8
misalnya puisi Liburan karya Sih Rinjani yang dimuat Solopos 9 Januari 2011 dan puisi Kolam Api karya Fitri Sumarsih yang dimuat Solopos 23 Januari 2011.
5. Relevansi Teks Puisi di Surat Kabar Kompas dan Solopos sebagai Bahan
Ajar dari Segi Bahasa
Perkembangan bahasa siswa menengah pertama dan menengah atas mempunyai perbedaan meskipun mereka dikategorikan sebagai remaja. Bahasa,
dalam hal ini meliputi kosakata yang dipakai sastrawan, struktur kata dan kalimat, idiom, metafora, majas, citraan, dan lain-lain sebagai sarana pengungkapan
gagasan sastrawan. Telah dikemukakan sebelumnya bahwa sastra di surat kabar tidak serta merta berupa karya populer. Tidak semua sastra di surat kabar dapat
dikategorikan sebagai sastra populer karena penggunaan bahasanya tidak melulu bahasa sehari- hari atau dapat dikategorikan sastra adiluhung Adi, 2011.
Beberapa Puisi di Kompas mengetengahkan teks puisi dengan berbagai diksi yang sulit dipahami remaja secara umum, kecuali mereka yang memiliki
minat tinggi terhadap puisi dan memiliki pengetahuan yang cukup. Misalnya Puisi- puisi Avianti Armand Kompas, 16 Januari 2011 yang mengetengahkan
diksi yang perlu kajian mendalam, Misalnya “ bisa menghapus episode- episode psychedelic” dalam puisi Halaman Belakang, “pengulangan yang patologis”
dalam puisi Orang- orang Tua, dan dalam dua judul puisinya, yakni Muppet Show, circa 1980
dan Sasame Street, circa 2000. Hal tersebut berbeda dengan teks-teks puisi gubahan Ook Nugroho
Kompas 6 Februari 2011 yang menggunakan diksi familier dan mudah dipahami. Bahasa yang digunakan dalam teks puisi yang diterbitkan Solopos juga
terkesan mudah dipahami remaja, terutama teks puisi dalam rubrik Sajak Remaja. Bagi remaja awal, Tarigan 2011 berpendapat bahwa perkembangan
bahasa remaja awal telah mengalami peningkatan dalam pemahaman makna tetapi pandangan terhadap dunia masih sangat sederhana. Mereka mulai memahami
jenis kata abstrak, adjektiva dari nomina, dan preposisi. Beberapa karya sastra yang dapat dijadikan bahan ajar sastra bagi remaja awal hendaknya jangan sampai
berisiko salah persepsidan berakibat pada penemuan model perilaku yang keliru
9
atau menyimpang. Menurut Situmorang 1983 guru hendaknya memilih puisi dengan berusaha menghindarkan anak didik dari suatu daerah yang belum pantas
dikenalnya, sajak yang kurang bermoral. Beberapa teks puisi kategori umum yang dimuat di Kompas dan Solopos
mengetengahkan bahasa-bahasa yang memungkinkan salah persepsi sehingga kurang membangun moralitas serta menyimpang norma sosial karena
menunjukkan kekerasan, pembunuhan, dan hal-hal yang belum pantas untuk dikonsumsi remaja awal. Puisi yang mengetengahkan bahasa yang belum pantas
dinikmati remaja awal adalah puisi di Kompas seperti Celurit Bulan karya Ahmad Muchlish Amrin 2 Januari 2011, Penyair Muda dan Malam Minggu karya Joko
Pinurbo 23 Januari 2011. Sementara di Solopos adalah puisi Mutilasi Bibir karya Yuditeha 2 Januari 2011, dan Mari Berpesta karya Nurohman 20 Februari
2011. Puisi
Celurit Bulan memuat perilaku kekejaman melalui pembunuh yang
dituliskan dalam bentuk kalimat “Lalu kuhunus celurit bulan, kuhunjamkan kejantungnya … Muncratlah darah ajal”. Pada puisi Penyair Muda dan Malam
Minggu mengemukakan hal yang belum pantas dikenal remaja awal, yakni
kalimat ”ia goreskan sebaris ciuman di bibirnya” dan “ Kekasih pergi meninggalkan celana di kamar mandi”. Puisi di Solopos, Mari berpesta
mengemukakan pembunuhan seperti “Genangan air berpedang dan belati, pembunuhan kian berarti”
, sementara puisi Mutilasi Bibir menceritakan pembunuhan mutilasi di lokalisasi. Pernyatan- pernyataan demikian rawan bagi
remaja awal karena mereka baru berada pada tahap mencari nilai- nilai dan belum mampu menentukan keputusan moral layaknya siswa menengah atas. Oleh karena
itu, perlu dipertimbangkan betul aspek penggunaan bahasa penyair dalam teks puisi untuk menghindari terjadinya tafsir yang jauh menyimpang dari substansi
makna yang terkandung dalam teks.
6. Relevansi Teks Puisi di Surat kabar Kompas dan Solopos sebagai Bahan Ajar dari Segi Psikologi Siswa
10
Kesesuaian bahan ajar puisi dengan tingkat perkembangan psikologi siswa juga akan mempengaruhi minat siswa terhada puisi atau pembelajaran secara
umum. Al-Ma’ruf 2011 menyatakan bahwa jika bahan ajar sastranya tepat sesuai dengan tahap perkembangan psikologisnya, maka terbukalah kemungkinan bahwa
pengajaran sastra akan diminati. Sebaliknya, jika tidak sesuai dengan tingkat perkembangan kejiwaannya, sulit diharapkan siswa tertarik mengikuti pengajaran
sastra. Nurgiyantoro 2005 menyatakan bahwa perkembangan psikologi anak akan membawa konsekuensi logis pada adanya karakteristik yang juga berbeda
dengan bacaan yang dinyatakan sesuai dengan tiap tahapan yang dimaksud. Menurut Rahmanto 1992 tahap perkembangan psikologi siswa
menengah pertama sampai menengah atas terbagi atas tiga tahap perkembangan psikologi, yakni tahap romantik, tahap realistik, dan tahap generalisasi. Santrock
2003 mengatakan bahwa masa sekolah menengah pertama disebut dengan masa remaja awal atau early adolescence. Ia menambahkan bahwa minat pada karir,
pacaran, dan eksplorasi identitas tidak senyata masa remaja akhir. Siswa sekolah menengah pertama termasuk dalam tahap romantik dan
realistik. Rahmanto 1992 menjelaskan bahwa pada tahap romantik 10-12 tahun anak mulai meninggalkan fantasi-fantasi dan mulai mengarah pada realitas,
meskipun pandangannya tentang dunia masih sangat sederhana. Selain itu, anak juga telah menyenangi cerita-cerita kepahlawanan, petualangan, atau kejahatan.
Tahap realistik 13-16 tahun anak sudah benar-benar terlepas dari dunia fantasi dan sangat berminat pada realitas, atau apa yang benar-benar terjadi. Mereka
mulai terus berusaha mengetahui dan siap mengikuti dengan teliti fakta-fakta untuk memahami masalah-masalah dalam kehidupan nyata . Sebagai remaja awal,
siswa SMP yang memiliki tingkat perkembangan psikologis yang serba tanggung tersebut memang lebih sulit dalam menentukan materi bacaan yang sesuai dengan
perkembangan psikologisnya. Siswa sekolah menengah atas termasuk dalam tahap generalisasi. Tahap
generalisasi 16 tahun ke atas anak sudah berminat untuk menemukan konsep- konsep abstrak dengan menganalisis sebuah fenomena. Dengan menganalisis
fenomena, mereka berusaha menemukan dan merumuskan penyebab utama
11
fenomena itu yang kadang-kadang mengarah ke pemikiran falsafati untuk menemukan keputusan-keputusan moral Rahmanto 1992. Oleh karena itu, jenis
dan ragam karya yang disajikan dapat berupa puisi yang membutuhkan analisis. Artinya semua jenis teks puisi di surat kabar dapat dijadikan bahan ajar bagi siswa
mengengah atas karena tingkat perkembangan psikologisnya sudah mendekati dewasa. Teks puisi umum di surat kabar Solopos yang berlabel “Sajak-sajak”
dan Kompas yang dilabeli “Puisi-puisi” lebih relevan untuk siswa SMA dibanding untuk siswa SMP. Namun, pembelajar harus tetap membekali cara penafsiran
yang mampu menumbuhkan tafsir yang tidak menyimpang, tetap bermuatan positif, dan berguna dalam pendidikan karakter siswa.
