makan 2 orang ya mana cukup. Disitu merepet ibunya. Merepetnya ya bukan sama siapa-
siapa. Kesal aja dianya. Tapi ya kena kami.” RD.W3b.1557-1571hal 31-32
Hal serupa juga terjadi, dimana bapak K terkena omelan dan marahan dari ibu S karena bapak K tidak membeli sayur untuk makan siang saat ibu S pulang
dari kerja. Padahal tanpa disuruh seharusnya bapak K sudah berinisiatif untuk membeli sayur karena makanan yang tersedia hanya sisa tadi pagi yang sempat
dimasak oleh ibu S sebelum ia berangkat kerja. Sementara bapak K mengaku bahwa sang istri tidak ada pesan untuk menyuruhnya membeli sayur sehingga ia
juga tidak membelinya ke luar. Akhirnya bapak K pun pergi ke warung untuk membeli sayur.
“Kayak tadi juga nih, baru pulang rapat dia, sayur tak ada, merepet dia. Ya pulak tak bilang dia nya. Awak ya mana tau. Terus dijawabnya, apa musti
dibilang kalau uda kayak-kayak gitu ya uda tau lah seharusnya. Gitu kan, ya awak mana tau. Pikirnya pulak hanya makan sama ikan aja, ya mana
kepikiran beli sayur.” RD.W3b.1581-1591hal 32
d. Sumber lingkungan
Berdasarkan ke empat sumber yang ada, lingkungan lah yang paling banyak melatarbelakangi terjadinya masalah dalam kehidupan rumah tangga ibu S dan
bapak K. Faktor ekonomi dan tekanan sosial yang membuat keduanya terkadang menjadi berselisih faham. Hal ini banyak terjadi di awal-awal pernikahan. Ibu S
adalah seorang PNS yang saat itu masih berpenghasilan sedikit sementara bapak K hanya seorang petani dari ladang yang mereka sewa dari hasil jual cincin
pernikahan. Saat itu ibu S mengaku sedih karena harus menjual cincin pernikahannya untuk menyewa ladang sebagai mata pencaharian sang suami.
Universitas Sumatera Utara
“….namanya ini kan hidup lah ya. Kalau namanya status kan ibu ini uda PNS jadi ya…..dari gaji itu pun kan uda ada. Tapi ya pada masa itu baru
seberapa lah gajinya. Ibu pun saat itu masih di golongan II A. Hah…jadi bapak kan petani, petani pun itu masih ya gimana yaaa. Jadi kebetulan saat
itulah kami, ya agak sedikit diceritakanlah ya, jadi cincin pernikahan itu kami jual untuk m
enggadai ladang.” RC.W1b.59-72hal 2
Memasuki usia 1 tahun pernikahan, ibu S hamil anak pertama dan mengaku merasa senang. Namun dibalik kesenangannya ia juga memikirkan untuk biaya
hidup yang semakin bertambah. Saat sang anak lahir, masalah ekonomi muncul ketika hendak mengadakan syukuran dimana saat itu penghasilan keduanya tidak
banyak. Kesedihan dan kekesalan dirasakan oleh ibu S saat itu. “Ya namanya punya anak. Ya senang, dibalik kesenangannya anak itu kan
perlu biaya juga. Setahun dua tahun itu mungkin belum lah ada yang masalah-masalah gitu. Paling ya apa susu, kalau macam kami ya momong
kan anak, gitu.” RC.W2b.377-384hal 9
“Kalau masalah saat itu pasti ada ya. Namanya setiap bulan itu kita harus bayar momongan, sedangkan kayak macam ibu hanya penghasilan dari PNS
dan hasil sawah pun belum seberapa hanya cukup makan.” RC.W2b.388-395hal 9
Sejak kelahiran anak pertama hingga berusia 2 tahun, bapak K akhirnya memutuskan untuk mencari pekerjaan tambahan sebagai penjual roti. Akan tetapi
ternyata penghasilan dari menjual roti pun tidak mencukupi dan dirasa kurang meyakinkan untuk penambahan biaya hidup mereka yang saat itu semakin
banyak. Akhirnya sang suami memutuskan untuk berhenti jualan. Sementara itu, kekesalan yang dirasakan oleh ibu S mengundang konflik pada pasangan ini.
“Ya bapak waktu itu apa ya….kalau gak salah masih jual roti, uda itu habis jual rotinya saat anak pertama umur-umur 2 tahun rasa ku itu terus gak
lanjut lagi. Jual roti pun kurang jalan kan.” RC.W2b.413-419hal 10
Universitas Sumatera Utara
“Iya jual roti sampai setahun atau dua tahun si H itu lah, terus roti pun ya….sebenarnya gimana ya kalau rezeki itu dapatnya, tapi ya siapapun pasti
gak bakal cukup hanya dengan mengandalkan jual roti itu kan dengan posisi yang susu mau dibeli, pakaian si anak juga, makin berat dirasa terus cari-cari
jualan lain lah seperti jual ikan..” RC.W2b.424-435hal 10
Selama menikah, memang keuangan diatur oleh ibu S, sehingga sang suami tidak mengetahui kondisi keuangan mereka. Hal ini karena ibu S tidak transparan
terhadap keuangan mereka. Suatu hari sang suami mengaku pernah dimarahi oleh istrinya yang mungkin disebabkan karena masalah ekonomi. Pada saat itu posisi
mereka sedang sulit sehingga membuat ibu S cepat mengalami emosi. “Itu ya, memang kalau untuk susu ya ada aja rezekinya. Kadang ya dari-dari
jualan awak. Ya banyaknya dari uang-uang gaji mamaknya lah. Oh pernah sekali ntah apa itu kan, dia marah-marah. Mungkin masalah uang juga kali
ya. Memang kebutuhan anak pertama ini uda disiapkan, tapi ya namanya juga hidup kami pas-pasan kan, kayaknya masalah itu juga. Karena saya
juga gak tau menau masalah keuangan kan. Tapi ya ada itu dia marah. Biasa ya kalau apa dia sering marah lah. Tapi gak kayak orang cemana-cemana itu
gak.” RD.W3b.1233-1251hal 25
Memasuki usia 4 tahun pernikahan, ibu S akhirnya mengandung dan melahirkan anak kedua mereka. Pada saat itu kehidupan semakin dirasakan berat
oleh ibu S dan keluarga. Pasalnya saat itu ibu S memutuskan untuk kuliah agar jenjang karirnya sebagai PNS dapat naik. Secara otomatis kebutuhan hidup
semakin bertambah besar disamping harus memenuhi biaya kedua anak dan kuliahnya.
