Hama Plutella xylostella Sirih Hijau Piper betle L.

33 3 Pupa Gambar 3. Pupa Plutella xylostella Sumber: https:www.forestryimages.orgbrowsedetail.cfm?imgnum=5 443246 Pupanya kepompong berukuran panjang 6,3-7 mm. Mula-mula berwarna hijau, kemudian setelah 24 jam berubah menjadi cokelat atau hitam. Pupa ini diselubungi oleh jala yang terbuat dari benang berwarna putih, berbentuk lonjong yang disebut kokon. Stadium pupa berlangsung selama 6-7 hari Agus Suyanto, 1994: 55. 4 Ngengat Gambar 4. Ngengat Plutella xylostella Sumber: http:www.lepiforum.delepiwiki.pl?Plutella_Xylostella 34 Menurut Harcourt, 1957 Loso Winarto Lukas Sebayang, 2015: 9-10 serangga dewasa berupa ngengat kecil, kira-kira 6 mm panjangnya, berwarna coklat kelabu dan aktif pada malam hari. Pada sayap depan terdapat tiga buah lekukan undulasi yang berwarna putih menyerupai berlian bahasa inggris diamod. Oleh sebab itu serangga dalam bahasa inggris disebut diamodback moth. Ngengat Plutella xylostella tidak kuat terbang jauh dan mudah terbawa oleh angin. Pada saat tidak ada angin, ngengat jarang terbang lebih tinggi dari 1,5 m di atas permukaan tanah. Jarak terbang horizontal adalah 3-4 m. Lama hidup ngengat betina berkisar antara 7-47 hari, rata-rata 16,2 hari dan ngengat jantan antara 3-58 hari, dengan rata-rata 12,1 hari. Jumlah telur yang diletakkan tiap ngengat betina antara 18-356 butir, rata-rata 159 butir. Jumlah telur yang diproduksi setiap ngengat betina dipengaruhi oleh perbedaan temperatur, foto periode, umur, dan kondisi makan larva Mau dan Kessing, 1992; Liliek Mulyaningsih, 2010: 97. Ngengat Plutella pada siang hari biasa bersembunyi, dan karena warnanya, tidak mudah dilihat orang. Pada malam hari ngengat ini aktif Rismunandar, 1981: 104. 35 Siklus dari telur hingga menjadi ngengat rata-rata 12-15 hari di tempat dengan ketinggian 250 m dan rata-rata 3 minggu di dataran tinggi Rismunandar, 1981: 104. 5 Siklus hidup Siklus hidup hama Plutella xylostella dipengaruhi diantaranya oleh suhu lingkungan. Pada suhu 16 o C- 25 o C siklus hidupnya mencapai 15 hari Permadi, 1993; Liliek Mulyaningsih, 2010: 97. Selain itu ketinggian tempat juga berpengaruh terhadap siklus hidup Plutella xylostella. Pada ketinggian 250 meter di atas permukaan laut siklus hidup hama tersebut 12-15 hari, sedangkan pada ketinggian 1100 mdpl siklus hidupnya 20-25 hari Liliek Mulyaningsih, 2010: 97. Gambar 5. Siklus Hidup Plutella xylostella Sumber: Tonny K. Moekasan; Sistrosiswojo, dkk 2005: 9 36 6 Aktifitas makan Serangga akan menghadapi dua ha1 untuk memulai aktivitas makannya yaitu yang pertama adanya rangsangan- rangsangan untuk inisiasi aktivitas makan feeding stimulant dalam tanaman yang memberikan masukan isyarat untuk pengenalan jenis makanan dan menjaga aktivitas makan, dan yang kedua adalah pendeteksian kehadiran senyawa-senyawa asing foreign compound yang dapat bersifat sebagai penghambat makan sehingga dapat memperpendek aktivitas makan atau bahkan menghentikan aktivitas makan sama sekali. Serangga dapat mengenali senyawa-senyawa asing dalam makanannya walaupun dalam konsentrasi rendah dan akan merespon atas kehadiran senyawa tersebut dalam makanannya Dadang dan Kanju Ohsawa, 2000: 30. Pengamatan secara visual, larva mengonsumsi daun dengan perlakuan lebih sedikit dibandingkan dengan daun tanpa perlakuan yang mencerminkan adanya sifat penghambat aktivitas makan. Penghambatan aktivitas makan ini dapat memberikan sumbangan pada terjadinya kematian larva Khaidir dan Hendrival, 2013: 41. 37 7 Kerusakan yang diakibatkan Gejala serangan oleh hama ini khas dan tergantung pada instar larva yang menyerang. Larva instar pertama yang baru menetas memakan daun dengan jalan membuat lubang galian pada permukaan bawah daun, selanjutnya larva membuat lorong gerekan ke dalam jaringan parenkim sambilmemakan daun. Larva instar dua, keluar dari liang gerekan yang transparan dan makan jaringan daun pada permukaan bawah daun. Demikian juga larva instar ketiga dan keempat. Larva instar ketiga dan keempat memakan seluruh bagian daun sehingga meninggalkan ciri yang khas, yaitu tinggal epidermis bagian atas daun atau bahkan tinggal tulang daunnya saja Mau dan Kessing, 1992; Liliek Mulyaningsih, 2010: 98. Serangan hama ulat ini sangat cepat, sehingga dalam waktu beberapa hari saja tanaman yang diserang akan menjadi rusak Enceng Surachman dan Widada Agus S., 2007: 55-56. 38 Gambar 6. Serangan Larva Plutella xylostella Sumber:Dokumentasi pribadi Serangan P. xylostella yang berat pada tanaman dapat menggagalkan panen Sastrosiswojo, 1987; Loso Winarto Lukas Sebayang, 2015: 13.

b. Tanaman Sawi Brassica juncea L.

