Pendidikan Moral dalam Keluarga

14 adalah upaya keluarga dan masyarakat untuk mengajarkan nilai-nilai mengenai baik dan buruk pada anak sehingga dapat meningkatkan tingkat pertimbangan moral anak yang diwujudkan dalam perilaku moralnya.

b. Pendidikan Moral dalam Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat. Reiss dalam Lestari, 2012:4 mendefinisikan keluarga sebagai suatu kelompok kecil yang terstruktur dalam pertalian keluarga dan memiliki fungsi utama berupa sosialisasi pemeliharaan terhadap generasi baru. Sedangkan Weigert dan Thomas berpendapat bahwa keluarga merupakan suatu tatanan utama yang mengkomunikasikan pola-pola nilai yang bersifat simbolik komponen budaya kepada generasi baru. Berns dalam Lestari, 2102:22 juga menjelaskan beberapa fungsi keluarga sebagai berikut. 1 Reproduksi : keluarga mamiliki tugas mempertahankan populasi yang ada di masyarakat. 2 Sosialisasi atau edukasi : keluarga menjadi sarana untuk transmisi nilai, keyakinan, sikap, pengetahuan, keterampilan, dan teknik dari generasi sebelumnya kepada generasi yang lebih muda. 3 Penugasan peran sosial : keluarga memebrikan identitas pada para anggotanya seperti ras, etnik, religi, sosial ekonomi, dan peran gender. 4 Dukungan ekonomi: keluarga menyediakan tempat berlindung, makanan, jaminan kehidupan. 15 5 Dukungan emosi atau pemeliharaan: keluarga memberikan pengalaman interaksi sosial yang pertama bagi anak. Interaksi yang terjadi bersifat mendalam, mengasuh, dan berdaya tahan sehingga memberikan rasa aman pada anak. Dari pendapat ahli di atas menunjukkan bahwa keluarga memiliki tugas utama yaitu untuk mensosialisasikan atau mendidik anak-anaknya mengenai nilai-nilai, aturan, dan budaya yang ada di masyarakat. Keluarga merupakan institusi pendidikan pertama bagi anak karena anak pertama kali memperoleh pendidikan di lingkungan keluarga sebelum mengenal masyarakat yang lebih luas. Pendidikan dalam keluarga termasuk dalam pendidikan informal. Pendidikan dalam keluarga berjalan sepanjang masa dan terjadi melalui interaksi dan sosialisasi di keluarga. Isi pendidikannya tersirat dalam komunikasi antarsesama anggota keluarga dan dalam tingkah laku keseharian orang tua atau anggota keluarga yang lain Fahrudin, 2014: 42. Oleh karena itu setiap saat orang tua harus memberikan contoh kebiasaan yang baik karena apa yang dilakukan orang tua akan dilihat anak dan ditirukan. Terkait dengan pendidikan dalam keluarga, menurut Lestari 2012: 87 sosialisasi dapat didefinisikan sebagai proses yang diinisiasi oleh orang dewasa untuk mengembangkan anak melalui insight, pelatihan, imitasi, guna mempelajari kebiasaan dan nilai-nilai yang kongruen. Melalui sosialisasi diharapkan anak dapat memiliki kebiasaan yang adaptif, nilai-nilai yang relevan dengann budaya setempat. Pendidikan keluarga merupakan proses yang dinisiasi oleh orang dewasa orang tua untuk mengembangkan kemampuan anak dalam memahami kebiasaan dan nilai 16 nilai yang relevan dengan budaya setempat melalui insight, pelatihan, dan imitasi. Pendidikan dala keluarga terjadi melalui interaksi antaranggota keluarga. Pendidikan dalam keluarga ada untuk mentransmisikan nilai, pengetahuan dan keterampilan dari generasi sebelumnya kepada yang lebih muda serta memberikan identitas pada apara anggota keluarga mengenai ras, agama, peran gender, sosial, dan ekonomi. Melalui keluarga anka akan memperoleh pengalaman berinteraksi sebelum akhirnya turun ke masyarakat. Pendidikan moral yang telah dilakukan sejak kecil harus lebih dikukuhkan keberadaannya pada jenjang pendidikan sekolah dasar. Suparno dkk dalam Zuriah, 2011:36-61 menjelaskan nilai-nilai oral yang perlu ditanamkan pada anak usia sekolah dasar sebagai berikut. 1 Religiusitas Menanamkan nilai religiusitas dapat dilakukan dengan membiasakan berdoa sebelum emulai kegiatan, mengenalkan hari-hari besar agama di Indonesia dan menjalankannya dengan sungguh-sungguh sesuai agama yang dianut, mengenakan nilai-nilai agama yang ada di Indonesia melalui kegiatan mendongeng atau bercerita, mengenalkan anak pada macam-macam agama di Indonesia dan ditumbuhkan sikap saling menghormati antarumat beragama. Melalui kegiatan berdoa anak-anak dibiasakan mengenal kekuatan dan kekuasaan yang lebih dari manusia yaitu Tuhan yang Mahakuasa. Juga perlu ditanamkan kepercayaan bahwa Tuhan maha baik dan maha segalanya karena apa yang manusia butuhkan sudah diciptakan oleh Tuhan 17 berupa tanah yang subur, kekayaan alam yang melimpah yang harus selalu dijaga dengan baik. Taubah 2015: 116-136 juga menyatakan keluarga merupakan ladang terbaik dalam menyemai nilai-nilai agama. Pendidikan dan penanaman nilai - nilai agama perlu diberikan sedini mungkin pada anak salah satunya melalui keluarga. Pendidikan yang utama yang perlu diberikan pada anak merupakan pendidikan ruhani yaitu mencakup pendidikan agama. Pemberian pendidikan agama pada anak dimaksudkan untuk meningkatkan potensi spiritual agar manjadi manusia yang bertakwa dan berakhlak mulia. 2 Sosialitas Nilai sosialisasi dapat ditanamkan mealalui kegiatan yang melibatkan kerja bersama atau kelompok. Misalnya gotong royong, saling membantu, saling memperhatikan, saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Selain itu anak juga dibiasakan menaati aturan dan tata tertib sehingga anak dapat dibiasakan untuk hidup bersama secara benar, abaik, dan tertib. 3 Gender Semangat kesetaraan gender harus dilakukan sejak dini dan dimulai dari lingkungan yang paling kecil yaitu keluarga, kemudian lingkungan sekolah dan masyarakat secara terus menerus dan berkesinambungan. Anak-anak harus diperkenalkan bahwa laki-laki dan perempuan memang berbeda dalam hal jenis kelamin, namun dalam hal peran gender jangan dibeda-bedakan, yang membedakan hanya soal kemampuan saja. Anak harus ditunjukkan bahwa perempuan juga bisa 18 melakukan aktivitas laki-laki sehingga tidak muncul anggapan bahwa perempuan merupakan makhluk yang lemah, lembek, dan hanya mampu melakukan kegiatan yang ringan. 4 Keadilan Pada anak kelas 4, 5, 6 kelas tinggi pengertian keadilan sudah mulai pada perbedaan hakiki antara laki-laki dan perempuan. Budaya berpakaian dan berperilaku “pantas dan baik” untuk laki-laki dan perempuan yang mempunyai perbedaan fisik dan fungsi fisik mulai ditanamkan dalam konsep yang agak luas dan rinci. Anak diberi pemahaman bahwa perbedaan fisik laki-laki dan perempuan menyebabkan perlakuan lahiriah yang berbeda, namun tetap diimbangi sikap dasar dan prinsip hidup bahwa keadilan tetap berlaku sama bagi semua orang tanpa membedakan jenis kelamin. 5 Demokrasi Anak mulai dikenalkan konsep demokrasi dengan menumbuhkan sikap menghargai adanya perbedaan pendapat secara wajar, jujur dan terbuka. Anak juga mulai diajak membuat kesepakatan bersama secara besama dan saling menghormati. Anak harus diajarkan bahwa tidak boleh memaksakan kehendaknya pada orang lain. 6 Kejujuran Jujur kejujuran akan tercermin dalam perilaku yang diikuti dengan hati yang lurus ikhlas, berbicara sesuai dengan kenyataan, berbuat sesuai bukti dan kebenaran Emosda, 2011:154. Penanaman nilai kejujuran tidak bisa hanya diajarkan secara teoritis seperti hafalan definisi atau pendapat para ahli. Penanaman nilia-nilai 19 kejujuran menuntut tata kehidupan sosial yang merealisasikan nilai-nilai tersebut. Keteladanan dari orang di sekitarnya khususnya orang tua sangat penting bagi anak sehingga bisa dijadikan model oleh anak. 7 Kemandirian Anak diberi kesempatan untuk menentukan keputusan. Kemandirian bukan berarti tidak membutuhkan orang lain melainkan justru di dalam kebersamaan dengan orang lain. Takriawan 2015 menyatakan beberapa cara melatih kemandirian anak di rumah. a Biarkan anak melakukan pekerjaan mereka sendiri walaupun hasilnya kurang sempurna, misalnya dengan membiarkan anak menyiapkan keperluan sekolah sendiri seperti menyusun jadwal, menentukan seragam, dan memakai sepatu. Meskipun memakan waktu yang lebih lama, namun penting bagi penanaman jiwa kemandirian anak. b Berikan pujian atas usaha mereka. Dengan pujian anak akan merasa dihargai dan mendorong anak untuk melakukan dengan lebih baik. c Berikan tanggung jawab pada anak, misalnya dengan memberikan tanggung jawab menjaga kebersihan dan kerapian kamarnya dan mencuci alat makan setelah menggunakan. d Jangan cepat membantu kesulitan mereka. Anak perlu dilatih menyelesaikan permasalahannya sendiri. Misalnya saat anak mengerjakan PR, biarkan anak mengerjakan sesuai kemampuan mereka. Apabila mereka kesulitan maka berikan arahan, bila masih kesulitan maka beri bantuan sebatas yang diperlukan. 20 e Memberi motivasi pada anak misalnya dengan menceritakan kisah-kisah para tokoh. f Disiplin dalam menerapkan pembelajaran. g Ajak anak berdiskusi. Orang tua bisa mengajak anak berdiskusi mengenai manfaat dan kegurian dari tindakan yang mereka lakukan. h Ajari anak peduli lingkungan. i mengajak anak merancang masa depan. 8 Daya Juang Daya juang menurut Stoltz dalam Herawaty dan Wulan, 2013:140 adalah kemampuan yang dimiliki individu untuk bertahan dalam menghadapi dan mengatasi dalam segala kesulitan yang terjadi dengan terus ulet dan tekun dalam mencapai tujuan yang diinginkan. 9 Tanggung Jawab Tanggung jawab menurut Barbara adalah sikap yang dapat diandalkan, ketekunan, terorganisasi, tepat waktu, menghormati komitmen, perencanaan dalam Hamidah dan Palupi, 2012:145. Salah satu macam tanggung jawab yaitu tanggung jawab terhadap keluarga. Setiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab pada keluarganya. Setiap anak perlu ditanamkan tanggung jawab untuk menjaga nama baik keluarga. Tanggung jawab terhadap keluarga juga meliputi kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan kehidupan. 10 Penghargaan terhadap lingkungan alam 21 Penanaman nilai penghargaan terhadap lingkungan dapat diberikan melalui kegiatan kerja bakti. Dalam kegiatan kerja bakti bukan hanya mengenai menyapu namun juga merawat tumbuh-tumbuhan. Anak ditunjukkan bahwa lingkungan alam yang hijau dan asri sangat membantu kesehatan dan kenyaman hidup manusia. Pendidikan moral dalam keluarga ada untuk mengembangkan tingkat pertimbangan moral anak yang akan diwujudkan dalam perilaku moral anak. Pendidikan keluarga akan membantu anak untuk mempersiapkan diri sebelum berinteraksi dan menyesuaikan diri di masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakat. Jadi pendidikan moral keluarga adalah proses yang diinisiasi oleh orang tua untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan anak mengenai nilai baik dan buruk sesuai budaya di lingkungannya. Berdasarkan pembahasan di atas indikator yang dijadikan dasar dalam menyusun instrumen untuk mengukur pendidikan moral dalam keluarga menurut Suparno dkk diantaranya yaitu nilai religiusitas, sosialitas, gender, keadilan, demokrasi, kejujuran, kemandirian, daya juang, tanggung jawab, penghargaan terhadap lingkungan. Pemberian pendidikan moral pada anak harus seimbang pada semua materi agar anak memiliki pedoman dalama bertingkah laku baik sebagai makhluk Tuhan, sebagai anggota masyarakat, dan sebagai sesama makhluk hidup.