“Itulah sedih kali hidup kami. Mana uang kuliah, mana si I mau dimomong, mana ya si H anak pertama pada saat itu masuk TK, itu dia TK sore itu kan
jadi ibu bawa- bawa dia.”
RC.W2b.598-603hal 13
Universitas Sumatera Utara
“……ibu kuliah 3 kali seminggu. Pulang kerja baru masuk kuliah. Pulang sore lah jadinya kan. Ya namanya untuk momongkan anak pastikan satu
harian itu. Itu uangnya pun kita tambah, kan gitu. Beratlah tanggungan, tapi ya dijalanilah. Bersakit-
sakitnya pun dijalani.” RC.W2b.606-615hal 14
Walaupun kuliah, ibu S tetap bekerja. Saat masa inilah ibu S mengalami banyak biaya kebutuhan untuk ditanggungnya. Penghasilan dari sang suami juga
tidak dapat membantu membiayai hidup mereka. Saat itu juga ibu S mengaku selalu bertengkar dengan suaminya disamping itu juga karena kondisi fisiknya
yang lelah karena beraktifitas seharian. “Ya…..cemana nih dikatakan ya. Dikatakan ya berantam ya ada-ada pun
gitu aja. Ada yang dibahas ya dibahas, ibu pun rasa kesal pasti ada. Marah ya marah juga lah terlampiaskan. Orang awak capek kan, harus kerja, kuliah.
Saat itu juga mau momongkan anak, pastinya butuh biaya juga kan. Tapi kondisi keuangan malah gak apa namanya itu gak gak mendukung, nah itu.
Jadi nanti kalau cekcok gitu ada lah.” RC.W2b.618-631hal 14
Konflik selanjutnya yang disebabkan oleh sumber lingkungan adalah saat ketiga anak pasangan ini sudah semakin besar dan kebutuhan mereka yang
semakin banyak. Hal ini terjadi saat anak meminta uang untuk keperluan sekolah mereka dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Saat itulah ibu S dan suami
mencoba mencari jalan keluar dengan meminjam uang kepada tetangga mereka apabila simpanan uang mereka telah habis.
“Ya kalau sekarang ini kan karena uda besar anak ya ekonomi untuk anak lah.”
RC.W1b.264-266hal 6 “Ya kalau pas anak butuh uang sekolah. Semuanya kan harus daftar ulang,
ujung tahun biasanya tuh kami selalu bermasalah. Mencari uang untuk daftar ulang.”
RC.W1b.269-274hal 6
Universitas Sumatera Utara
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya di atas bahwa keuangan diatur oleh ibu S. Suatu hari bapak K pernah bertanya kepada sang istri mengenai
kondisi keuangan dan pengeluaran yang terjadi sehingga uang bisa habis. Kemudian sang istri dengan ketus menjawabnya dan menyuruh bapak K yang
mengatur keuangan kalau memang tidak mau uangnya habis. Bapak K saat itu tidak menyangka sang istri berkata hal yang demikian. Bapak K merasa bahwa
tekanan sosial yang membuat sang istri menjadi marah. “Kalau biaya itu saya rasa gak pernah. Cuma kalau masalah biaya ini
memang uda dipersiapkan. Semua uang itu dia yang mengelolah. Awak asal uda dapat gaji itu dikasih ke dia. Itu dia lah yang megang. Karena pernah
juga saya tanya, uang ini habis ini habis. Pernah juga dia merepet. Kalau gak
abah aja lah yang megang duit, yang belanja, katanya gitu.” RD.W2b.936-948hal 20-21
4 Kaitan konflik dengan budaya yang dimiliki pada pasangan II a Budaya Batak
Ibu S terlahir sebagai wanita berlatar belakang suku Batak Mandailing. Hal ini terungkap dari pengakuannya sendiri mengenai latar belakang sukunya dan
juga terlihat jelas dari marga yang dimilikinya di belakang namanya yakni Lubis. Ibu S dilahirkan dan dibesarkan dari keluarga Batak karena ibu dan ayah dari ibu
S keduanya berlatar belakang suku Batak, dimana mamak ibu S bermarga Nasution dan bapak ibu S bermarga Lubis.
“Iya ibu orang Batak, mamak Nasution dan bapak Lubis.…..” RC.W1b.136-137hal 3
Budaya Batak terlihat pada diri ibu S, dimana ia mengaku bahwa dirinya keras dan tipe orang yang tidak mau menunda-nunda waktu jika ada pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
yang harus diselesaikan hari itu juga karena menganggap bahwa waktu itu adalah uang. Hal ini pada akhirnya menunjukkan bahwa tidak sedikit konflik yang terjadi
antara dirinya dengan sang suami. Pasalnya prinsip ibu S sebagai seorang pekerja keras bertolak belakang dengan sang suami yang terlihat lebih santai dan selalu
menyianyiakan waktu. Selain itu juga ibu S memiliki suara yang keras, sehingga ketika sedang berbica dengan ibu S, orang lain tidak akan tau ibu S sedang marah
atau sedang mengobrol biasa. “……kalau dibilang keras ya keraslah…….”
