Teori Budaya Massa Populer

3 4 Bagaimana peran media massa—Bali Post—terhadap tumbuh kembang sastra di Bali?

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan di bidang jurnalisme dan sastra. Hubungan antara sastra dan perkembangan teknologi media massa memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa karya sastra dapat diapresiasi melalui surat kabar. Di samping itu, karya sastra dan budaya populer merupakan sumber inspirasi bagi pelaku industri kreatif. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis budaya massa sebagai hasil komunikasi memberikan dampak terhadap masyarakat; pengaruh konstruksi budaya terhadap media massa pada harian Bali Post; sastra koran: melihat gaya bahasa cerpen dan puisi dalam surat kabar harian Bali Post; dan peran media massa—Bali Post—terhadap tumbuh kembang sastra Indonesia di Bali.

1.4 Manfaat Penelitian

Secara teoretis, manfaat penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan khazanah ilmu pengetahuan di bidang sastra dan kebudayaan. Di samping itu, bermanfaat dalam pengembangan wawasan ilmu pengetahuan di bidang budaya yang bersifat multidisiplin. Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan pertimbangan bagi pelaku industri kreatif, pengelola surat kabar, dan sastrawan untuk memberikan sajian sastra yang bersifat mendidik. Selain itu, diharapkan memberikan motivasi kepada sastrawan untuk menulis karya sastra cerpen dan puisi di daerah sehingga sastra Indonesia tidak dimarginalkan.

2. Landasan Teori

2.1 Teori Budaya Massa Populer

Media massa adalah alat yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan pesan. Menurut Innis, teori dampak sosial komunikasi massa terdiri atas dua bagian, yakni lisan dan tertulis. Media massa menjadi penting karena memang memiliki kekuatan. Bukan sekadar mampu menyampaikan pesan kepada khalayak, tetapi lebih karena media menjalankan fungsi mendidik, memengaruhi, menginformasikan, dan menghibur. Dengan fungsi tersebut, media massa memiliki potensi untuk membangkitkan kesadaran, mengubah sikap, pendapat, atau persepsi masyarakat terhadap suatu hal. Persepsi masyarakat karena pengaruh pemberitaan media massa, bisa berubah menjadi positif ataupun negatif bergantung bagaimana pikiran 4 yang terbentuk dibenak masyarakat setelah mendapat informasi mengenai hal tertentu Nimmo, 1989: 169. Menurut Storey 2010: 6—10 budaya populer didefinisikan menjadi enam, yaitu 1 budaya yang disukai secara luas atau disukai banyak orang, 2 bukan merupakan budaya tinggi, 3 merupakan mass culture, 4 berasal dari rakyat itu sendiri, 5 perjuangan antara resistansi pada kelompok subordinasi dalam masyarakat dan kekuatan inkorporasi kepada kelompok yang mendominasi dalam masyarakat, dan 6 budaya populer termasuk dalam pembahasan posmodernisme. Budaya pop merupakan kategori residual untuk mengakomodasi praktik budaya yang tidak memenuhi persyaratan budaya tinggi. Budaya pop didefinisikkan sebagai budaya ”substandar”. Yang diuji oleh budaya pop meliputi seperangkat pertimbangan nilai teks atau praktik budayanya Storey, 2010: 11. Pendefinisian budaya pop sebagai ”budaya massa” menegaskan bahwa budaya massa secara komersial tidak bisa diharapkan. Budaya tersebut diproduksi massa untuk konsumsi massa. Sasaran dari budaya massa adalah sosok konsumen yang tidak memilih. Budaya itu sendiri dianggap hanya sekadar rumusan, manipulatif. Budaya ini dikonsumsi oleh tanpa dipikirkan panjang. Mereka yang bekerja dalam perspektif budaya massa biasanya akan memikirkan ”massa keemasan” manakala masalah budaya jauh berbeda dari apa yang dipahami sebelumnya. Model kajian budaya populer merujuk pada pemikiran Stuart Hall yang berpendapat bahwa kebudayaan senantiasa bersifat politis dan budaya populer menjadi medan pergulatan hegemoni dan ideologi serta artikulasi tanda dan negosiasi makna Ibrahim, 2007: xxvi.

2.2 Teori Stilistika