Konseling kognitif Beck KEGIATAN

226 226 KR telah digunakan secara luas di berbagai lingkungan atau lembaga, khsususnya di sekolah-sekolah, lembaga bisnis, dan industri. KR dapat diterapkan di dalam lingkungan sekolah untuk menangani berbagai kegagalan atau kesulitan belajar dan meningkatkan prestasi akademik siswa, dengan cara membantu siswa me- ngembangkan identitas berhasil. Dalam penerapannya di bidang bisnis dan industri, KR dapat menangani pemimpin yang otoriter, senang menilai, dan senang menghukum. KR dapat membuat pemimpin yang demikian itu menjadi lebih senang menggunakan dorongan dan penghargaan untuk mendorong kinerja karyawan. KR juga sangat efektif untuk digunakan sebagai pendekatan dalam konseling individual, konseling kelompok, dan konseling keluarga dan perkawinan dengan berbagai macam masalah. Banyak bukti empiris telah menyatakan bahwa KR dapat digunakan untuk membantu konseli menangani berbagai bentuk gangguan perilaku dan emosi seperti: kecemasan, salah suai, konflik perkawinan, kenakalan, bahkan untuk menangani psikosa dan menurunakn angka kriminalitas Glasser Zuni, 1979. Secara khusus, KR sangat efektif untuk membantu individu-individu yang sedang menjalani proses rehabilitasi, membuat perencanaan dan keputusan karir konseling vokasional, dan menangani situasi-situasi krisis. B. Pendekatan Kognitif

