3 . Penambahan bahan kimia obat. Bahan-bahan kimia obat yang biasa dicampurkan itu adalah parasetamol, coffein,
piroksikam, theophylin, deksbutason, CTM, serta bahan kimia penahan rasa sakit seperti antalgin dan fenilbutazon. Bahan-bahan kimia obat tersebut dapat menimbulkan efek negatif
di dalam tubuh pemakainya jika digunakan dalam jumlah banyak. Bahan kimia seperti antalgin misalnya, dapat mengakibatkan kerusakan pada organ pencernaan, berupa penipisan
dinding usus hingga menyebabkan pendarahan. Fenilbutazon dapat menyebabkan pemakainya menjadi gemuk pada bagian pipi, namun hanya berisi cairan yang di kenal
dengan istilah moonface, dan jika digunakan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan osteoporosis.
h. Ketepatan pemilihan Obat Untuk Indikasi Tertentu
Dalam suatu jenis tanaman dapat ditemukan beberpa zat aktif yang berkhasiat dalam terapi. Resiko antara keberhasilan terapi dan efek samping yang timbul harus menjadi
pertimbangan dalam pemilihan jenis tanaman obat yang akan digunakan dalam terapi. Contoh, daun tapak dara mengandung alkaloid yang bermanfaat untuk pengobatan diabetes.
Akan tetapi daun tapak dara juga mengandung vincristin dan vinblastin yang dapat menyebabkan penurunan leukosit sel-sel darah putih hingga ± 30 , akibatnya penderita
menjadi rentan terhadap penyakit infeksi. Padahal pengobatan diabetes membutuhkan waktu yang lama sehingga daun tapak dara tidak tepat digunakan sebagai anti diabetes melainkan
lebih tepat digunakan untuk pengobatan leukimia. Efek samping obat tradisional relatif kecil jika digunakan secara tepat, yang meliputi
kebenaran bahan, ketepatan dosis, ketepatan waktu penggunaan, ketepatan cara penggunaan, ketepatan telaah informasi, dan tanpa penyalahgunaan obat tradisinal itu sendiri. Penelitian
yang telah dilakukan terhadap tanaman obat sangat membantu dalam pemilihan bahan baku obat tradisional. Pengalaman empiris ditunjang dengan penelitian semakin memberikan
keyakinan akan khasiat dan keamanan obat tradisional.
BAB III
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
3.1. Deskripsi Area
Penelitian dilakukan di Kecamatan Tigabinanga, kabupaten Karo. Kecamatan Tigabinanga terdiri dari 18 desa dan 1 kelurahan mayoritas penduduk suku Karo
Buku Statistik tahunan Kecamatan Tigabinanga, 2010.
Tabel 3.1. Deskripsi area Tigabinanga No
Uraian Keterangan
1 Luas wilayah
160,38 km
2
2 Ketinggian wilayah dari permukaan laut
600-700 m 3
Kepadatan penduduk 108 km
4
2
Jumlah penduduk 19889 jiwa
5 Kelurahan
1 kelurahan 6
Desa 18 desa
7 Mata pencaharian utama
Bertani Sumber: Buku Statistik Kecamatan Tigabinannga, 2010
Kecamatan Tigabinanga yang dikenal dengan istilah Singalor Lau daerah yang dilalui air sungai adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Wilayahnya
dikelilingi oleh bukit barisan, suhu udara 18 - 22
o
Kecamatan ini memiliki 18 desa dengan 1 kelurahan yang terdiri dari Desa Lau Kapur, Desa Kem kem, Desa Gunung, Desa Simpang Pergendangen, Desa Pergendangen, Kelurahan
Tigabinanga, Desa Kuta Galoh, Desa Kuta Raya, Desa Bunga Baru, Desa Pertumbuken, Desa Kuala, Desa Kuta Buara, Desa Simolap, Desa Kuta Bangun, Desa Suka Julu, Desa
Kutambaru Punti Batu Mamak, Desa Kuta Gerat, Desa Limang, Desa Perbesi. C daerah tersebut berhawa sejuk, mata
pencaharian penduduknya pada umumnya adalah petani. Kecamatan Tigabinanga di kenal sebagai daerah penghasil jagung terbesar dan terbaik di Kabupaten Karo sehingga
Tigabinanga dijuluki sebagai kota jagung. Kantor ibukota kecamatan terletak di Kabanjahe dengan jarak ± 37 km Kecamatan Tigabinanga merupakan kecamatan yang berbatasan
dengan propinsi Aceh Tenggara Sitepu, 2010.
Batas-batas kecamatan Tigabinanga : • Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kutabuluh
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Juhar
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Mardinding • Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tigabinanga
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian