11 Juni 2011. Lihat juga: Bekto Suprapto., “Pengalaman Investigasi Kasus Terorisme di Indonesia dan Permasalahannya”, Makalah disampaikan pada Seminar Penanganan Terorisme Sebagai Tindak Pidana Khusus, Jakarta, tanggal 28 Juni 2001, hal. 4. Lihat juga: Abdul Gani Abdullah., “Undang- Undang Terorisme dan Penerapannya di Indonesia”, Makalah sebagai bahan diskusi dalam Forum Diskusi Masalah Hukum dan Terorisme, tanggal 18-19 Februari 2005 di Novotel Bogor, hal. 20-22. Universitas Sumatera Utara b. Hasil akhir penyerbuan teroris umumnya menghasilkan kematian bagi teroris bukan dilakukan penangkapan hidup-hidup; c. Jenjang struktur organisasi Densus 88 Anti Teror berada di bawah Bareskrim tidak berada langsung di bawah Mabes Polri merupakan suatu faktor penghambat misalnya kurangnya pengawasan dan kontrol dari mabes; d. Oleh sebab Densus 88 Anti Teror Polri berada di bawah Bareskrim Polri, maka tidak hanya urusan terorisme, urusan Bareskrim yang lain pun menjadi urusan Densus 88 Anti Teror misalnya masalah narkoba, pembalakan hutan illegal logging, dan lain-lain. Sebenarnya tujuan utama pembentukan Densus 88 Anti Teror Polri dikhususkan untuk masalah terorisme sehingga dengan berperannya Densus 88 Anti Teror dalam urusan tindak pidana khusus lainnya dapat menimbulkan persepsi seolah Densus 88 Anti Teror adalah pasukan elit yang serba bisa segalanya; e. Hambatan dari aspek kemajuan teknologi bahwa bagi teroris menjalin komunikasi dengan dunia luar melalui internet, merupakan sarana utamanya, melalui komunikasi email dan tidak sembarangan orang masuk ke dalam kelompok teroris maka komunikasi lintas negara dapat dilakukan dengan leluasa tanpa diketahui siapa, apa dan bagaimana, kecuali hanya kelompok jaringannya sendiri. Polri mengalami kesulitan dalam menghadapi kejahatan yang menggunakan teknologi, belum memiliki pegangan security management, termasuk peralatan pengamanannya; Universitas Sumatera Utara f. Hambatan lain yaitu belum adanya konsistensi dan keseriusan dalam mencegah terjadinya aksi terorisme oleh semua pihak. Sinergitas instansi lainnya seperti bea cukai, imigrasi, perhubungan dan keuanganperbankan sangat diperlukan guna pencegahan terorisme di Indonesia. g. Masih kurangnya personil Densus 88 Anti Teror baik pusat maupun daerah. h. Kemampuan yang dimiliki Densus 88 Anti Teror di tingkat pusat berbeda dengan di tingkat daerah.

2. Hambatan Eksternal