1. Konseling kognitif Beck

Aaron Beck adalah orang yang pertama kali mengembangkan konseling kognitif. Beck adalah ahli yang sangat intensif dalam mempelajari depresi dari sudut pandang kognitif dan kemudian mengembangkan metode terapi untuk menanganinya Beck, 1995 seperti terdapat pada buku Beck yang berjudul Cognitive Therapy of Depression. Jadi, awalnya model konsleing beck ini khusus digunakan untuk menangani depresi. Namun pada perkembangannya ia digunakan lebih luas, seperti untuk menangani gangguan kecemasan, phobia, dan kepribadian Beck, Freeman, Associate, 1990; Beck Emery, 1985. Penelitian yang dilakukan selama hampir 20 227 227 tahun dan hasil meta analisis terhadap 400 hasil penelitian telah memberikan bukti empirik bahwa KKB menjadi suatu pendekatan yang efektif untuk menangani berbagai bentuk gangguan mental dan dapat digunakan untuk berbagai kelompok populasi klien mulai dari anak, remaja, dan orang dewasa. Konseling kognitif Beck KKB didasarkan pada asumsi bahwa gangguan perilaku disebabkan oleh adanya gangguankesalahan kognitif. Gangguan kognitif itu sendiri disebabkan oleh banyak faktor seperti faktor biologis dan kecenderungan genetik, pengalaman di sepanjang hayat hidup, dan akumulasi pengetahuan dan belajar yang saling berinteraksi satu sama lain. Seperti dikemukakan oleh Beck, et al. 1990:23, We speculate that these dysfunctional beliefs have originated as the result of the interaction between the individuals genetic predisposition and exposure to undesirable influences from other people and traumatic events. Gangguan kognisi tersebut mulai terbentuk pada masa kanak-kanak dan direfleksikan dalam keyakinan fundamental orang dewasa. Jika anak telah mengalami gangguan kognitif, mereka menjadi rentan terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan peristiwa hidup yang menyentuh kerentanan kognitifnya Beck, 1990: 23. Namun KKB juga mengambil posisi holistik dalam memandang manusia dan mengakui pentingnya mempelajari perasaan dan perilaku manusia Beck, et al., 1990. Beck membagi kognisi individu ke dalam empat tingkatan berikut: pikiran otomatis automatic thought, keyakinan tingkat tinggi intermediate beliefs, keyakinan inti core beliefs, dan skema schemas. Pikiran otomatis merupakan cucuran atau aliran kognisi yang terus mengalir melalui mental kita yang bersifat sponatan dan situasional. Beberapa contoh pikiran otomatis adalah: Saya pikir saya tak akan pernah dapat melakukannya;” “Saya pikir Saya akan memperoleh makanan yang sehat hari ini;” “Saya akan membantu Joni menyelesaikan pekerjaan rumahnya malam ini. Pikiran otomatis menjembatani situasi dan emosi. Artinya, dari situasi tertentu dapat muncul pikiran otomatis tertentu dan dapat membangkitkan emosi tertentu. Emosi tidak disebabkan oleh situasi tetapi oleh pikiran otomatis atau pemaknaan terhadap situasi. 228 228 Keyakinan tingkat tinggi seringkali merefleksikan suatu aturan dan sikap yang absolut yang membentuk pikiran otomatis. Contoh keyakinan tingkat tinggi mungkin direfleksikan dalam bentuk pengakuan berikut: Dosen seharusnya tidak memberi nilai D dalam ujian;” “Dosen yang memberi nilai D pada hasil ujian tidak manusiawi; “Dosen yang memberi nilai D sangat merugikan mahasiswa;” “Mahasiswa yang mendapat nilai D harus lebih tekun belajar.” Keyakinan inti merupakan ide sentral tentang diri kita yang mendasari berbagai pikiran otomatis dan selalu direfleksikan dalam keyakinan lanjut. Keyakinan inti dapat digambarkan sebagai global, absolut, dan overgeneralized Beck, 1995. Kayakinan inti merefleksikan pandangan kita tentang lingkungan atau dunia, orang lain, diri kita, dan masa depan yang yang bersifat positif atau negatif dan berakar pada pengalaman masa kanak-kanak tetapi ia selalu dapat dimodifikasi atau diubah. Contoh: Saya orang yang cakap; Dunia ini sungguh sangat menarik dan menggairahkan setiap orang untuk terus hidup menikmatinya; Dunia ini merupakan tempat yang membahayakan; Saya bukan orang yang cakap sehingga tak mungkin berhasil, atau Saya orang yang gagal. Skema merupakan struktur kognitif yang mencakup keyakinan inti, atau suatu aturan khusus yang mengendalikan perilaku dan pemrosesan informasi Beck, 1995. Kita memiliki banyak skema yang bertindak sebagai filter mental. Skema mempengaruhi cara kita mempersepsi realita dan dapat bersifat personal, familial, kultural, religi, jender, dan okupasional Beck, 1990. Skema dapat diaktifkan melalui stimuli khusus dan mampu menggabungkan berbagai informasi yang komplemen konsisten, relevan dan menolak informasi yang kontradiktif. Sebagai contoh, jika seseorang memandang dirinya depresi, mereka akan merima semua informasi negatif tentang dirinya dan mengabaikan informasi positif dirinya. Skema dapat dimodifikasi setelah individu mengalami beberapa perubahan positif sebagai hasil dari menilai dan mengubah pikiran otomatis dan keyakinan intinya. Tujuan umum konseling kognitif adalah membantu konseli mengidentifiaksi kesalahan-kesalahan dalam sistem pengolahan informasi dan kemudian 229 229 membetulkannya. Untuk mencapai kondisi ini, konselor membantu konseli mengidentifikasi pikiran-pikiran otomatis dan keyakinan intinya dan mempertalikannya dengan emosi dan perilakunya; mengevaluasi validitas dari pikiran-pikiran tersebut; dan kemudian memodifikasinya. Tujuan tersebut ditetapkan melalui kolaborasi antara konselor dan konseli, dan kemudian harus dirumuskan secara operasional dan ditulisakan dalam bentuk pernyataan kontrak. Praktek KKB menggunakan banyak teknik. Teknik-teknik tersebut terutama bersifat kognitif, namun juga di ambil dari pendekatan perilaku Seligman, 1996; 2001. Beberapa teknik tersebut antara lain adalah: penjadwalan kegiatan, imajeri mental dan emosional, pemodelan kognitif, simbolik, dan tertutup, penghentian pikiran, restrukturisasi kognitif, distraksi diversi, afirmasi, catatan harian, menulis surat, asesmen sistematis, relabeling dan reframing, bermain peran emosi-rasional, membuat jarak, biblioterapi, dan pemberian tugas.

2. Konseling REPT