RC.W1b.136-137hal 3
“……jadi kalau ibu kerja ya maunya dia kerjalah juga. Tanya aja sama bapak. Ibu rasanya kalau ada pekerjaan itu ya harus tuntas lah dikerjakan,
harus cepat gitu.” RC.W1b.146-151hal 4
“Kalau dia orangnya…..keras dan gigih, apa aja pun yang penting sama dia kalau di ekonomi yang penting jadi duit, gitu. kerja apa aja pun ayoooo, gak
ada malunya dia” RD.W1b.303-309hal 7
“Kalau keras…..memang bawaan lah. Bataknya nampak kali.” RD.W1b.317-319hal 7
“……..ibu memang sifatnya keras tapi apa yang ibu katakan memang wajar kita laksankan. Ibaratnya waktu itu adalah uang kalau menurut ibu.”
RC.W1b.162-166hal 4
Walaupun mengaku sebagai orang Batak yang keras, namun ibu S tidak menjadikannya alat untuk memperbudak sang suami. Secara finansial ibu S
memiliki penghasilan yang lebih besar dibandingkan dengan suaminya, tetapi ibu S tetap menghormati bapak K sebagai seorang suami. Ibu S juga menyadari
bahwa dirinya memang selalu memarahi dan mengomel kepada sang suami dikarenakan ia tidak suka sang suami menjadi orang yang pasif dan lalai dalam
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan. Hal ini pula lah yang membuat karir ibu S naik sementara karir bapak K tidak ada kemajuan.
“………tapi ibu tidak untuk menjatuhkan derajat seseorang. Umpanya suami, gak menjatuhkan profesi dia walaupun dia gak PNS ibu gak mau
mencengkali derajatnya gitu. Tetap sama-sama bekerja sama. Jadi kalau ibu kerja ya maunya dia kerjalah juga. Tanya aja sama bapak. Ibu rasanya kalau
ada pekerjaan itu ya harus tuntas lah dikerjakan, harus cepat gitu.” RC.W1b.138-150hal 3-4
“Kalau kayak gitu rasa ibu……gak lah apa-apa gitu ibu yang meninggi gitu gak ada. Cuma kalau merasa di dalam hati itu ada kayak iya lah kalau gak
aku ya siapa lagi. Nah….pernah lah menggumam di dalam hati kayak gitu. Tapi kalau untuk hasrat merendahkan gitu gak ada.”
RC.W2b.831-841hal 18
Perilaku tidak mau mengalah saat bertengkar dan cenderung menyerang sang suami juga terlihat pada ibu S saat dirinya berkonflik dengan bapak K. Ibu S
mengaku bahwa setiap terjadi konflik, dirinya selalu memarahi dan mengomel kepada sang suami. Setiap ada masalah yang terjadi dan hal-hal yang membuat
dirinya kesal selalunya ia lampiaskan kepada sang suami. “…..rasa ibu kan lebih capeknya itu capek ibu gitu. Jadi ibu yang lebih
sering marah” RC.W1b.210-213hal 5
Ibu S menyadari bahwa dirinya dan sang suami memiliki perbedaan, dimana
ia merupakan tipikal orang yang keras sementara sang suami merupakan orang yang penurut. Adanya perbedaan yang ditemukan pada pasangan ini tidak
membuat ibu S merasa khawatir karena dengan adanya perbedaan pada dirinya dan sang suami akan menjadi penyeimbang ketika mereka sedang berkonflik.
Apabila keduanya sama-sama keras bisa jadi rumah tangga ibu S akan hancur, begitu pun sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
“Ya kalau ibu bilang ya bagus. Kalau ibaratnya ibu keras dan dia keras mungkin hancur ya kan. Api dengan api berkobar ya kan. Jadi kalau ibu
marah, jengkel ibu gitu, ibu selalu suka merepet kan terus nanti dia itu diam. Tapi kalau sekali dia ngomong ibu kayaknya kecut gitu. Karena gak pernah
ngomong dianya kan jadi kalau sekali ngomong ibu pun ya diam.” RC.W1b.190-203hal 5
b Budaya Jawa
Bapak K terlahir sebagai orang Jawa. Hal ini terlihat jelas dari pengakuan bapak K sebagai orang Jawa dan tutur katanya yang lembut dan lamban saat
sedang berbicara. Sebagai orang Jawa, bapak K ternyata merupakan seorang yang penurut. Ia juga mengaku tidak suka berkonflik dan lebih memilih untuk hidup
rukun dan damai. Sebisa mungkin bapak K menghindari konflik yang terjadi. Karena pada dasarnya bapak K merupakan orang yang tidak bisa marah dan tidak
keras dengan sang istri. Hal ini diungkapkannya karena bawaan dari lahir dan dibesarkan sebagai orang Jawa.
“Saya Jawa, bapak saya Jawa. Jadi ya saya orang Jawa.” RD.W1b.13-14hal 1
“Gimana dibilang…….memang bawaan kayak gitu. maksdunya gak bisa marah lah gitu. Kalau gak dimulai gak bisa marah gaduh, keras dengan suara
kuat gitu, gak pernah.”
RD.W1b.290-295hal 7 Bapak K merupakan orang yang penurut terhadap segala perintah sang istri.
Hal ini diakuinya karena memang ia tidak ingin berkonflik dengan sang istri. Selain itu juga ibu S juga mengakui hal yang sama, bahwa sang suami selalu
menuruti yang dikatakannya dan sifat penurut itu memang dimiliki bapak K dari bawaan. Walaupun bapak K selalu menuruti kata istrinya, tetapi ibu S
Universitas Sumatera Utara
berpendapat bahwa setiap ucapannya memang berasal dari pemikiran yang matang dan benar.
“…….saya sendiri ya jadi orangnya ya nurut aja, lantaran kan istilahnya kan keuangannya dia yang ngatur. Awak hanya nyari uda dikasihkan udah.”