Kesederhanaan tema dan bahasa dalam puisi anak di Solopos dan Kompas membuatnya tidak lagi sesuai dengan tingkat perkembangan psikologi siswa
sekolah menengah. Akan tetapi isi puisi masih relevan untuk dimanfaatkan sebagai bahan ajar. Puisi anak lebih banyak menjadikan orang tua sebagai model
yang dapat ditiru, sedangkan remaja mencari jati diri dengan memilih model- model selain orang tua, misalnya tokoh-tokoh tertentu. Teks puisi siswa sekolah
dasar yang dapat dijadikan bahan ajar terutama yang mampu menumbuhkan kecintaan terhadap keluarga karena berdasarkan pendapat Tarigan 2011
psikologi remaja mengalami tahap menentang otoritas atau wewenang orang tua. Puisi
Bapak Solopos, 16 Januari 2011 karya Syifa Rahma Sulistya Putri
mengungkapkan rasa bangganya terhadap Bapak karena telah bekerja keras, bijaksana, adil, dan tegas. Puisi Ibu Solopos, 6 Februari 2011 karya Shinta
Estriana mengungkapkan kebanggaannya seorang anak kepada ibunya yang rela berkorban demi anak-anaknya. Puisi Miskin Solopos, 13 Februari 2011 karya
Mohammad Fajar Bayu Saputro memuat pernyataan “Aku tak ingin orangtuaku kecewa” dan “aku ingin buat mereka bangga”.
Puisi-puisi remaja relevan dengan tingkat perkembangan psikologis siswa sekolah menengah yang juga disebut masa remaja. Kesesuaian tersebut menjadi
landasan agar guru memprioritaskan puisi remaja untuk dipilih sebagai bahan ajar. Puisi-puisi ini menggambarkan pikiran, perasaan, dan pengalaman yang sesuai
perkembangan psikologis siswa SMP maupun SMA. Puisi yang berjudul Sajak
12
Buat Ayah karya Muhammad Abid Mukhlissin tetap relevan dengan tingkat
perkembangan psikologis siswa SMP, meskipun ada kata ayah bukan berarti masih memiliki ketergantungan terhadap orang tua. Berdasarkan masa
perkembangannya, remaja yang mulai berpikir tentang realitas dapat mengungkapkan perasaannya terhadap lingkungan termasuk keluarga
berdasarkan realitas yang ada. Puisi yang ditulis remaja tidak lepas dari tema percintaan. Meskipun
bertema cinta, tetapi puisi remaja tetap tidak berlebihan, vulgar, atau merujuk pada libido semata dalam pengungkapan hubungan cinta. Puisi Tetap
Mencintaimu Solopos, 20 Februari 2011 karya Evi Noviyanti mengungkapkan
perasaan cinta seseorang yang tidak terbalas dan juga menggambarkan seseorang yang sedang berjuang mendapatkan kepuasan pribadi dan kepuasan orang lain.
Kepuasan pribadi dia perjuangkan dengan tetap mencintai seseorang, sedangkan kepuasan orang lain diperjuangkan dengan membiarkan orang lain tetap tidak
memahami bahwa dia mencintainya, sehingga tetap tidak memperhatikannya.
