247
247
B. Kompetensi Pemimpin Kelompok
Konseling kelompok sebagai suatu kegiatan profesional dalam bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang berlangsung dengan individu yang beragam latar
belakangnya serta individu yang sedang menjalani tahap perkembangann tertentu dengan tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikannya.Belkin dalam
Wibowo, 2001 menggambarkan betapa rumitnya pekerjaan guru pembimbing. Guru pembimbing adalah orang yang bekerja dengan perasaan dan pikiran kliennya, serta
dihadapkan dengan berbagai keunikan masalah yang mereka alami. Guru pembimbing hendaklah orang pilihan dan memiliki karakteristik tertentu baik
personal maupun ketrampilan. Berkaitan dengan karakteristik guru pembimbing, Rogers dalam Gladding,
1988:32 mengemukakan bahwa keefektifan konselor terletak pada kepribadiannya, dan menganggap kepribadian konselor lebih penting dari pada teknik-teknik yang
digunakannya. Ada tiga ciri pokok yang seyogyanya ditampilkan konselor menurut Rogers, yaitu keterbukaan, penilaian positif dan empati. Dari ketiga ciri tersebut,
maka empatilah yang dirasakan sangat penting. Senada dengan pendapat di atas, Corey 2001;39-420 menjelaskan tentang
karakteristik pemimpin kelompok yang efektif, yakni: 1.
kehadiran emosional presence. Kehadiran konselor dalam konseling kelompok sangat besar artinya bagi anggota kelompok. Kehadiran bukan hanya secara fisik
melainkan juga secara emosional. Ini berarti konselor terlibat secara emosional dan secara pribadi dengan kelompok yang dipimpinnya.
2. kekuatan pribadi personal power. Kekuatan pribadi ini mencakup kepercayaan
diri dan kesadaran akan pengaruh dirinya terhadap orang lain. Konselor menggunakan kekuatan pribadinya itu untuk mendorong anngota kelompok
menggunakan kekuatannya sendiri yang tidak tersalurkan dan buka untuk meningkatkan ketergantungan peserta pada konselor.
3. keberanian courage. Konselor menunjukkan keberanian mengambil resiko
dalam kelompoknya, dan dengan mengakui kesalahan yang mungkin
248
248 diperbuatnya. Keberanian itu ditunjukkan pula melalui berbagai perasaan dan
pemikiran mengenai pelaksanaan dan keseluruhan proses kelompok dan kesediannya untuk membagi kekuatan dirinya dengan anggota kelompok.
4. kemauan untuk mengkonfrontasi diri sendiri willingness to confront one self.
Keberanian konselor tidak hanya dalam rangka interaksi dengan kelompok dan anggota-anggotanya secara individual, melainkan juga keberanian dalam
menghadapi keadaan dirinya sendiri. Konselor harus selalu mengevaluasi diri sendiri dan menerima apa adanya hasil dari evaluasi, kemudian bersedia untuk
memperbaiki yang tidak layak serta mempertahankan hal-hal yang layak dan memadai.
5. kesadaran diri self awarness. Kesadaran diri merupakan titik pangkal dari
kesediaan untuk mengkonfrontasikan diri dan mengevaluasikan diri sendiri. 6.
Keikhlasan sincerity. Salah satu kualitas pemimpin yang paling penting adalah keikhlasan dalam memperhatikan kesejahteraan orang lain dan dalam
menumbuhkan cara-cara pemecahan masalah yang konstruktif. Dalam hal ini konselor tidak selalu berkeinginan untuk didengar, segala sesuatunya dilakukan
untuk kesejahteraan anggota kelompok. 7.
keontetikan Authenticety. Keontetikan ini erat hubungannya dengan keikhlasan. Keberhasilan dalam memimpin konseling kelompok menuntut konselor untuk
berbuat secara otentik, benar, kongruen dan jujur. 8.
rasa beridentitas sense of identity. Salah satu tugas konselor kelompok adalah membantu anggota kelompok untuk menemukan diri mereka sendiri. Sebelum
konselor melaksanakan tugas ini, terlebih dahulu dia harus mengenal dirinya sendiri, harus mengenal dan memahami identitasnya sendiri secara mendalam. Ini
berarti konselor harus menyadari nilai-nilai yang dianutnya sendiri, dan tidak hanya menerapkan nilai-nilai orang lain.
9. yakin akan memanfaat proses kelompok belief in group process. Keyakinan ini
merupakan faktor essensial menuju keberhasilan kegiatan konseling kelompok.