RD.W2b.564-570hal 13
“Kalau….. ya memang dia penurut. Kalau sama ibu ya dia nurut aja memang kalau apa yang dibilang misalnya gitu, dan memang rasa ibu apa
yang ibu bilang memang benar gitu kan. Ibu memang sifatnya keras tapi apa
yang ibu katakan memang wajar kita laksankan….” RC.W1b.155-164hal 4
“Iya mereka penurut, memang dari keluarganya penurut.” RC.W1b.178-179hal 4
Hakikat hidup
Bapak K memandang bahwa hidup yang dijalaninya adalah takdir dari Tuhan. Ia menyadari bahwa dirinya sebagai seorang suami yang memiliki
penghasilan jauh di bawah sang istri tidak lain dan tidak bukan karena takdir dari Tuhan untuk dirinya. Sifat pasrah dan ikhlas menjadi ciri khas bapak K sebagai
orang Jawa. “Cemana mau cari….orang memang uda kayak gini keadaannya. Ya jualan
ikan pun pada saat itu, alaaahhh paling cuma dapat sedikit pun. Memang diakui kalau pencarian saya sama dia memang banyakan dia lah. Awak
hanya istilahnya untuk-untuk beli-
beli……garamnya aja, untuk beli sayur aja.”
RD.W2b.847-857hal 19
Hakikat kerja Orang Jawa merupakan orang yang tekun dalam bekerja. Hal ini berbanding
terbalik dengan bapak K, dimana dirinya tidak begitu antusias dalam menjalankan pekerjaannya dan lebih sering diam di rumah. Akan tetapi, bapak K rajin
Universitas Sumatera Utara
mengerjakan pekerjaan rumah saat sang istri sedang bekerja di luar. Ia membersihkan rumah, memasak, dll. Pada dasarnya memang pekerjaan yang
digeluti oleh bapak K tidak seperti ibu S yang memiliki jadwal tetap untuk bekerja. Sebagai seorang petani, ia tidak memiliki jadwal tetap untuk pergi ke
ladang karena pekerjaan itu hanya dalam kurun waktu tertentu dilakukan. Sama halnya seperti jualan dulu, bapak K mencoba berbagai jualan untuk membantu
ekonomi keluarganya tetapi ia dapat kapan saja absen dari pekerjaannya berjualan.
“…….kalau saya kadang kerjaan kadang itu selalu lengah, kalau nanti disuruh saya kadang selalu bandel, gak dikerjakan…..”
RD.W2b.525-528hal 12 “…..kadang saya kan banyak lengahnya, seperti itu tertawa. Orang saya
kerjanya petani ya kan, di sawah, jadi kadang gak ditengokan padi itu nanti dia marah juga.”
RD.W1b.157-162hal 4 “Ya kadang bantu-bantu dia lah kalau gak ada kerjaan.”
RD.W2b.762-763hal 17
“Kadang pernah juga ya masak, bersih rumah, nyapu-nyapu. Ya namanya gak ada anak perempuan kan ya.”
RD.W2b.766-769hal 17
Hakikat waktu
Melakukan sesuatu pekerjaan dengan perlahan-lahan adalah sifat bapak K. Kebanyakan setiap disuruh oleh ibu S untuk melakukan suatu pekerjaan, bapak K
tidak akan langsung cepat mengerjakannya dan cenderung menundanya hingga terkadang ia lupa mengerjakannya dan membuat sang istri marah. Pada dasarnya,
hal ini lah yang membedakan ibu S dengan bapak K. Bapak K memiliki kebiasaan
Universitas Sumatera Utara
yaitu lalai dan menunda-nunda untuk menyelesaikan pekerjaannya sementara ibu S memiliki sifat yang tegas dan aktif dalam bekerja.
“…..cuma kalau sering saya sering lalai pekerjaan kan marah juga dia, sering pun. Yang disuruh kerjakan kadang gak saya kerjakan.”
RD.W1b.206-212hal 5
“Iya jadi disuruh lah cari orang untuk dipanjat tuh pohonnya. Ambil kelapanya, nanti nimpahi rumah udah, dari semalam uda disuruh. Kayak gitu
lah dibilangnya. Awak pun tak cari- cari.”
RD.W2b.611-617hal 14
Hakikat hubungan manusia dengan sesamanya Bapak K mengaku bahwa dirinya tidak bisa marah dan keras kepada sang
istri karena ia tidak ingin ada konflik dan lebih menginginkan hidup rukun dalam rumah tangganya. Hal ini begitu terlihat dari bapak K dimana ia cenderung diam
dan tidak melawan saat berkonflik dengan ibu S. Bapak K tidak banyak mempersoalkan masalah-masalah yang terjadi dalam rumah tangganya hingga
menjadi sebuah konflik. “….Ya saya ya kadang sangkin jengkelnya saya tinggalkan ke warung.
Kalau dilayani nanti kan bisa jadi panjang kan payah. Bagus ada yang mengalah dan kadang memang saya yang selalu mengalah.”
RD.W1b.107-114hal 3
“Hmm….kalau saya orangnya cemana ya, gak bisa gitu. Jaranglah atau bisa dikatakan gak pernah. Kalau saya yang buat gitu kan, gak pernah lah saya.
Gak enak kan kalau ribut- ribut. Enak tuh rukun, adem, gak ada masalah.”
RD.W1b.280-287hal 7
Universitas Sumatera Utara
Tabel 8. Rekapitulasi gambaran konflik pernikahan responden C istriibu S pada pasangan II
Ket. Waktu Deskripsi Konflik
Responden C Istri Metode
Sumber Awal
menikah Tahun pertama menikah, ibu S merasa senang dan
mengaku tidak menemukan masalah karena belum memiliki anak.
