256
256 f.
Membiarkan klien cenderung memiliki semangat yang tinggi untuk menekan realitas.
g. Memberikan dorongan kepada klien untuk mengadakan komunikasi dengan
kekuatan, untuk menekan kelompok secara keseluruhan atau masyarakat pada umumnya.
h. Berperan atau berlaku sebagai ayah dalam kelompok.
i. Melupakan klien yang telah mengakhiri hubungan konselingnya.
D. Tanggung Jawab klien
Beberapa peranan anggota kelompok dalam upaya menumbuhkan, mengembangkan, dan menghidupkan kelompok adalah sebagai berikut.
a. Encourager, yakni memberi semangat, memuji, menyetujui, dan menerima ide-
idenya, menunjukkan kehangatan dan memiliki sikap solidaritas terhadap anggota-anggota kelompok.
b. Harmonizer, yakni menengahi pertentangan-pertentangan yang terjadi antar
anggota dalam kelompok, dan berusaha menggabungkan perbedaan pendapat, serta mengurangi ketegangan kelompok.
c. Compromiser, yakni berusaha mencairkan suatu konflik yang terjadi dalam
kelompok yang berkaitan dengan masalah posisi dan statusnya dalam kelompok. Mengakui kesalahan yang diperbuat dan bersedia untuk menyerahkan
kedudukannya dalam kelompok. d.
Gatekeeper dan Expediter, yakni mendorong dan memperlancar partisipasi dengan anggota kelompok lainnya, membuka dengan tetap bersikap sebagai
pendengar yang baik, dan menutup serta memberikan reaksi terhadap suatu masalah.
e. Standart setter atau Ego ideal, yakni menstandarisasi ekspresi kelompok dalam
mencoba menilai kualitas dari proses kelompok. f.
Group Observer dan Comentator, yakni membuat rekaman dari segala kegiatan proses dalam kelompok dan mengkontribusikan data untuk mengadakan
257
257 interpretasi perencanaan dan evaluasi kelompok sesuai dengan prosedur yang
benar. g.
Follower, yakni mengikuti kegiatan kelompok secara terus menerus tetapi bersikap pasif. Berfungsi sebagai pendengar yang baik terhadap apa yang
dikemukakan oleh anggota kelompok.
Beberapa peranan yang harus dihindari oleh para anggota kelompok, yaitu peranan yang bersifat anti atau merusak terhadap kelompok. Peranan yang negatif tersebut
adalah sebagai berikut. a.
Aggresor, yakni merendahkan status orang lain, mencela apa yang diekspresikan orang lain, memecah belah kelompok, memperlihatkan rasa iri hati, dan
sebagainya. b.
Blocker, yakni bersikap keras kepala, rewel, serta menentang segala sesuatu yang tidak cocok dengan keinginan tapi tidak secara logis.
c. Recognition seeker, yakni mencoba untuk memperoleh perhatian dari orang lain
untuk dirinya sendiri dengan cara membangggakan diri sendiri, memberikan informasi, keterangan tentang keadaan pribadinya serta kecakapan pribadinya.
d. Self-confessor, yakni memanfaatkan kelompok untuk mengekspresikan diri
pribadinya, orientasinya non group, baik perasaan, insight, ideologinya maupun yang lainnya.
e. Playboy, yakni orang yang menunjukkan kekurangterlibatan dalam kerjasama
dengan kelompok. Tindakan-tindakannya boleh dikatakan berbentuk atau bersifat sinisme, main-main, dan bertingkah laku kasar dan brutal.
f. Dominator, yakni orang yang mencoba menggunakan wewenang dan
kekuasaannya untuk memanipulasi kelompok atau beberapa individu dalam kelompok. Menjilat dan menuntut untuk memperoleh status.
Dari uraian di atas, nampaknya konselor sebagai pemimpin kelompok hendaknya dapat mengarahkan para anggota kelompok agar dapat melakukan tugas dan peranan
258
258 dengan baik agar kegiatan dalam konseling kelompok dapat dilaksanakan dan
mencapai tujuan yang diharapkan. Kesalahan yang ditimbulkan oleh adanya tugas atau peranan yang mengganggu jalannya kegiatan dalam kelompok tidak saja
berakibat buruk bagi anggota tersebut, melainkan juga akan merugikan semua anggota kelompok yang pada akhirnya dapat menghambat dalam penyelesaian
masalah sebagai tujuan dari konseling kelompok.
259
259
KEGIATAN
BELAJAR 11
PROSES KONSELING KELOMPOK
Pembahasan mengenai proses konseling kelompok senantiasa berkaitan dengan tahap-tahap perkembangan kegiatan kelompok serta karakteritik masing-masing tahap
tersebut. Masalah perkembangan kelompok merupakan hal yang penting dalam konseling kelompok. Oleh karena itu seorang konselor, sebagai pemimpin kelompok
harus memahami dengan jelas tahap-tahap perkembangan kelompok. Pemahaman terhadap perkembangan kelompok akan memberikan wawasan kepada konselor
tentang faktor-faktor yang akan mendukung serta faktor yang akan menghambat proses kelompok serta dapat mengoptimalkan kemampuannya dalam membantu
anggota-anggota untuk mencapai tujuannya. Prayitno 1995:40 mengemukakan empat tahap perkembangan dalam konseling
kelompok yang memiliki karakteristik tertentu, meliputi: 1 tahap pembentukan, 2 tahap peralihan, 3 tahap pelaksanaan kegiatan, dan 4 tahap pengakhiran.
A. Tahap pembentukan