Wieke Gur
Ͷ
Bagian 1 Kesadaran Berbahasa
Kesadaran berbahasa adalah sikap positif seseorang baik secara sendiri‐sendiri
maupun secara bersama‐sama bertanggung jawab sehingga menimbulkan rasa
memiliki suatu bahasa dan berkemauan untuk ikut membina dan
mengembangkan bahasa itu.
Kesadaran Kesadaran
berasal dari kata “sadar” yang menurut kamus besar bahasa Indonesia
KBBI, berarti insaf, merasa, tahu dan mengerti. Sedangkan
“kesadaran” diartikan sebagai keinsyafan atau keadaan mengerti dan
merupakan hal yang dirasakan atau dialami seseorang. Secara
umum kesadaran merupakan suatu keinsyafan dalam diri manusia dan menjadi
dasar untuk merefleksikan sesuatu.
Berbahasa Berbahasa
bukan sekedar menyusun kata‐kata. Berbahasa adalah proses penyampaian
informasi dalam berkomunikasi. Penuturnya harus memiliki sikap
bahasa yang positif. Garvin dan Mathiot 1968 merumuskan tiga ciri sikap
bahasa yaitu: 1. Kesetiaan
Bahasa Language Loyalty yang mendorong masyarakat suatu bahasa
mempertahankan bahasanya dan apabila perlu mencegah adanya pengaruh
bahasa lain. 2. Kebanggaan
Bahasa Language Pride yang mendorong orang mengembangkan
bahasanya dan menggunakannya sebagai lambang identitas
dan kesatuan masyarakat. 3. Kesadaran
adanya norma atau kaidah bahasa Awareness Of The Norm yang
mendorong orang menggunakan bahasanya dengan cermat dan santun
merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap perbuatan
yaitu kegiatan menggunakan bahasa language use. Kesetiaan
dan kebanggaan kita pada bahasa Indonesia sa‐ngat tergantung pada kesadaran
adanya norma bahasa yang pada gilirannya menentukan kemampuan
kita untuk mewujudkan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Apa
dan bagaimana wujud bahasa Indonesia yang baik dan benar itu? Pertanyaan
itu kerap muncul ketika kita berbicara bahasa Indonesia di masyarakat.
Bahasa yang Baik
Wieke Gur
ͷ Bahasa
Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan
norma kemasyarakatan yang berlaku. Dalam situasi santai dan akrab kita
menggunakan bahasa Indonesia yang santai dan akrab tanpa perlu terlalu terikat
pada kaidah‐kaidah bahasa. Dalam situasi resmi dan formal, seperti dalam
kuliah, rapat, seminar, sidang, atau pidato kenegaraan sangatlah penting untuk
selalu menggunakan bahasa Indonesia yang resmi dan formal dengan memperhatikan
norma bahasa.
Bahasa yang Benar Bahasa
Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan
kaidah yang berlaku yang mengatur pemakaian bahasa Indonesia yang berlaku.
Kaidah bahasa Indonesia meliputi kaidah ejaan, pembentukan kata, penyusunan
kalimat, penyusunan paragraf, dan penataan penalaran serta mengurangi
sedapat mungkin pema‐kaian lafal daerah, seperti lafal bahasa Jawa,
Sunda, Bali, Batak, dan Banjar dalam bahasa Indonesia pada situasi resmi dan
formal.
Kesadaran Berbahasa Indonesia Sebagai
bahasa pemersatu dan bahasa negara, kedudukan bahasa Indonesia seharusnya
sejajar dengan bendera, maupun lambang garuda dan lagu kebangsaan
seperti tercantum pada Undang‐Undang nomor 24 tahun 2009 tentang
bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan. Undang‐ undang
tersebut merupakan amanat dari Pasal 36 Undang‐Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dan sekaligus merupakan realisasi dari tekad
para pemuda Indonesia sebagaimana diikrarkan dalam Sumpah Pemuda, tanggal
28 Oktober 1928, yakni menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.
Namun demikian, aturan di atas masih sulit dilaksanakan mengingat
masih rendahnya kesadaran masyarakat akan bahasa negara tersebut
Wieke Gur
Bagian 2 Memelihara Bahasa Indonesia