Saat itu keduanya pernah sepakat untuk menjual cincin pernikahan mereka untuk menyewa ladang sebagai mata
pencaharian sang suami. Perasaan sedih dan pasrah selalu dirasakan oleh ibu S
saat ladang yang mereka sewa telah habis masanya dan ditarik kembali dikarenakan ladang yang mereka sewa
sudah dirawat dan diperindah oleh mereka. -
-
Avoidance -
Lingkungan
Pribadi
Sekitar 1-3 tahun
Ibu S hamil anak pertama dan mengaku begitu sangat senang, namun dibalik kesenangannya ia juga memikirkan
cara untuk pemenuhan biaya hidup yang semakin bertambah
Masalah ekonomi muncul saat kelahiran anak pertama yaitu ketika akan mengadakan syukuran dimana saat itu
penghasilan ibu S sebagai seorang PNS belum begitu banyak. Selain itu juga hasil sawah yang digarap sang
suami hanya cukup untuk makan mereka saja. Kesedihan dan kekesalan yang dirasakan oleh ibu S hanya ia pendam
di dalam hati tanpa diekspresikannya. Sejak kelahiran anak pertama hingga berusia 2 tahun,
suami ibu S bekerja sebagai penjual roti dan penghasilan dari jualan tersebut dirasa kurang meyakinkan untuk
mencukupi penambahan biaya hidup mereka yang saat itu semakin banyak seperti susu, pakaian, dll. Akhirnya sang
suami memutuskan untuk berhenti jualan. Sementara itu, karena kekesalan yang dirasakan oleh ibu S kepada sang
suami menyebabkan ibu S cenderung memarahi sang suami.
-
Avoidance
Destructive Lingkungan
Lingkungan
Lingkungan
Sekitar 4-6 tahun
Kelahiran anak kedua pada tahun ’99 semakin dirasakan berat oleh ibu S dan keluarga. Saat itu ibu S memutuskan
untuk kuliah sehingga secara otomatis kebutuhan hidup semakin bertambah besar disamping harus memenuhi
biaya kedua anak dan kuliahnya. Walaupun kuliah, namun ibu S tetap bekerja. Saat masa
inilah ibu S mengalami biaya yang sangat banyak untuk -
Destructive Lingkungan
Lingkungan dan Fisik
Universitas Sumatera Utara
ditanggungnya. Saat itulah ibu S mengaku sering bertengkar dengan sang suami dikarenakan kondisinya
capek dan fikiran pun terbagi dua antara kerja dan kuliah. Perasaan kesal dan marah pun dilampiaskan oleh ibu S
kepada sang suami.
7 tahun - sekarang
Konflik muncul saat ketiga anak ibu S sudah semakin besar dan kebutuhan mereka yang semakin banyak. Hal ini
terjadi saat anak meminta uang untuk keperluan sekolah mereka dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Saat
itulah ibu S dan suami mencoba mencari solusi dengan meminjam uang kepada tetangga apabila simpanan uang
mereka telah habis. Ibu S pulang dari sekolah tempat ia mengajar dengan
keadaan capek dan letih, ia melihat sang suami tidur di rumah dan bukannya mencari aktifitas. Ibu S pun kesal
dan memarahi sang suami. Ibu S memarahi dan merepeti sang suami saat ia pulang
kerja dengan kondisi yang capek dan melihat kondisi rumah tidak terurus berantakan serta melihat kelakukan
anak-anaknya yang nakal. Ibu S marah kepada suaminya karena sang suami tidak
aktif dalam bekerja. Ia ingin sang suami ketika bekerja harus tuntas dikerjakan pada hari itu juga, namun justru
sang suami sering lengah dengan pekerjaannya. Selalunya ibu S menjumpai sang suami tidur di kamar daripada
mengerjakan hal-hal yang bisa dikerjakanannya. Hal ini pada akhirnya memicu pertengkaran dimana ibu S
memarahi sang suami. Suatu hari ibu S sedang sibuk-sibuknya mengerjakan
pekerjaan rumah dan berharap sang suami membantunya. Akan tetapi yang ditemukan adalah sang suami hanya
duduk diam tanpa membantu. Rasa kesal yang muncul pada ibu S membuatnya marah dengan membanting pintu
dengan keras saat menutup pintu. Sepulang dari dokter gigi mengantar anak ketiga, ibu S
menyuruh anaknya membeli sayur yang sudah dipesan terlebih dahulu. Tetapi sayur yang dibeli hanya dapat
sedikit. Hal ini membuat ibu S marah-marah, tidak hanya kepada si penjual sayur tetapi juga orang-orang yang ada
di rumah termasuk sang suami. Constructive
Destructive
Destructive
Destructive
Ventilation and Catharsis
Destructive Lingkungan
Fisik
Fisik
Hubungan Interpersonal
Fisik
Fisik
Universitas Sumatera Utara
Ibu S sangat kesal dan memarahi sang suami karena tidak berinisiatif membeli sayur saat dirinya sedang tidak di
rumah. Sang suami hanya asyik tiduran di rumah sementara ibu S yang saat itu pulang dalam keadaan capek
dan lapar harus mendapati meja makan yang tidak ada sayurnya.
Selain bekerja sebagai PNS, ibu S juga memiliki pekerjaan lain yaitu menjual pakaian dan angsuran
keliling. Saat ia capek dari mengajar dan berjualan kemudian pulang ke rumah, ia menemukan pakaian yang
tadi dijemur belum terlipat, piring berserakan dan pada akhirnya hal ini membuat ibu S marah-marah yang
ditujukan kepada sang suami. Karena saat itu sang suami sedang berada di rumah dan tidak melakukan apa-apa.
Satu tahun yang lalu, ibu S harus menerima kenyataan bahwa anak pertamanya yang saat itu bersekolah di
pesantren tingkat SMA mendapat hukuman, karena telah lancang bergabung dengan santri perempuan saat acara
buka puasa bersama teman-temannya saat libur sekolah. Dalam Pesantren, hal ini sangat dilarang oleh para santri
dan santriwati untuk bergabung dalam satu ruangan. Saat diketahui oleh pihak sekolah bahwa mereka bersama-sama
buka puasa, sang anak pun selalu terlihat gelisah dan menyendiri. Akhirnya pada saat liburan usai dan sang anak
kembali ke pesantren ibu S mendapat kabar bahwa anaknya digundul karena hukuman. Hal ini spontan
membuat ibu S kaget. Karena kejadian itu dirasa sangat wajar oleh ibu S. Saat itu ibu S pun merasa kesal dan
marah. Kemarahan ibu S tertuju kepada pihak sekolah dan pastinya kepada sang suami karena tidak sensitive dengan
kelakuan yang ditunjukkan sang anak saat berada di rumah.
