Data Hasil Analisis Statistik Mortalitas Larva Plutella xylostella

67 serangga. Terpenoid juga bersifat sebagai penolak serangga repellant karena ada bau menyengat yang tidak disukai oleh serangga sehingga serangga tidak mau makan. Akibatnya larva Plutella xylostella mengalami kematian secara lambat karena kelaparan. Senyawa aktif dari daun sirih hijau Piper betle L. yang masuk ke dalam tubuh larva Plutella xylostella menyebabkan kematian secara lambat. Hal ini karena dalam pestisida nabati daun sirih hijau Piper betle L. terdapat senyawa alkaloid. Alkaloid bertindak sebagai racun perut. Menurut Rooney, 1993 Handayani, dkk, 2013 alkaloid yang terkandung dalam dalam daun sirih adalah arecoline. Arecoline bersifat nitrogenous pada makanan sehingga menetralisir asam lambung dan bekerja sebagai astringent yang dapat mengeraskan membran mukosa pada lambung. Larva Plutella xylostella mengalami mortalitas 100 pada semua perlakuan setelah penyemprotan ketiga dengan pestisida nabati daun sirih hijau Piper betle L.. Hal ini disebabkan senyawa aktif dari daun sirih hijau Piper betle L. dalam tubuh larva Plutella xylostella semakin tinggi, sehingga menghambat aktivitas makan larva Plutella xylostella dan menyebabkan kematian. Larva Plutella xylostella pada kontrol positif mengalami mortalitas 100 setelah penyemprotan dengan pestisida kimia Dursban. Setelah penyemprotan, larva tampak menggeliat, mengurangi aktivitas makan, dan akhirnya mati. Penggunaan pestisida sintetis Dursban 2-3 ml 68 menyebabkan racun dalam tubuh larva Plutella xylostella, yaitu sebagai racun kontak dan lambung.

3. Uji Anova Satu Arah Pengaruh Dosis Pestisida Nabati Daun Sirih

Hijau Piper betle L. terhadap Mortalitas Larva Plutella xylostella Data mortalitas larva Plutella xylostella selanjutnya dianalisis dengan uji Anova Satu Arah. Hasil uji Anova Satu Arah mortalitas larva Plutella xylostella pada pengamatan pertama disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Uji Anova Satu Arah Pengaruh Dosis Pestisida Nabati Daun Sirih Hijau Piper betle L. terhadap Mortalitas Larva Plutella xylostella Pengamatan Pertama ANOVA Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 1.040 4 .260 .565 .691 Within Groups 9.200 20 .460 Total 10.240 24 Keterangan: α = 0,05 taraf kepercayaan 95 Berdasarkan hasil Uji Anova Satu Arah mengenai pengaruh dosis pestisida nabati daun sirih hijau Piper betle L. terhadap mortalitas larva Plutella xylostella pada pengamatan pertama yang tertera pada Tabel 6, menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh nyata pemberian dosis pestisida nabati daun sirih hijau Piper betle L. terhadap mortalitas larva Plutella xylostella. 69 Tabel 7. Uji Anova Satu Arah Pengaruh Dosis Pestisida Nabati Daun Sirih Hijau Piper betle L. terhadap Mortalitas Larva Plutella xylostella Pengamatan Kedua ANOVA Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 5.040 4 1.260 .700 .601 Within Groups 36.000 20 1.800 Total 41.040 24 Keterangan: α = 0,05 taraf kepercayaan 95 Hasil uji Anova Satu Arah mengenai pengaruh dosis pestisida nabati daun sirih hijau Piper betle L. terhadap mortalitas larva Plutella xylostella pada pengamatan kedua yang disajikan dalam Tabel 7 menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh nyata pemberian dosis pestisida nabati perasan daun sirih hijau Piper betle L. terhadap mortalitas larva Plutella xylostella. Penyemprotan pestisida nabati daun sirih hijau Piper betle L. tidak berpengaruh nyata terhadap mortalitas larva Plutella xylostella. Hal ini karena larva Plutella xylostella pada perlakuan kontrol negatif 0 mengalami mortalitas yang hampir sama dengan dengan dosis 2,5; 5; 7,5; dan 10. Mortalitas larva Plutella xylostella pada kontrol negatif disebabkan oleh bau sirih, karena letak yang berdekatan. Aroma sirih yang tajam disebabkan adanya senyawa kavikol dan betlephenol yang terkandung dalam minyak atsiri. Menurut Prijono dkk., 1997 Anang Mulyantana, 2013 minyak atsiri dalam daun sirih bersifat racun yang 70 kerjanya menghambat aktivitas respirasi serangga sehingga menyebabkan kematian secara lambat.