249
249 Keyakinan anggota kelompok akan terjelma apabila konselor sendiri memiliki
keyakinan bahwa kegiatan kelompok akan berguna bagi anggota kelompok. 10.
antusias enthusiasm. Antusias atau kegairahan kerja merupakan ciri penting yang perlu dimiliki konselor kelompok. Apabila konselor mendorong anggota
kelompok untuk turut serta secara baik di dalam kelompoknya. 11.
dengan temu dan kreativitas inventiveness and creativity daya temu dan kreativitas merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan keberhasilan
konseling kelompok. Konselor yang inventif dan kreatif bersedia untuk bersikap terbuka kepada pengalaman-penglaman baru dan terbuka pula terhadap gaya
hidup dan nilai-nilai yang berbeda-beda dari gaya hidup dan nilai-nilai yang dianut dirinya sendiri.
12. daya tahan stamina. Konselor konseling kelompok membutuhkan ketahanan
fisik dan psikis yang tinggi dalam memimpin kelompok. Oleh karena itu, konselor harus selalu berupaya menjaga diri mereka sendiri dengan baik sehingga
tetap bersemangat dalam setiap sesi konseling. Sedangkan C. Gratton Kemp 1970, mengemukakan hal-hal yang perlu
dilakukan oleh seorang konselor dalam penyelenggaraan konseling kelompok, diantaranya:
1. proses tingkah laku sosial, meliputi:
a. Mnetapkan tujuan
b. Memberikan informasi-informasi yang relevan
c. Merangsang atau mendorong pemikiran-pemikiran ke arah tujuan
d. Mendorong agar berani untuk mengekspresikan pendapatnya untuk
pemecahan masalah. e.
Mendengarkan dan memahami pemikiran-pemikiran yang diekspresikan klien f.
Menyatukan buah fikiran atau ide-ide dengan tujuan. g.
Membantu mengerahkan upaya untuk mencapai kesepakatan. h.
Merefleksikan dan memperjelas ide-ide bila diperlukan
250
250 i.
Merangkum hasil pembicaraan 2.
proses tingkah laku psikis meliputi: a.
Membiarkan situasi itu tidak terstruktur b.
Mendengarkan untuk mengerti arti dari ekspresi individu-individu c.
Menyetakan ekspresi-ekspresi perasaan untuk dipertimbangkan lebih lanjut. d.
Merefleksikan dan memperjelas perasaan-perasaan yang diekspresikan apabila di perlukan
e. Menghindari segala bentuk usaha untuk mencapai konsensus
f. Berupaya untuk mengembangkan oreantasi perasaan dari pada orientasi
pemikiran dalam memberikan respons. g.
Menilai terhadap cara kerja anggota tanpa adanya dorongan atau penghargaan secara lisan dan verbal.
h. Mengharapkan adanya perbedaan-perbedaan dalam pandangan-pandangan
dan tingkat perasaan i.
Menerima ekspresi yang kuat dari perasaan-perasaan individu sebagai suatu materi yang bermanfaat bagi keseluruhan proses.
Moh. Surya 1988:162 menjelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan oleh konselor dalam melaksanakan konseling kelompok, yakni sebagai berikut:
1. Memilih anggota kelompok
Anggota kelompok yang akan berpartisipasi dalam konseling kelompok hendaknya dipertimbangkan dan dipilih secara cermat agar pelaksanaanya dapat
berjalan dengan baik. Pada anggota hendaknya memiliki kesamaan minat dan masalah, adanya homogenitas dalam pengelompokan dilihat dari usia,
kematangan sosial, pengalaman dan sebagainya. Di samping itu klien hendaknya memiliki keinginan untuk memperoleh bantuan, memiliki kemauan untuk
mengemukakan masalah dan keadaan dirinya, dan bersedia berpartisipasi dalam kelompok. Konselor hendaknya mampu menyakinkan para anggota kelompok
sebagai klien tentang manfaat konseling kelompok.
251
251 2.
Ukuran kelompok Banyaknya anggota kelompok dapat mempengaruhi komunikasi dan interaksi
antar mereka. Oleh karena itu, konselor hendaknya memperhitungkan banyaknya anggota dalam kaitannya dengan keefektifan di dalamnya. Biasanya antara 5
sampai 8 orang dapat dipandang cukup memadai, namun dalam pelaksanaannya tergantung dari prose dan ini konseling.
3. Lama dan Frekuensi Pertemuan
Konselor hendaknya mempertimbangkan berapa lama dan berapa kali pertemuan berlangsung. Biasanya berkisar antara 30 menit sampai dengan 1 jam untuk setiap
pertemian, dan dapat dilakukan seminggu sekali atau seminggu dua kali atau dua minggu sekali. Semuanya tergantung dari kondisi, proses dan isi konseling.
4. Hakekat Hubungan
Hendaknya diperhatikan benar bentuk hubungan dalam proses konseling, apakah hubungan terapiutuk terletak pada interaksi antar para anggota ataukah antara
konselor dengan anggota. Terdapat dua model hubungan yaitu hubungan yang berpusat pada para anggota atau hubungan yang berpusat pada konselor.
5. Mengembangkan dan Memelihara Hubungan
Dalam pelaksanaan konseling kelompok, konselor hendaknya dapat menciptakan dan mengembangkan hubungan antara anggota dengan konselor dan anggota
dengan kelompok. Para anggota hendaknya didorong untuk saling membantu, untuk itu hendaknya diusahakan agar selama proses konseling setiap anggota
dapat: a mendengarkan secara mendalam, b membantu orang lain untuk berbicara, c mendiskusikan masalah, d mendiskusikan perasaan, e meng-
konfrontasi, f merencanakan tindakan. Hubungan ini hendaknya terus dipelihara dengan baik sejak dimulai sampai selesai.
6. Tanggung Jawab Konselor
Ketrampilan dan kepercayaan konselor pada dasarnya merupakan kunci sukses- nya konseling kelompok. Penglaman dalam konseling individual dapat merupa-
kan dasar bagi kelancaran bekerja dalam kelompok. Tangung jawab konselor
252
252 dalam konseling kelompok adalah sejajar dengan situasi konseling individual,
yaitu menumbuhkan perasaan diterima, hangat, dan pemahaman. Konselor hen- daknya memperhatikan anggota dalam interaksinya. Menumbuhkan rasa percaya
diri pada anggota dalam memecahkan masalahnya, menciptakan hubungan kerja yang baik.
Menurut Kottler dalam Shertzer Stone, 1980: 369 ketrampilan konselor dalam konseling kelompok meliputi: a diagnosis, yaitu menemukan masalah dan
latar belakangnya, b mengenal, menjelaskan, dan menafsirkan makna di balik perilaku klien, c berkomunikasi dengan para anggota, d menggunakan humor
dan strategi inovatif untuk menjaga agar pertemuan tetap menarik, e memvariasi metode untuk menyegarkan kebutuhan para anggota, dan f menghadapi para
anggota yang berperilaku tidak sesuai. 7.
Tanggung Jawab Anggota Kelompok Dalam konseling kelompok, para anggota mempunyai tanggung jawab tertentu
dalam pembentukan kelompok, pertumbuhan kelompok, pelaksanaan kegiatan kelompok, dan mengatasi hambatan-hambatan kelompok. Para anggota kelompok
bertanggung jawab untuk membentuk hubungan yang bersifat membantu, melalui interaksi, setiap anggota membantu menumbuhkan dan memelihara suasana
psikologis yang kondusif bagi pertukaran pengalaman dan pemecahan masalah. Dalam hal ini konselor hendaknya mampu menumbuhkan rasa tanggung jawab
para anggota kelompok. 8.
Beberapa Teknik Kelompok Beberapa teknik kelompok yang dapat dipergunakan dalam konseling kelompok
hendaknya dipertimbangkan dengan baik, terutama dalam ketepatan pemilihan dan pelaksanaannya. Teknik-teknik kelompok yang dapat digunakan dalam
konseling kelompok dapat sebagai berikut: bermain peranan, pergantian peranan, double tecnique teknik ganda dan mute tecnique teknik bisu.
253
253
C.Tanggung Jawab Konselor
Pengetahuan, kecakapan, serta keterampilan konselor adalah merupakan kunci utama keberhasilan penyelenggaran konseling kelompok. Penglaman-pengalaman konselor
dalam melaksanakan konseling perorangan sering kali dipakai sebagai dasar dalam menetapkan pelaksanaan konseling kelompok. Tanggung jawab konselor dalam
konseling kelompok sejajar dengan tanggung jawab dalam situasi konseling individual. Konselor telah mempersiapkan seperangkat keterampilan, sikap dan sifat
yang penuh rasa penerimaan, kehangatan dan pengertian ataupun pemahaman terhadap klien dalam kegiatan kelompok. Konselor telah memiliki kesadaran akan
kelebihan dan keterbatasannya serta tidak mencoba melepaskan tanggung jawab dan campur tangnnya dalam situasi konseling kelompok.
Pendapat serta pandangan-pandangan klien secara keseluruhan diperoleh konselor dari anggota dan interaksi anggota dalam kelompok dengan memberikan kesempatan
yang seluas-luasnya kepada anggota untuk mengekspresikan dirinya sendiri sesuai dengan keinginannya sendiri dalam kegiatan kelompok.
Konselor mencoba berkomunikasi dengan penuh kepercayaan pada setiap anggota sehingga klien mampu memcahkan masalahnya. Sebagai seorang konselor, ia
bertanggung jawab untuk membantu klien menetapkan hubungan kerja, menunjukkan kemantapan bertindak, dan seperangkat contoh kegiatan dalam menerima dan
membantu klien lainnya. Dengan jalan mendemonstrasikan keterampilan, kecakapan atau keahliannya,
konselor akan dapat dengan bersungguh-sungguh mempengaruhi bagaimana kelom- pok itu dapat berfungsi dengan baik dan mantap.
George R. Bach dalam Shetzer Stone, 1981, mengemukakan beberapa hal yang boleh dikerjakan dan yang tidak boleh dikerjakan konselor.
Yang boleh dilakukan konselor yaitu: a.
Mencoba mendalami tingkat emosi klien dalam merefleksikan pengalaman-pe- ngalamannya
254
254 b.
Memberikan peringatan pada sekelompok klien terutama yang bersangkut paut dengan tindakan konstruktif yang merupakan suatu manifestasi dari kapasitas
bantuan untuk semua orang, di mana dia akan dapat dan berkemauan untuk tum- buh dan berkembang
c. Memberikan suatu layanan yang bersifat memuji anggota kelompok
d. Memberikan penghargaan terhadap tanggung jawab kepemimpinannya, yaitu
berupa janji atau harapan dan ancaman untuk kelompok. e.
Mengkontribusikan kelompok secara langsung atas ketidakmampuannya dan demokrasi kepemimpinannya secara klinikal, cukup dengan memberi nasehat
yang semuanya berkaitan dengan pemahaman diri. f.
Secara bersama-sama melakukan apa yang ingin diketahuinya atau dipahaminya, juga perasaan pribadinya, pengalaman-pengalamannya, serta nilai-nilai dalam
kelompok. g.
Membantu klien dalam kelompok untuk mengingkatkan toleransinya pada individu-individu yang berbeda, di mana mereka memiliki pengaruh yang begitu
besar dalam latihan. h.
Mencoba untuk mengukur dengan tepat dan benar, serta merefleksikan sebagian besar konsensus kelompok dengan berbagai topik.
i. Mempelajari perbedaan antara pengaruh kelompok dengan pengaruh individu.
j. Memiliki wewenang untuk memecahkan masalah-masalah yang dapat
membingungkan atau hal-hal yang menimbulkan teta-teki. k.
Mencari jalan keluar dalam mencapai tujuan dari konseling, yaitu kesejahteraan dari tiap-tiap individu.
l. Merefleksikan dan memperkokoh kebiasaan-kebiasaan yang wajar dari kelompok.
Tetapi biasanya minat yang terpendam memiliki pengaruh yang selaras dengan kesadaran dari semua unsur yang terlibat dalam kelompok.
m. Meneliti, mengamati, dan respek terhadap kebijakan yang bersifat konstruktif
yang tanpa disadari merupakan suatu manifestasi dirinya dengan klien.
255
255 n.
Menerima peranannya untuk melindungi lingkungan terapiutik yang menye- babkan rasa tertekan dan dapat menemukan bentuk-bentuk komunikasi bersama
secara eksplisit. o.
Merumuskan dengan jalas obyektifitas terapi yang ingin di capai dan diharap- kannya, dan kemungkinannya untuk dapat dicapai.
p. Memberikan informasi tentang struktur kepribadian yang mantap, dan frekuensi
ketidakpercayaan, serta mencoba secara kontinu agar setiap klien mengadakan seleksi terapiutik, diagnosis dan prognosis dengan kebutuhan yang nyata dalam
psikoterapi yang intensif. q.
Menerima prinsip-prinsip saling ketergantungan sosial dalam kepribadian manu- sia.
r. Mengadakan penilaian, membuat rekaman dan menukar ide-ide dengan teman
sekerja. Sedangkan yang tidak boleh dikerjakan konselor, yaitu:
a. Meremehkan klien dengan maksud untuk mendorong ketidaksadaran dan motif-
motif klien. b.
Bertingkahlaku yang spontan dalam terapi kelompok, terutama bagi klien yang memiliki penyimpangan-penyimpangan tingkah laku sosial dalam diskusi
kelompok. c.
Mendorong atau memperkuat kecenderungan kebiasaan klien dengan secara langsung menggunakan kewibawaan serta kewenangan dalam menyembuhkan
klien. d.
Mengecewakan hati klien dengan masalah-masalah yang ruwet dalam hidupnya, dalam kegiatan psikoterapi kelompok.
e. Memberikan bantuan pada suatu kelompok yang baru dalam rangka reject
pathology penolakan patologis, dan hubungannya dengan konformitasnya yang normal.
256
256 f.
Membiarkan klien cenderung memiliki semangat yang tinggi untuk menekan realitas.
g. Memberikan dorongan kepada klien untuk mengadakan komunikasi dengan
kekuatan, untuk menekan kelompok secara keseluruhan atau masyarakat pada umumnya.
h. Berperan atau berlaku sebagai ayah dalam kelompok.
i. Melupakan klien yang telah mengakhiri hubungan konselingnya.
D. Tanggung Jawab klien