Ibu S pernah marah kepada sang suami karena saat ia pulang ke rumah, ia melihat anak bungsunya masih main
di luar dan belum makan siang. Karena saat itu yang sedang berada di rumah adalah sang suami, ibu S pun
memarahi suaminya karena telah membiarkan anak mereka di luar hingga lupa makan.
Destructive
Destructive
Destructive
Destructive Fisik
Fisik
Hubungan Interpersonal
Hubungan Interpersonal
Universitas Sumatera Utara
Tabel 9. Rekapitulasi gambaran konflik pernikahan responden D suamibapak K pada pasangan II
Ket. Waktu Deskripsi Konflik
Responden D Suami Metode
Sumber Awal
menikah Awal kehidupan rumah tangga masih biasa saja. Bapak
K merasa harus berfikir dewasa karena menurutnya pernikahan tidak hanya terjadi dua hari saja.
- -
Sekitar 1-3 tahun
Saat sang istri melahirkan anak pertama mereka, bapak K mengakui tidak ada kendala dengan biaya karena dari
awal keduanya sudah mempersiapkannya. Selalu ada rezeki yang datang setiap akan membiayai
kehidupan anaknya, terlebih dari hasil gaji sang istri. Keuangan selalu diatur oleh sang istri, sehingga bapak K
tidak mengetahui kondisi keuangan mereka. Suatu hari ibu S pernah memarahi bapak K yang kemungkinan
dikarenakan masalah ekonomi. Saat ibu S mengomel dan marah-marah kepadanya, bapak K hanya diam tidak
melawan. -
-
Avoidance -
-
Lingkungan
Sekitar 4-6 tahun
Bapak K merasa khawatir dengan istrinya yang hamil namun harus tetap bekerja dan kuliah, terlebih lagi saat
ibu S harus mengendarai kereta sendiri saat sedang hamil besar. Suatu hari istri bapak K jatuh dari kereta saat
sedang hamil. Bapak K saat itu juga sedang sakit dan dirawat di rumah orang tuanya.
- -
7 tahun - sekarang
Ketika anak mereka nakal, sang istri cenderung memukul si anak sementara bapak K sendiri tidak ingin
jika anak mereka dimarahi atau dipukul. Hal ini pada akhirnya memicu pertengkaran antara bapak K dan istri.
Sangkin jengkelnya bapak K terhadap sang istri, ia pun pergi ke warung meninggalkan ibu S.
Bapak K mengaku selalu lalai dalam pekerjaannya, sehingga
membuat sang
istri menegurnya
dan memarahinya. Saat dimarahi oleh sang istri, bapak K
hanya diam saja dan pergi meninggalkan sang istri ke warung.
Bapak K berharap sang istri tidak terlalu berlebihan dalam bertindak. Saat itu bapak K lupa mengerjakan
pekerjaan yang disuruh sang istri dan akhirnya memarahi bapak K. Saat dimarahi oleh sang istri, bapak K hanya
diam saja. Sang Istri menyuruh bapak K mengupas kelapa, tetapi
Avoidance
Avoidance
Avoidance
Avoidance Hubungan
Interpersonal
Hubungan Interpersonal
Hubungan Interpersonal
Hubungan
Universitas Sumatera Utara
tidak segera ia lakukan dan pada akhirnya lupa. Akhirnya sang istri marah dan mengomeli bapak K. karena sudah
selalu dimarahi, bapak K pun hanya diam membiarkan sang istri mengomel.
Bapak K mengaku bahwa perselisihan pernah terjadi saat sedang menghidang makanan. Alasannya ibu S sedang
sibuk menghidang makanan dan tidak dibantu oleh bapak K. Pada akhirnya sang istri memarahi bapak K. Bapak K
diam saat dimarahi oleh sang istri sambil membantu menyiapkan makanan.
Bapak K sedang capek karena baru beraktifitas di luar, begitu pun sang istri. Saat tiba di rumah, sang istri melihat
kondisi rumahnya berantakan dan hal ini membuat dirinya marah-marah. Karena merasa capek dan jengkel, bapak K
juga ikut marah-marah kepada sang istri. Suatu hari bapak K bertanya kepada sang istri mengapa
uang bisa habis. Kemudian sang istri menjawabnya dengan ketus dan menyuruh bapak K saja yang mengatur
keuangan. Saat mendengar sang istri marah, bapak K pun langsung diam.
Hal lain yang membuat pertengkaran terjadi adalah karena anak sulit disuruh mandi saat hari sudah sore,
akhirnya membuat sang istri marah dan bapak K pun terkena imbas kemarahan ibu S tanpa melawannya.
Bapak K mengaku bahwa ibu S marah. Hal ini dikarenakan ibu S tidak masak dan membeli sayur di luar,
namun sayur yang sudah dipesan ukurannya tidak banyak seperti biasanya sehingga tidak akan cukup untuk makan
mereka. Ibu S mengomel dan marah-marah kepada bapak K. Namun bapak K diam dan mencoba memahami ibu S
dengan mengatakan bahwa kemungkinan sayur yang dijual tingga sedikit.
Bapak K pernah dimarahi oleh sang istri saat ia pulang kerja, karena bapak K belum menyediakan makanan di
rumah. Saat dimarahi sang istri, bapak K hanya diam dan pergi membeli sayur.
Avoidance
Destructive
Avoidance
Avoidance
Constructive
Avoidance Interpersonal
Hubungan Interpersonal
Fisik
Lingkungan
Hubungan Interpersonal
Hubungan Interpersonal
Hubungan Interpersonal
Universitas Sumatera Utara
Tabel 10. Rekapitulasi gambaran konflik pernikahan pada pasangan II bapak K dan ibu S
Ket. Waktu
Deskripsi Masalah Suami
Istri Metode
Sumber Metode
Sumber Awal
menikah Tahun pertama menikah, ibu S
merasa senang dan mengaku tidak menemukan masalah karena belum
memiliki anak. Selain itu juga menurut bapak K, ia juga harus
berfikir
lebih dewasa
untuk menjalani
kehidupan rumah
tangganya karena pernikahan yang terjadi tidak hanya terjadi sehari
dua hari saja. Perasaan sedih dan pasrah selalu
dirasakan oleh ibu S saat ladang yang mereka sewa telah habis
masanya
dan ditarik
kembali dikarenakan ladang yang mereka
sewa sudah dirawat dan diperindah oleh mereka.