B. Pengaruh Dosis Pestisida Nabati Daun Sirih Hijau Piper betle L.

terhadap Pemendekan Siklus Hidup Hama Plutella xylostella pada Fase Larva

1. Data Hasil Pengamatan Jumlah Larva Plutella xylostella yang

Menjadi Pupa Data hasil pengamatan pemendekan siklus hidup larva Plutella xylostella yang menjadi pupa adalah sebagai berikut. Tabel 8. Data Hasil Pengamatan Akumulasi Jumlah Larva Plutella xylostella yang Menjadi Pupa Uangan Tanggal Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 P5 27 29 31 27 29 31 27 29 31 27 29 31 27 29 31 27 29 31 1 2 3 1 1 2 1 1 2 1 1 3 1 1 1 1 4 1 1 1 1 5 1 1 Jumlah 4 6 2 4 2 3 1 1 Pupa 16 36 8 16 8 12 4 4 Ke0terangan: penyemprotan dilakukan tiga kali, yaitu setiap dua hari sekali pada tanggal 26 Oktober 2016, 28 Oktober 2016, dan 30 Oktober 2016. Jumlah total hama dalam satu tanaman sawi lima ekor. Pengamatan pertama pada tanggal 27 Oktober 2016, pengamatan kedua pada tanggal 29 Oktober 2016, dan pengamatan ketiga pada tanggal 31 Oktober 2016. Berdasarkan data pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa persentase larva Plutella xylostella yang menjadi pupa tertinggi pengamatan kedua terdapat pada dosis perlakuan pestisida nabati daun sirih hijau Piper betle 71

L. 2,5 P1 yaitu 36, dan terendah pada dosis perlakuan pestisida

nabati perasan daun sirih hijau Piper betle L. 10 P4, yaitu 4. Persentase larva Plutella xylostella yang menjadi pupa mengalami penurunan sampai pada dosis perlakuan pestisida nabati daun sirih hijau Piper betle L. 10. Hal ini disebabkan semakin tinggi dosis pestisida nabati daun sirih hijau Piper betle L., mortalitas larva Plutella xylostella semakin tinggi, sehingga larva yang mencapai tahap pembentukan pupa sedikit. Pada pengamatan ketiga tidak terdapat larva Plutella xylostella yang menjadi pupa, karena larva telah mati 100 pada setiap perlakuan.

2. Data Analisis Statistik Pemendekan Siklus Hidup Hama Plutella

xylostella pada Fase Larva Hasil analisis sidik ragam larva Plutella xylostella yang menjadi pupa menunjukkan bahwa dosis perlakuan pestisida nabati daun sirih hijau Piper betle L. 5 tidak berbeda nyata dengan dosis perlakuan 7,5 dan 10, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan kontrol 0 dan dosis perlakuan pestisida nabati daun sirih hijau Piper betle L. 2,5 Tabel 9. 72 Tabel 9. Rata-rata Jumlah Larva Plutella xylostella yang menjadi Pupa pada Pengamatan Pertama Dosis Pestisida Nabati Daun Sirih Hijau Rata-rata Pemendekan Siklus Hidup Larva Plutella xylostella yang menjadi Pupa ± SD 0,00 ± 0,00 a 2,5 0,80 ± 0,83 b 5 0,40 ± 0,54 ab 7,5 0,40 ± 0,54 ab 10 0,20 ± 0,44 ab Total 0,36 ± 0,56 Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,05. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada pengamatan pertama yang tertera pada Tabel 9 menunjukkan bahwa terjadi penurunan rata-rata jumlah terbentuknya pupa sampai pada dosis pestisida nabati daun sirih hijau Piper betle L. 10. Rata-rata jumlah larva Plutella xylostella yang menjadi pupa tertinggi pada dosis perlakuan 2,5, yaitu 0,80 ekor dengan standar deviasi 0,83. Hal ini disebabkan semakin rendah dosis pestisida nabati daun sirih hijau Piper betle L. mortalitas larva Plutella xylostella semakin sedikit, sehingga banyak larva yang masih hidup dan membentuk pupa. Maka, rata-rata jumlah jumlah larva Plutella xylostella yang menjadi pupa pada dosis perlakuan 10 lebih rendah, yaitu 0,20 ekor dengan standar deviasi 0,44. Perlakuan kontrol sampai pada pengamatan ketiga tidak terdapat larva Plutella xylostella yang menjadi pupa, karena pada perlakuan kontrol tanaman sawi tidak disemprot dengan pestisida nabati daun sirih hijau Piper betle L. sehingga larva Plutella xylostella