Ukuran identifikasi, kubus coba harus ditandai dengan suatu kode yang

258 4.7 TEST KUBUS a. Konsultan MK berhak meminta setiap saat kepada Kontraktor untuk membuat kubus coba dari adukan beton yang dibuat. b. Selama pengecoran beton harus selalu dibuat benda-benda uji. Setiap 5 m 3 adukan beton dibuat 1 buah benda uji. c. Cetakan kubus coba harus berbentuk bujur sangkar dalam segala arah dan memenuhi syarat-syarat dalam PBI 1971. d. Ukuran kubus coba atau benda uji adalah 15 x 15 x 15 cm 3 . Pengambilan adukan beton, percetakan kubus coba dan curingnya harus dibawah konsultan MK. Produsennya harus memenuhi syarat- syarat dalam PBI 1971.

e. Ukuran identifikasi, kubus coba harus ditandai dengan suatu kode yang

dapat menunjukkan tanggal pengecoran, pembuatan adukan struktur yang bersangkutan dan lain-lain yang perlu dicatat. f. Pengujian dilakukan sesuai dengan PBI 1971 Bab 4.7 termasuk juga pengujian-pengujian slum dan pengujian-pengujian tekanan. g. Semua biaya untuk pembuatan dan percobaan kubus coba menjadi tanggung jawab kontraktor. h. Semua kubus coba harus ditest pada laboratorium yang berwenang dan disetujui konsultan MK. i. Laporan hasil percobaan harus diserahkan kepada konsultan MK segera sesudah percobaan, paling lambat 7 tujuh hari sesudah pengecoran, dengan mencantumkan besarnya kekuatan karakteristik, 259 deviasi stándar, campuran adukan, berat kubus benda uji dan data-data lain yang diperlukan. j. Apabila dalam pelaksanaan terdapat mutu beton yang tidak memenuhi spesifikasi, maka konsultan MK berhak meminta kontraktor agar mengadakan percobaan non destruktif atau kalau memungkinkan mengadakanpercobaan coring. Percobaan ini harus memenuhi syarat- syarat dalam PBI 1971. Apabila gagal, maka bagian tersebut harus dibongkar dan dibangun kembali sesuai dengan petunjuk konsultan MK. Semua biaya untuk percobaan dan akibat-akibat gagalnya pekerjaan menjadi tanggung jawab kontraktor. . k. Kontraktor diharuskan mengadakan slum test menurut syarat-syarat dalam PBI 1971. Slum berkisar antara 8-12 cm. 4.8 CETAKAN BETON a. Kontraktor harus memberikan sample bahan yang akan dipakai untuk cetakan beton untuk disetujui oleh Konsultan MK. b. Cetakan beton harus dibersihkan dari segala kotoran yang melekat seperti potongan-potongan kayu, paku, tahi gergaji, tanah dan sebagainya. c. Cetakan beton harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kebocoran atau hilangnya air hujan selama pengecoran, tetap lurus tidak berubah bentuk dan tidak bergoyang. d. Untuk beton exposed, cetakan beton yang digunakan harus memberikan hasil permukaan beton yang baik, halus tidak kasar dan 260 mempunyai warna yang merata pada seluruh permukaan beton tersebut. e. Permukaan cetakan beton yang bersentuhan dengan beton harus dicoating dengan oli, untuk mempermudah saat pembongkaran cetakan dan memperbaiki permukaan beton. f. Jika kontraktor ingin menggunakan cetakan berupa sistem, maka kontraktor harus mengajukannya kepada konsultan MK untuk dimintakan persetujuannya. 4.9 PENGECORAN BETON a. Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian- bagian utama dari pekerjaan, Kontraktor harus memberitahukan konsultan MK dan mandapatkan persetujuannya. Jika tidak ada persetujuan, maka kontraktor dapat diperintahkan untuk menyingkirkanmembongkar beton yang sudah dicor tanpa persetujuan, atas biaya kontraktor sendiri. b. Adukan beton harus secepatnya dibawa ke tempat pengecoran dengan menggunakan cara metode yang sepraktis mungkin, sehingga tidak memungkinkan adanya pengendapan agregat dan tercampurnya kotoran-kotoran atau bahan lain dari luar. Penggunaan alat-alat pengangkutan mesin haruslah mendapat persetujuan konsultan MK, sebelum alat-alat tersebut didatangkan ke tempat pekerjaan. Semua alat-alat pengangkutan yang digunakan pada setiap waktu harus dibersihkan dari sisa-sisa adukan yang mengeras. 261 c. Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum pemasangan besi beton selesai diperiksa oleh dan mendapat persetujuan konsultan MK. d. Sebelum pengecoran dimulai, maka tempat-tempat yang akan dicor terlebih dahulu harus dibersihkan dari segala kotoran-kotoran potongan kayu, batu, tanah dan lain-lain dan dibasahi dengan air semen.

e. Pengecoran dilakukan lapis demi lapis dengan tebal tiap lapis

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK KONSTRUKSI (Studi Kasus pada Proyek Pembangunan Gedung Marvell City Surabaya)

5 23 119

KEBERHASILAN PROYEK DITINJAU DARI ASPEK WAKTU (Studi Kasus pada Proyek Pembangunan Gedung) KEBERHASILAN PROYEK DITINJAU DARI ASPEK WAKTU (Studi Kasus pada Proyek Pembangunan Gedung).

0 3 12

PENGARUH KENDARAAN LUAR DAERAH TERHADAP BEBAN LALU LINTAS DI YOGYAKARTA PENGARUH KENDARAAN LUAR DAERAH TERHADAP BEBAN LALU LINTAS DI YOGYAKARTA (Studi Kasus : Jl. Jendral Sudirman, Jl. Malioboro).

0 2 11

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG FMIPA UNIMED.

3 20 30

Evaluasi Penerapan Keselamatan dan kesehatan Kerja Pada proyek Konstruksi (Studi Kasus Proyek Pembangunan Gedung RS. Santo Borromeus).

2 9 14

WASTE MANAGEMENT PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG SEBAGAI BAGIAN DARI UPAYA PERWUJUDAN GREEN CONSTRUCTION (STUDI KASUS : PEMBANGUNAN GEDUNG–GEDUNG DI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA).

0 1 1

WASTE MANAGEMENT PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG SEBAGAI BAGIAN DARI UPAYA PERWUJUDAN GREEN CONSTRUCTION (STUDI KASUS : PEMBANGUNAN GEDUNG–GEDUNG DI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA) | Hastuti | Pendidikan Teknik Bangunan 5217 11364 1 SM

0 0 10

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA JURUSAN DIII JAMU 2012

0 0 125

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG B POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

0 0 17

PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG SERBAGUNA POLITEKNIK ILMU PELAYARAN JALAN SINGOSARI 2A SEMARANG

1 1 120