secara tradisional menurut cara sukukelompoknya masing-masing yang mereka terima secara turun-temurun.
Sejak zaman dahulu manusia sangat mengendalikan lingkungan sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, misalnya untuk makan, tempat berteduh, pakaian, obat,
pupuk, parfum, bahkan untuk kecantikan dapat diperoleh dari lingkungan. Memanfaatkan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah kesehatan
yang dihadapinya. Pengetahuan tentang pemanfaatan tanaman ini merupakan warisan budaya bangsa berdasarkan pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan secara turun – temurun telah
di wariskan dari satu generasi kegenerasi berikutnya melalui resep nenek moyang, adat istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat Sukmono, 2009.
Menurut Barus 2010, seperti suku yang ada di Indonesia lainnya, suku Karo termasuk suku yang telah lama mengenal sistem pengobatan tradisional. Obat-obatan
tradisional Karo beranekaragam. Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat Karo mengenal berbagai jenis penyakit dan cara-cara pengobatannya. Selanjutnya Barus 2010, juga
menyatakan masyarakat Karo di tempat yang berbeda menggunakan tumbuhan obat yang berbeda, setiap kelompok masyarakat memanfaatkan tumbuhan untuk kehidupan mereka
dengan cara yang berbeda satu dengan yang lain. Masyarakat Karo di Kecamatan Tigabinanga sudah berpuluh tahun memanfaatkan
tumbuh-tumbuhan sebagai sumber bahan obat dalam mengobati suatu penyakit ataupun untuk perawatan kesehatan. Mereka menggunakan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang dapat
mereka temukan baik di sekitar mereka ataupun yang ada di hutan. Penggunaan obat tradisional ini sudah lama sekali mereka lakukan secara turun temurun dan tetap terjaga
hingga sekarang. Keragaman jenis tumbuh-tumbuhan yang dijadikan obat-obatan tradisional oleh masyarakat, telah memperkaya ilmu pengetahuan dan kesehatan bangsa kita. Oleh
karena itu perlu dilakukan suatu penelitian untuk dapat menggali dan mengetahui jenis-jenis tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat dalam upaya pelestarian tumbuhan tersebut,
karena masyarakat setiap daerah di kabupaten Karo menggunakan tumbuhan obat yang berbeda dalam mengobati suatu penyakit.
1.2. Perumusan Masalah
Penelitian mengenai kekayaan flora dan pemanfaatanya oleh masyarakat lokal dibeberapa kawasan di propinsi Sumatera Utara telah banyak dilakukan, namun belum merata
dan belum banyak disebarluaskan. Demikian juga penelitian etnobotani di kawasan masyarakat Karo di Kecamatan Tigabinanga belum pernah di lakukan.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Perumusan masalah dari penelitian ini yaitu: 1.
Bagaimana pengetahuan masyarakat Karo di Kecamatan Tigabinanga terhadap pemanfaatan tumbuhan sebagai obat-obatan tradisional.
2. Jenis-jenis tumbuhan apa saja yang digunakan sebagai obat-obatan tradisional oleh
masyarakat Karo di Kecamatan Tigabinanga.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: 1.
Menginventarisasi tumbuh-tumbuhan sebagai bahan obat-obatan tradisional oleh masyarakat Karo di Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo
2. Mengetahui nilai guna pemanfaatan setiap jenis tumbuhan, dan nilai guna relatif setiap
nara sumber. 3.
Mengetahui degradasi pengetahuan yang terjadi pada kelompok masyarakat etnik Karo di Kecamatan Tigabinanga.
4. Mengetahui Indeks kepentingan budaya Index of Cultural Significance
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan: 1.
Informasi pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan baku atau bahan obat-obatan secara alami, yang memberikan dampak negatif yang sangat kecil bagi kerusakan atau
keracunan pada tubuh di banding dengan obat kimia. 2.
Informasi tentang jenis-jenis tumbuhan yang di gunakan sebagai obat oleh masyarakat Karo di Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo.
3. Bahan literatur tambahan dalam pengobatan suatu penyakit bagi masyarakat.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etnobotani
Etnobotani adalah ilmu yang mempelajari tentang pemanfaatan tumbuhan secara tradisional oleh suku bangsa primitif. Secara terminologi, etnobotani adalah studi yang
mempelajari tentang hubungan antara tumbuhan dengan manusia. Etnobotani, sebuah istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh seorang ilmuwan bernama Dr.J.W Harshberger pada
1985. Ada lima kategori pemanfaatan tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari yaitu: 1 Pemanfaatan tumbuhan untuk bahan makanan pangan 2 Pemanfaatan tumbuhan untuk
bahan bangunan papan 3 Pemanfaatan tumbuhan untuk obat-obatan 4 Pemanfaatan tumbuhan untuk upacara adat 5 Pemanfaatan tumbuhan untuk perkakas rumah tangga
Tamin Arbain, 1995 Ilmu etnobotani yang berkisar pada pemanfaatan tumbuh-tumbuhan untuk
kemaslahatan orang di sekitarnya, pada aplikasinya mampu meningkatkan daya hidup manusia. Studi lanjutan dapat berfokus pada penggunaan spesifik panganmakanan,
ekonomi, banyak manfaat, pakan ternak, buah-buahan, obat-obatan, dan kayu bakar,, atau bisa juga dengan mencoba mengumpulkan sejumlah informasi dilain musim, atau memilih
tumbuhan spesifik, contohnya cara perkembangbiakan beberapa jenis tumbuhan liar untuk dibudidayakan. Ada berbagai hasil dari studi etnobotani yang dilakukan. Diskusi bersama
masyarakat tentang tanaman lokal bisa memunculkan kembali nilai-nilai lama yang pernah didapatkan dari tanaman-tanaman tersebut, selanjutnya peserta bisa menyampaikan gagasan-
gagasan lain tentang manfaat tanaman tertentu berdasarkan kearifan lokal. Berapa dari kita yang pernah tahu, kalau daun sambung nyawa yang biasa dikonsumsi sebagai lalapan,
ternyata punya khasiat sebagai pencegah hipertensi. Itu baru satu contoh, lalu bagaimana dengan daun sirih, yang berfungsi sebagai bungkus kudapan menyirih nenek-nenek kita,
ternyata juga menyimpan potensi untuk menyembuhkan rabun mata Tamin Arbain, 1995
2.2 Metode dalam Etnobotani