44 5 Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian
moral merupakan bahan emosi dan menimbulkan ketegangan psikologis. Nurihsan dan Agustin, 2013:85
Para remaja banyak yang tidak berhasil dan bahkan membentuk kode moral berdasarkan konsep moral yang secara sosial tidak dapat diterima saat proses
mencapai moralitas dewasa. Pada masa remaja, mereka ingin membentuk kode moral sendiri berdasarkan konsep tentang benar dan salah yang telah diubah dan diperbaiki
agar sesuai dengan tingkat perkembangan yang lebih matang dan yang telah dilengkapi dengan hukum-hukum dan peraturan-peraturan yang dipelajari dari orang
tua, guru, bahkan dari ajaran agamanya. Abin Syamsudin menyampaikan bahwa secepat individu menyadari sebagai
anggota dari suatu kelompok, secepat itu pula pada mumnya individu menyadari bahwa terdapat aturan perilaku-perilaku yang boleh, harus, dan terlarang
melakukannya. Proses penyadaran tersebut berlangsung melalui interaksinya dengan lingkungan dimana mungkin ia mendapat larangan, suruhan, pembenaran atau
persetujuan, kecaman atau celaan, merasakan akibat-akibat tertentu yang mungkin menyenangkan atau mengecewakan dari perbuatan yang dilakukannya.
B. Penelitian yang relevan
1. Penelitian Siti Nilna Faizah 2014 Pendidikan Moral Remaja dalam keluarga Single Parent di Desa Klepu Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Diperoleh
hasil cara mendidik moral yang digunakan para responden dalam mendidik moral yaitu menggunakan metode teladan metode pembiasaan yang baik, metode nasihat,
45 metode khiwar, metode hukuman. Faktor-faktor yang menghambat pendidikan moral
yaitu pendidikan agamayang rendah, faktor ekonomi, faktor kesibukan, faktor kurang harmonisnta keluarga sehingga anak menjadi krisis moral akibat salah cara
mendidiknya. 2.
Penelitian Yuliatun 2011 tentang “Pemahaman moral orang tua dan Perhatian orang tua dengan Perilaku Deviasi Social Remaja di Panti Rehabilitasi Narkoba Sehat
Mandiri Yogyakarta”. Menyatakan bahwa orang tua yang memahami nilai baik buruk dalam keseharian mengkondisikan dengan nilai kejujuran, tanggung jawab, tepa
selira, pemaaf, mandiri, tahu berterima kasih dsb; maka anak akan mempunyai perilaku yang baik tidak gampang hanyut pada perilaku yang menyimpang. Diperoleh
kesimpulan ada hubungan yang negative antara pemahaman moral orang tua dan perhatian orang tua dengan perilaku deviasi social remaja di Panti Rehabilitasi
Narkoba Sehat Mandiri Yogyakarta.
3. Penelitian Herien Puspita Wati 2009 tentang ”Pengaruh Komunikasi Keluarga,
Lingkungan Teman Sekolah terhadap Kenakalan Pelajar dan Nilai Pelajar Pada sekolah Menengah di Kota Bogor Tahun 2009”, diperoleh kesimpulan bahwa orang
tua maupun teman secara bersama-sama berpengaruh pada kenakalan remaja. Hasil penelitian membuktikan bahwa komunikasi orang tua dan anak dapat mengurangi
pengaruh teman ke arah perilaku anti sosial.
4 . Penelitian Rio Ramadhani 2013 tentang “Komunikasi Interpersonal Orang Tua
Dan Anak Dalam Membentuk Perilaku Positif Anak Pada Murid SDIT Cordova Samarinda
”. Diperoleh hasil bahwa proses komunikasi antara orang tua dan anak
46 dalam menanamkan perilaku positif berlangsung secara tatap muka dan berjalan dua
arah artinya ketika orang tua mengkomunikasikan pesan-pesan yang berisi nilai-nilai positif yang akan mempengaruhi perilaku anak ke arah yang positif, dalam
menanamkan perilaku positif ada hal-hal yang dapat mendukung orang tua untuk memudahkannya dalam menyampaikan pesanpesan tentang nilai-nilai positif
tersebut.
C. Kerangka Pemikiran 1. Hubungan Pendidikan Moral dalam Keluarga dengan perilaku Sosial Anak