14
7. Antraktan, pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap serangga.
8. Mengendalikan pertumbuhan jamur dan bakteri Menurut cara masuk insektisida ke dalam tubuh serangga sasaran
dibedakan menjadi tiga kelompok insektisida sebagai berikut. 1. Racun Lambung Racun Perut, Stomach Poison
Racun Lambung Racun Perut, Stomach Poison adalah insektisida-insektisida yang membunuh serangga sasaran bila
insektisida tersebut masuk ke dalam organ pencernaan serangga dan diserap oleh dinding saluran pencernaan. Selanjutnya, insektisida
tersebut dibawa oleh cairan tubuh serangga ke tempat sasaran yang mematikan misalnya susunan syaraf serangga. Oleh karena itu
serangga harus terlebih dahulu memakan tanaman yang sudah disemprot dengan insektisida dalam jumlah yang cukup untuk
membunuhnya Panut Djojosumanto, 2000: 42. Insektisida yang benar-benar murni racun perut tidak terlalu
banyak. Kebanyakan insektisida mempunyai efek ganda, yakni sebagai racun perut dan racun kontak, hanya ada perbedaan kekuatan antara
keduanya. Ada insektisida yang kontaknya lebih kuat daripada racun perutnya, demikian sebaliknya Panut Djojosumanto, 2000: 42.
15
2. Racun Kontak Racun kontak adalah insektisida yang masuk ke dalam tubuh
serangga lewat kulit bersinggungan langsung. Serangga hama akan mati bila bersinggungan kontak langsung dengan insektisida
tersebut. Kebanyakan racun kontak juga berperan sebagai racun perut Panut Djojosumanto, 2000: 43.
3. Racun Pernapasan Racun pernapasan adalah insektisida yang bekerja lewat
saluran pernapasan. Serangga hama akan mati bila menghirup insektisida dalam jumlah yang cukup. Kebanyakan racun napas berupa
gas, atau bila wujud asalnya padat atau cair, yang segera berubah atau menghasilkan gas dan diaplikasikan sebagai fumigansia, misalnya
bromida, alumunium fosfida , dan sebagainya Panut Djojosumanto,
2000: 43. Pemanfaatan pestisida nabati mempunyai beberapa kelebihan,
Haryono 2011: 2-3 menjelaskan kelebihan pestisida nabati, yaitu: a. Pestisida nabati relatif lebih mudah dibuat
b. Lebih mudah terurai di alam c. lebih aman bagi manusia dan lingkungan
d. Pemanfaatan pestisida nabati dalam pengendalian OPT, selain sebagai pengendali alamiah yang efektif dan berkelanjutan, juga dapat
16
berperan dalam meningkatkan daya saing produk melalui peningkatan efisiensi usaha dan image produk perkebunan ramah lingkungan.
e. Pemanfaatan pestisida nabati secara luas akan langsung berpengaruh terhadap berkurangnya volume penggunaan pestisida dan berdampak
positif terhadap kualitas produk tanaman terutama dengan semakin terhindarnya produk dari kemungkinan pencemaran residu pestisida
kimiawi. Pemanfaatan pestisida nabati selain memiliki kelebihan juga
memiliki beberapa kelemahan. Berbagai kelemahan pemanfaatan pestisida nabati seperti:
1. Bahan aktif yang mudah terurai. 2. Sebaran tanaman yang seringkali spesifik lokasi.
3. Kandungan bahan aktif pada tanaman yang sangat bergantung pada varietas dan lokasi penanaman.
4. Pemanfaatan berupa formulasi sederhana yang mudah ditiru, dan banyak kelemahan lainnya yang sebenarnya sekaligus juga merupakan
kelebihan pestisida nabati, maka seharusnya kelemahan tersebut tidak dijadikan sebagai kendala dalam pengembangannya Haryono, 2011:
4.
17
2. Pengendalian Hama Terpadu PHT
a. Pengertian Saat ini dikenal ada dua istilah Bahasa Inggris yang sering
digunakan secara bergantian untuk pengendalian hama terpadu yaitu Integrated Pest Control
IPC yang kita terjemahkan sebagai Pengendalian Hama Terpadu PHT dan Integrated Pest Management
IPM yang kita terjemahkan sebagai Pengelolaan Hama Terpadu dengan singkatan yang sama PHT Kasumbogo Untung, 1996: 7.
Konsep PHT muncul akibat kesadaran umat manusia akan bahaya pestisida sebagai bahan yang beracun bagi kelangsungan hidup
ekosistem dan kehidupan manusia secara global, sedangkan kenyataan yang terjadi bahwa menggunakan pestisida oleh petani di dunia dari
tahun ke tahun semakin meningkat. Diperlukan adanya cara pendekatan pengendalian hama yang baru yang dapat menekan
penggunaan pestisida Kasumbogo Untung, 1996: 7-8. PHT tidak hanya mencakup pengertian tentang perpaduan
beberapa teknik pengendalian hama, tetapi dalam penerapannya PHT harus memperhitungkan dampaknya baik yang bersifat ekologis,
ekonomis, dan sosiologis sehingga secara keseluruhan kita memperoleh hasil yang terbaik. Oleh karena itu PHT dalam
perencanaan, penerapan, dan evaluasinya harus mengikuti suatu sistem
18
pengelolaan yang terkoordinasi dengan baik Kasumbogo Untung, 1996: 8.