7. Relevansi Teks Puisi di Surat Kabar Kompas dan Solopos sebagai Bahan Ajar dari Segi Latar Belakang Sosial Budaya Siswa
Memilih dan menggali teks puisi di surat kabar sebagai bahan ajar perlu mempertimbangkan latar belakang budaya siswa. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari terjadinya pengaburan tafsir teks puisi dan penggambaran suasana teks di luar batas jangkauan imajinasi siswa. Sumardi dan Abdul 1997
berpendapat bahwa penyajian puisi lebih efektif kalau penyajian sajak memiliki suasana lingkungan yang akrab dengan anak didik. Ungkapan-ungkapan atau ide-
ide sajak yang terlalu asing atau terlalu tinggi sulit dinikmati remaja terutama remaja awal karena terlalu jauh dari lingkungannya.
Bahan ajar sastra akan mudah diterima oleh siswa jika dipilih karya sastra yang memiliki latar cerita yang dekat dengan dunianya. Beberapa teks puisi yang
ditulis masyarakat umum di Solopos atau Kompas menyajikan hal yang kurang sesuai lingkungan anak Indonesia karena mengetengahkan lingkungan yang tidak
diakrabi anak, asing, atau ide yang sempit atau tinggi sehingga belum tentu dapat
13
dipahami siswa sekolah menengah. Selain itu terdapat beberapa puisi umum menggunakan tipe puisi prosais.
Puisi-puisi yang mengemukakan lingkungan asing atau terlalu sempit sehingga secara umum anak remaja awal tidak memahaminya antara lain Muppet
Show, circa 1980 dan Sasame Street, circa 2000 karya Avanti Armand Kompas,
16 Januari 2011. Puisi-puisi prosais yang dimuat Kompas antara lain teks puisi karya Afrizal Malna 27 Februari 2011, Zen Hae 13 Februari 2011, Avianti
Armand Kompas, 16 Januari 2011, dan Alois A Nugroho 30 Januari 2011. Puisi berjenis prosais dengan bahasa yang tidak padat tersebut belum sesuai untuk
diajarkan atau sebagai bahan ajar pada anak remaja awal SMP. Akan tetapi dapat dikenalkan dan disampaikan pada siswa menengah atas terutama pada kelas
peminatan dalam pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Teks
puisi Baturraden
Kompas, 30 Januari 2011 karya Alois A Nugroho, serta teks puisi Di Pasir Painan dan Tanjung Tiram Kompas, 30
Januari 2011 karya Deddy Arsya merupakan puisi yang menunjukkan lingkungan yang semestinya dikenal oleh siswa sekolah menengah di Indonesia. Bagi siswa
yang telah akrab dengan daerah tersebut akan sangat cepat menghadirkan konteks ketika ingin memahami teks puisi ini. Oleh karena puisi ini masih berlatar
Indonesia, tentu tepat digunakan sebagai bahan ajar siswa sekolah menengah di Indonesia.
Teks puisi remaja di surat kabar Solopos secara keseluruhan relevan sebagai bahan ajar siswa menengah baik SMP maupun SMA karena
mengetengahkan pengalaman dan lingkungan yang diakrabi remaja. Sementara puisi anak baik di Solopos maupun Kompas masih dapat digunakan untuk siswa
menengah pertama. Akan tetapi, bagi siswa menengah atas semestinya puisi anak tidak diprioritaskan karena siswa sekolah menengah atas perlu mengembangkan
konsep-konsep abstrak dan kemampuan berpikir filsafati, sehingga perlu lebih dikenalkan pada puisi yang memiliki ide imajinasi tinggi tetapi masih sesuai
lingkungan atau jangkauan imajinasinya. Tugas pembelajar adalah membawa siswa mencapai kemampuan yang
diharapkan. Pembelajarlah yang menjadi penentu bahan ajar yang akan
14
disampaikan kepada siswa mereka. Kebijaksanaan dan kompetensi pembelajar menjadi faktor penting dalam menentukan bahan ajar yang relevan.
8. Penutup