18
6. Harus memenuhi aspek ketersediaan bahan di pasaran
Untuk memudahkan dalam mendapatkan bahan-bahan yang dibutuhkan maka harus diperhatikan pula tentang aspek ketersediaan bahan
di pasaran. Dengan kata lain sedapat mungkin bahan-bahan yang direncanakan akan dipakai dalam proyek tersebut ada dan lazim di pasaran
sehingga mudah didapat.
2.4 Dasar-dasar Perencanaan
Dalam perhitungan perencanaan bangunan ini digunakan standar yang berlaku di Indonesia, antara lain pada perhitungan:
1. Atap Rangka Baja
Gedung ini menggunakan rangka baja perencanaan konstruksinya dibuat sesuai dengan Peraturan Perencanaan Bangunan Baja
Indonesia PPBBI 1984. Tegangan-tegangan leleh dan tegangan- tegangan dasar berbeda untuk setiap macam baja, sesuai dengan
PPBBG bahwa: •
Untuk tegangan dasar : σ dasar = σ leleh 1.5
• Untuk pembebanan tetap :
σ geser = 0.85 σ ⋅ dasar, yaitu
σ τ
⋅ = 85
.
dasar •
Untuk elemen baja yang mengalami kombinasi pembebanan momen dan tegangan geser maka tegangan ideal yang terjadi tidak boleh
melebihi tegangan dasar
19
• Untuk pembebanan sementara akibat berat sendiri, beban hidup, gaya
gempa dan angin maka besarnya tegangan boleh dinaikkan sebesar 30.
Batang-batang yang menerima gaya tekan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga terjamin stabilitasnya terhadap bahaya tekuk.
Adapun pembebanan rangka mengacu pada PMI 1970 berupa: a.
Penutup atap genting dengan reng dan usuk per m
2
bidang atap 50 kgm
2
b. Dalam perhitungan reng, usuk, gording dan kuda-kuda untuk semua
atap harus diperhitungkan suatu muatan terpusat sebesar 1 kN c.
Tekanan angin harus diambil minimal 0,25 kNm
2
. d.
Untuk muatan angin, koefisien angin sudut kemiringan atap α 65
dipihak angin C = +0,02 4
, −
α berlawanan angin C= - 0,4
e. Tegangan leleh baja minimum = 240 MPa. Keteguhan tarik minimum
= 370 MPa.
2. Plat
Perencanaan plat didasarkan pada peraturan SK SNI T-15-1991-03 dan Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBBI 1998. untuk merencanakan plat
beton bertulang yang perlu dipertimbangkan tidak hanya pembebanan namun juga ukuran dan syarat-syarat tumpuan.
20
ς ς
ς a.
Ukuran plat Menurut SK SNI T-15-1991-03, tebal plat bertulang merupakan
fungsi dari bentang dan mutu baja yang dipergunakan, ketentuan tebal plat tersebut adala sebagai berikut :
Tabel 1. Ketentuan tebal plat
fy fy fy fy 400 240 400 240 400 240 400 240
Plat mendukung dalam satu arah
120 127
124 132
128 137
110 113
Pada proyek pembangunan Gedung Pendidikan Politeknik Kesehatan Surakarta ini tebal plat atap dan plat lantai direncanakan 15
cm. b.
Tumpuan Bila plat dapat berotasi bebas pada tumpuan, maka plat ini
dinamakan ditumpu bebas. Bila tumpuan mencegah plat berotasi dan relatif sangat kaku terhadap puntiran, maka disebut terjepit penuh. Bila
balok tepi tidak cukup kuat berotasi sama sekali maka plat itu disebut terjepit sebagaian jepitan elastis.
Untuk menghindari lendutan yang besar dari plat akibat muatan beban maka direncanakan luas plat kurang dari 20 m
2
.
3. Balok