Keputusan pemerintah untuk menerapkan PHT secara nasional baru dilaksanakan secara formal setelah dikeluarkan Intruksi Presiden
No. 3 Tahun 1986 untuk pengendalian hama padi Kasumbogo Untung, 1993: 1.
b. Penerapan PHT pada Komoditi Sayuran Sayur-sayuran merupakan komoditi pertanian yang sangat
penting baik bagi konsumen maupun produsen. Sayuran merupakan sumber gizi yang utama sebagai penghasil vitamin dan mineral. Bagi
produsen, yaitu petani budidaya sayuran dapat memberikan penghasilan yang cukup dan rata-rata lebih baik daripada komoditi
pangan lainnya Kasumbogo Untung, 1993: 55. Ciri-ciri khas petani sayuran di Indonesia menurut Kasumbogo
Untung 1993: 56 adalah: 1. Tingkat produktivitas masih rendah
2. Kualitas produksi rendah 3. Luas lahan per petani sempit
4. Tingkat pengetahuan dan ketrampilan rendah 5. Ketergantungan pada pestisida tinggi
19
Pengendalian Hama Terpadu PHT sebagai konsep dan kebijakan pemerintah dalam setiap program perlindungan tanaman
pangan merupakan konsep yang tepat untuk memperbaiki keadaan dan kehidupan petani sayuran sehingga sumber daya yang dimiliki dapat
mereka manfaatkan secara optimal Kasumbogo Untung, 1993: 56. c. Faktor yang Mendorong Penerapan PHT
1. Kegagalan pengendalian hama secara konvensional Praktek penggunaan pestisida yang lazim dilakukan oleh
petani sayuran didorong oleh konsep pengendalian hama yang tidak didasarkan pada pertimbangan ekologi dan ekonomi. Petani
sayuran umumnya menerapkan asas preventif atau pencegahan. Penyemprotan dengan pestisida dianggap sebagai asuransi
kesehatan tanaman. Karena dorongan konsumen, petani menjadi takut serangga atau entomofobi. Mereka berpendapat setiap jenis
serangga pada tanaman tentu merugikan sehingga harus diberantas dengan pestisida Kasumbogo Untung, 1993: 58.
Sebagai akibat dampak samping pestisida, seperti timbulnya resistensi, resurjensi, dan letusan hama kedua, serta
didorong oleh permintaan pasar akan produk sayuran bebas dari gigitan serangga, petani sayuran semakin menggebu-gebu di dalam
meningkatkan penggunaan pestisida dengan menambah dosis,
20
campuran pestisida, dan frekuensi penyemprotan. Pada keadaan yang demikian petani sayuran sudah mencapai fase krisis. Dalam
kondisi demikian tidak ada pilihan lain kecuali segera melaksanakan dan mengikuti konsep PHT Kasumbogo Untung,
1993: 58. 2. Kesadaran akan kualitas lingkungan hidup
Pestisida sebagai bahan beracun termasuk bahan pencemar yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat. Oleh
karena sifatnya yang beracun serta relatif persisten di lingkungan maka residu yang ditinggalkan di lingkungan yang menjadi
masalah. Apabila tidak dikendalikan semakin lama akan terjadi akumulasi kandungan pestisida di lingkungan yang dapat
mencapai kadar yang membahayakan Kasumbogo Untung, 1996: 14.
Kesadaran akan pentingnya kualitas lingkungan hidup yang tinggi dari masyarakat, pemerintah, dan masyarakat dunia yang
mendorong dan mengharuskan kita untuk segera menerapkan PHT karena dengan PHT penggunaan pestisida dapat ditekan sekecil-
kecilnya Kasumbogo Untung, 1996: 14. 3. Kecenderungan terjadinya perubahan permintaan konsumen pada
masa mendatang.
21
Faktor yang mendorong dan mengaharuskan petani sayuran menerapkan PHT adalah kecenderungan terjadinya perubahan
permintaan konsumen pada masa mendatang, terutama permintaan akan produk holtikultura yang bebas residu pestisida Kasumbogo
Untung, 1993: 58. 4. Kebijakan pemerintah
Sejak pelita III telah dinyatakan bahwa PHT merupakan kebijakan pemerintah dalam setiap program perlindungan.
Kebijakan tentang PHT kemudian diperkuat oleh Inpres No. 31986 dan UU No. 121992 tentang Sistem Budidaya Tanaman.
UU No. 121992 telah menetapkan berbagai bentuk sanksi yang sangat berat bagi barang siapa yang menyalahgunakan penggunaan
pestisida baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Dasar hukum bagi pelaksanaan PHT di Indonesia sangat kuat sehingga PHT
untuk tanaman sayuran sudah merupakan keharusan Kasumbogo Untung, 1993: 59.