Di Indonesia nama sawi sudah tergolong familiar. Orang Jawa atau Madura menggunakan sebutan yang sama, yakni sawi, untuk sayuran ini. Orang Sunda menyebutnya sasawi. Nama asing untuk sawi ialah mustard. Perdagangan internasional menggunakan sebutan green mustard, chinese mustard , indian mustard, atau sarepta mustard Eko Haryanto, dkk, 2003: 3. a. Jenis-jenis Sawi Petani Indonesia di masa lalu hanya mengenal tiga macam jenis sawi yang biasanya dibudidayakan yaitu sawi putih, sawi hijau, dan sawi huma. Saat ini, konsumen lebih mengenal sawi caisim alias 39 sawi bakso. Selain jenis-jenis sawi tersebut dikenal pula jenis sawi keriting dan sawi monumen Eko Haryanto, dkk, 2003: 9. 1 Sawi putih atau sawi jabung Sawi putih atau sawi jabung merupakan jenis sawi yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena memiliki rasa yang paling enak di antara sawi jenis lainnya. Tanaman ini dapat dibudidayakan di tempat yang kering. Bila sudah dewasa jenis sawi ini memiliki daun yang lebar dan berwarna hijau tua. Tangkainya panjang, tetapi lemas dan halus. Batangnya pendek, tetapi tegap dan bersayap Eko Haryanto, dkk, 2003: 10. 2 Sawi hijau Sawi hijau atau sawi asin kurang banyak dikonsumsi sebagai bahan sayur segar karena rasanya agak pahit. Rasa pahit pada daun sawi hijau dapat dihilangkan dengan cara pengasinan Eko Haryanto, dkk, 2003: 10. Sawi hijau berukuran lebih kecil dibandingkan sawi jabung atau sawi putih. Daun sawi jenis ini lebar seperti daun sawi putih, tetapi warnanya lebih hijau tua. Batangnya sangat pendek, tetapi tegap. Tangkai daunnya agak pipih, sedikit berliku, tetapi kuat. Varietas sawi hijau banyak dibudidayakan di lahan yang kering , tetapi cukup pengairannya Eko Haryanto, dkk, 2003: 10. 40 3 Sawi huma Jenis sawi ini baik jika ditanam di tempat-tempat yang kering, seperti tegalan dan huma. Tanaman ini biasanya ditanam setelah usai musim penghujan karena sifatnya yang tidak tahan terhadap genangan air Eko Haryanto, dkk, 2003: 10. Sawi huma daunnya sempit, panjang, dan berwarna hijau keputih-putihan. Tidak seperti sawi putih dan sawi hijau, sawi huma berbatang kecil, tetapi panjang. Tangkainya berukuran sedang seperti bersayap Eko Haryanto, dkk, 2003: 11. 4 Caisim alias sawi bakso Caisim alias sawi bakso ada juga yang menamakannya sawi cina merupakan jenis sawi yang paling banyak dipasarkan di kalangan konsumen Eko Haryanto, dkk, 2003: 11. Tangkai daunnya panjang, langsing, dan berwarna putih kehijauan. Daunnya lebar memanjang, tipis, dan berwarna hijau. Rasanya yang renyah dan segar dengan sedikit sekali rasa pahit, membuat sawi ini banyak diminati. Selain enak ditumis atau dioseng, caisim banyak dibutuhkan oleh pedagang mie bakso, mie ayam, atau restoran masakan cina. Tidak mengherankan jika permintaannya setiap hari sangat tinggi Eko Haryanto, dkk, 2003: 11-12. 41 5 Sawi keriting Ciri khas sawi ini adalah daunnya yang keriting. Bagian daun yang hijau sudah mulai tumbuh dari pangkal tangkai daun. Tangkai daunnya berwarna putih. Selain daunnya yang keriting, jenis sawi ini amat mirip dengan sawi hijau biasa Eko Haryanto, dkk, 2003: 12. 6 Sawi monumen Sawi monumen tumbuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tergolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya Eko Haryanto, dkk, 2003: 12. 42 b. Klasifikasi Klasifikasi tumbuhan sawi dalam Rukmana 2002: 15 : Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Sub Kelas : Dicotyledone Ordo : Papaverales Famili : Cruciferae atau Brassicaceae Genus : Brassica Spesies : Brassica juncea L. c. Morfologi Gambar 7. Sawi Caisim Brassica juncea L. Sumber: Dokumentasi pribadi Sawi Brassica juncea L. termasuk ke dalam famili Cruciferae merupakan tanaman semusim yang berdaun lonjong, halus,