-
- -
- -
Avoidance -
Pribadi
Sekitar 1- 3 tahun
Masalah ekonomi muncul saat kelahiran anak pertama yaitu ketika
akan mengadakan syukuran dimana saat itu penghasilan ibu S sebagai
seorang PNS belum begitu banyak selain itu juga hasil sawah yang
hanya cukup untuk makan mereka saja. Kesedihan dan kekesalan yang
dirasakan oleh ibu S hanya ia pendam di dalam hati tanpa
diekspresikannya. Sejak kelahiran anak pertama
hingga berusia 2 tahun, bapak K bekerja sebagai penjual roti dan
penghasilan dari jualan tersebut dirasa kurang meyakinkan untuk
mencukupi
penambahan biaya
hidup mereka yang saat itu semakin banyak seperti susu, pakaian, dll,
sehingga akhirnya sang suami memutuskan untuk berhenti jualan.
Sementara itu, karena kekesalan yang dirasakan oleh ibu S kepada
-
Avoidance -
Lingkungan Avoidance
Destructive Lingkunga
n
Lingkunga n
Universitas Sumatera Utara
bapak K menyebabkan ibu S cenderung memarahi sang suami.
Akan tetapi bapak K selalunya menyikapi kemarahan ibu S dengan
diam tanpa melawan ibu S.
Sekitar 4- 6 tahun
Kelahiran anak kedua pada tahun ’99 semakin dirasakan berat oleh
ibu S dan keluarga. Karena saat itu ibu S memutuskan untuk kuliah
sehingga secara otomatis kebutuhan hidup semakin bertambah besar
disamping harus memenuhi biaya kedua anak dan kuliahnya. Saat
masa inilah ibu S mengalami biaya kebutuhan yang sangat banyak
untuk ditanggungnya. Saat itulah ibu S mengaku sering bertengkar
dengan sang suami dikarenakan kondisinya capek dan fikiran pun
terbagi dua antara kerja dan kuliah. Perasaan kesal dan marah pun
dilampiaskan oleh ibu S kepada bapak K yang saat itu hanya diam
saja mendengar omelan dari ibu S. Suatu hari ibu S saat sedang hamil
besar pernah jatuh dari kereta, hal ini membuat bapak K merasa
khawatir. Bapak K saat itu juga sedang sakit dan dirawat di rumah
orang tuanya. Avoidance
Lingkungan Destructive
Lingkunga n dan Fisik
7 tahun- sekarang
Konflik muncul saat ketiga anak ibu S sudah semakin besar dan
kebutuhan mereka yang semakin banyak. Hal ini terjadi saat anak
meminta uang untuk keperluan sekolah mereka dan membutuhkan
biaya yang tidak sedikit. Saat itulah ibu S dan suami mencoba mencari
solusi dengan meminjam uang kepada tetangga apabila simpanan
uang mereka telah habis. Ibu S pulang dari sekolah tempat
ia mengajar dengan keadaan capek dan letih, ia melihat bapak K tidur
di rumah dan bukannya mencari -
Avoidance -
- Constructiv
e
Destructive Lingkunga
n
Fisik
Universitas Sumatera Utara
aktifitas. Ibu S pun kesal dan memarahi sang suami. Sementara
bapak K saat itu hanya diam saja. Ibu S memarahi dan merepeti
bapak K saat ia pulang kerja dengan kondisi yang capek dan
melihat kondisi rumah tidak terurus berantakan
serta melihat
kelakukan anak-anaknya
yang nakal.
Ketika anak nakal, ibu S cenderung memukul si anak dan memarahinya.
Sementara bapak K tidak ingin anak mereka dimarahi atau dipukul.
Hal inilah yang pada akhirnya memicu pertengkaran.
Ibu S marah kepada suaminya karena bapak K selalu lalai dalam
pekerjaannya. Ibu S ingin sang suami ketika bekerja harus tuntas
dikerjakan pada hari itu juga, namun justru sang suami sering
lengah
dan lupa
dengan pekerjaannya. Selalunya ibu S
menjumpai bapak K tidur di kamar daripada mengerjakan hal-hal yang
bisa dikerjakanannya. Hal ini pada akhirnya
memicu pertengkaran
dimana ibu S memarahi sang suami terus terusan namun bapak K hanya
diam. Sepulang dari dokter gigi
mengantar anak ketiga, ibu S menyuruh anaknya membeli sayur
yang sudah dipesan terlebih dahulu. Tetapi sayur yang dibeli hanya
dapat sedikit. Hal ini membuat ibu S marah-marah, tidak hanya kepada
si penjual sayur tetapi juga orang- orang yang ada di rumah termasuk
bapak K. Namun bapak K diam dan mencoba memahami ibu S dengan
mengatakan bahwa kemungkinan sayur yang dijual tingga sedikit.
Avoidance
Avoidance
Constructiv e
Hubungan Interpersonal
Hubungan Interpersonal
Hubungan Interpersonal
Destructive
Destructive
Destructive Fisik
Hubungan Interperson
al
Fisik
Universitas Sumatera Utara
Ibu S sangat kesal dan memarahi bapak K karena tidak berinisiatif
membeli sayur saat dirinya sedang tidak di rumah. Bapak K hanya
asyik tiduran di rumah sementara ibu S yang saat itu pulang dalam
keadaan capek dan lapar harus mendapati meja makan yang tidak
ada sayurnya. Akhirnya bapak K pergi membeli sayur.
