Wieke Gur
Bagian 2 Memelihara Bahasa Indonesia
Sejak jaman sebelum kemerdekaan, berbagai kegiatan yang berkaitan dengan
bahasa persatuan Indonesia telah dilakukan. Mulai dari perubahan ejaan,
pengembangan peristilahan, penyusunan kamus besar bahasa Indonesia,
hingga perumusan tata bahasa agar dicapai suatu bahasa yang standar yang
dapat menjadi patokan seluruh jajaran masyarakat. Penelitian bahasa dan
seminar serta kampanye penggunaaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
lewat pers, media televisi dan sekolah‐sekolah terus dilakukan.
Semua pihak, setiap bidang dan setiap profesi bahu membahu memelihara
bahasa Indonesia. Simak saja lagu anak‐anak ‘Naik Delman’ yang diciptakan
pak Kasur sebelum pembukaan Ganefo tahun 1962.
Pada hari Minggu kuturut ayah ke kota.
Naik delman istimewa kududuk di muka
Duduk di samping pak kusir yang sedang bekerja
Mengendali kuda supaya baik jalannya
Wieke Gur
Tuk
tik tak tik tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk Tuk
tik tak tik tuk tik tak … suara sepatu kuda. Bagi
generasi yang lahir di tahun 50‐an hingga 70‐an, lagu ciptaan pak Kasur di atas
adalah lagu yang sangat kental dengan masa kanak‐kanak. Hingga kini, dimana
sebagian besar sudah memasuki masa pensiun, lagu itu tidak pernah luntur
dari ingatan. Perhatikanlah struktur dan tata bahasa serta kosa kata yang
digunaan dalam syair lagu tersebut. Tanpa disadari sejak kecil generasi ini sudah
diajarkan bagaimana berbahasa Indonesia yang baik dan benar lewat lagu
. Di
dalam pidato peringatan kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Negara pada
tahun 1972 almarhum Presiden Soeharto bahkan dengan tegas menyatakan
bahwa pembentukan bahasa Indonesia adalah tanggung jawab nasional
karena bahasa yang baik berkaitan erat dengan pembangunan bangsa. Himbauan
ini diulang setiap tahun di dalam setiap pidato peringatan kemerdekaan
Republik Indonesia di Istana Negara. Pemerintahan
di era Suharto sangat gencar mengampanyekan penggunaan Bahasa
Indonesia dengan baik dan benar. Media masa seperti televisi, radio, majalah
dan koran diwajibkan menjadi acuan masyarakat dalam berbahasa. Gedung
‐ gedung dan perkantoran di Jakarta yang masih memakai nama yang berbau
asing mendapat surat edaran keras dari pemerintah DKI Jaya agar segera
membuang istilah yang tidak Indonesia itu. Dulu, seminggu sekali ada acara
Pembinaan Bahasa Indonesia di televisi. Kita
semua menyadari bahwa sebagai simbol jati diri bangsa, bahasa Indonesia harus
terus dikembangkan agar tetap dapat memenuhi fungsinya sebagai sarana
komunikasi yang mo‐dern dalam berbagai bidang kehidupan.
Bagian 3 Kesadaran Berbahasa Saat Ini