c. Tujuan pendidikan moral

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KOMUNIKASI ORANG TUA DENGAN PERILAKU SOSIAL ANAK KELAS V SD NGERUKEMAN KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

0 4 76

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN TINGKAT PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK PDHI BANGUNTAPAN BANTUL YOGYAKARTA

0 2 84

HUBUNGAN PERILAKU BULLYING DENGAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI MINOMARTANI 6 NGAGLIK SLEMAN YOGYAKARTA.

0 3 112

HUBUNGAN KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN PERILAKU SOSIAL SISWA KELAS V SD SE-GUGUS BINTANG KECAMATAN TEMPURAN KABUPATEN MAGELANG.

1 3 135

Kemitraan Sekolah dan Keluarga dalam Pendidikan Moral bagi Anak

0 0 14

HUBUNGAN INTENSITAS COOPERATIVE PLAY DENGAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA KELAS TINGGI SEKOLAH DASAR SE-GUGUS IV KECAMATAN PLERET BANTUL YOGYAKARTA.

0 0 133

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA DI SMA NEGERI 1 BANGUNTAPAN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Religiusitas dengan Perilaku Seksual pada Remaja di SMA Negeri 1 Banguntapan Bantul Yogyakarta Tahun 2015 - DIGILIB UNISAYO

0 0 15

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA DI SMA NEGERI 1 BANGUNTAPAN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Religiusitas dengan Perilaku Seksual pada Remaja di SMA Negeri 1 Banguntapan Bantul Yogyakarta Tahun 2015 - DIGILIB UNISAYO

0 0 15

HUBUNGAN KOMUNIKASI ORANG TUA DALAM KELUARGA DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KUA BANGUNTAPAN BANTUL

0 0 13

PENGARUH PENYULUHAN DENGAN MULTIMEDIA TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT ANAK SD KELAS III DI SDN 2 JAMBIDAN BANGUNTAPAN BANTUL YOGYAKARTA

0 0 16