Avoidance Fisik
Destructive Fisik
Universitas Sumatera Utara
Bagan 2. Gambaran Konflik Pernikahan Pasangan II Resp C dan Resp D
FISIK SIFAT PSIKOLOGIS
RC
Tinggi: 158 cm, berat: 47 kg, bentuk muka
oval, memakai kaca mata, dan kurus
RD
Tinggi: 172
cm, berat: 65 kg, bentuk
muka oval, memiliki kumis dan kurus.
RC
Ramah, terbuka, periang, murah
senyum dan ekspresif.
RD
Ramah, pendengar yang baik, tidak
percaya diri.
Sumber-sumber yang melatarbelakangi terjadinya konflik
Sumber Pribadi
RC: Adanya rasa sedih dan pasrah saat ladang yang disewa harus ditarik kembali oleh pemiliknya. Hal ini
menimbulkan konflik yang terjadi pada diri responden. RD: tidak muncul.
Sumber Fisik
RC: Konflik terjadi saat responden pulang kerja saat dalam keadaan capek. Responden cenderung marah
kepada sang suami ketika pulang kerja melihat rumah berantakan, pekerjaan tidak beres, anak-anak belum
makan, dll. RD: Responden mengeluh capek dari beraktifitas di luar
dan tiba-tiba mendapati sang istri marah. Akhirnya muncul konflik.
Sumber Hubungan Interpersonal
RC: konflik yang terjadi akibat adanya ketidakcocokan prinsip, yaitu responden menganggap waktu adalah uang
dan harus selalu bekerja apa yang bisa dikerjakan. Berbeda dengan sang suami yang terlalu santai dalam
hidupnya. RD: Konflik yang paling banyak muncul karena karena
pasangan terlalu membesarkan masalah. Seperti, sang istri marah-marah ketika dirinya tidur siang, melihat
rumah berantakan, lupa beli sayur, dll.
Sumber Lingkungan
RC: Konflik terjadi karena masalah ekonomi. Responden menjadi pengatur keuangan rumah tangga
sehingga setiap
pemasukan dan
pengeluaran diketahuinya. Hingga ketika keluarga ini kekurangan
uang, dirinya lah yang mencari jalan keluar untuk mengatasinya.
RD: Masalah ekonomi menjadi pemicu terjadinya konflik ini. Masalah utamanya adalah karena sang istri
menjadi pengatur keuangan mereka.
Pasangan Multikulltur Responden C Ibu S Responden D Bapak K
Latar Belakang Pernikahan dan Konflik-Konflik yang Terjadi
RC dan RD sama-sama bekerja. Walaupun seorang PNS, RC termasuk pegawai dengan gaji yang rendah karena latar belakang pendidikannya hanya SMA. Masalah keuangan menjadi salah satu faktor pemicu konflik yang terjadi.
Akhirnya RC memutuskan untuk berkuliah agar jenjang karirnya sebagai PNS dapat naik. Penghasilan RC pun lebih besar dibandingkan dengan RD yang hanya seorang petani. Keduanya mengaku selama ± 18 usia pernikahan selalu
muncul konflik. Akan tetapi konflik yang terjadi bukanlah konflik yang besar. Namun begitu, tetap saja perselisihan dan keributan sering muncul dalam rumah tangga pasangan ini.
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan…..
Metode mengha
dapi Konflik
Pernika han
Avoidance RC: Responden cenderung diam dan
menghindari konflik. Hal ini terjadi saat di awal tahun pernikahan responden dengan
pasangannya.
RD: Secara umum tipe ini paling banyak dijumpai pada responden. Ia cenderung diam
tidak melawan
dan terkadang
pergi meninggalkan
istriya saat
sang istri
memarahinya.
Ventilation and Catharsis
RC: Responden mengekspresikan emosi negatifnya dengan membanting pintu rumah
dengan keras saat ia merasa kesal kepada sang suami
RD: tidak muncul.
Destructive and Constructive 1. Destructive
RC: Metode menghadapi konflik yang paling banyak muncul pada responden, yaitu
responden sering menyerang sang suami dengan
memarahinya saat
berkonflik
dengannya. RD: Responden memarahi istrinya karena
tidak tahan dengan omelan sang istri.
2.Constructive
RA dan RD: Keduanya pernah mencoba menyikapi konflik dengan positif dan mencari
jalan keluar yang terbaik .
Universitas Sumatera Utara
B. Pembahasan 1. Gambaran konflik pernikahan pada responden A
1 Metode-metode konflik pernikahan pada responden A a.
Avoidance conflict
Terkadang individu memilih untuk menghindar dan tidak ingin terlibat dari suatu masalah karena hal ini dianggap suatu cara yang paling aman. Akan tetapi
setiap orang tentu memiliki alasan masing-masing ketika memutuskan untuk menghindari masalah yang ada. Hal ini juga terjadi kepada kak F. Secara
keseluruhan kak F berada pada kategori metode
avoidance,
yaitu kak F cenderung diam dan tidak mengekspresikan kemarahan dan kekesalannya saat memiliki
masalah dengan bang I. Hal ini dilakukannya untuk menghindari konflik yang terjadi karena rasa segan yang dimilikinya kepada sang bibi yang pada saat itu
satu rumah dengan mereka. Kak F dan bang I memutuskan untuk tinggal bersama sang bibi sejak kehamilannya menginjak usia 7 bulan hingga pasangan ini
memiliki dua orang anak selama kurang lebih 7 tahun. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan di dalam Degenova 2008, yang
menyatakan bahwa metode
avoidance
merupakan metode dimana seseorang atau pasangan menghadapi konflik yang terjadi dengan cara menghindari orang yang
bersangkutan, situasi dan hal-hal yang berhubungan dengan hal tersebut. Kak F sendiri mencoba untuk menghindari orang maupun situasi yang mengakibatkan
konflik pada dirinya. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya dalam wawancara yang dilakukan kepada kak F, bentuk penghindaran yang dilakukan
oleh kak F adalah dengan mendiami sang suami saat berada di rumah sang bibi
Universitas Sumatera Utara