Sumber pribadi Sumber fisik

3 Sumber-sumber konflik pernikahan pada pasangan II Pada dasarnya setiap konflik rumah tangga yang terjadi pada setiap pasangan selalu terdapat sumber yang melatarbelakanginya. Hal ini juga diakui oleh ibu S dan bapak K bahwa konflik yang mereka alami ada sumber yang melatarbelakanginya. Berbagai sumber muncul yang pada akhirnya menyebabkan konflik yang tidak dapat dihindari. Bapak K berpendapat bahwa konflik yang terjadi pada mereka kebanyakan muncul semenjak mereka memiliki anak. Begitupun ibu S juga memiliki pendapat yang sama, walaupun disepanjang rentang kehidupan pernikahan mereka juga terdapat sumber lain yang menyebabkan konflik dalam rumah tangga pasangan ini. “Konflik itu om rasa muncul sesudah punya anak.” RD.W1b.72-73hal 2 “Itu kalau yang selalunya rata-rata rasa ibu konflik itu terjadi saat uda adanya anak.” RC.W1b.124-126hal 3

a. Sumber pribadi

Setiap individu tentunya memiliki dorongan dalam diri untuk melakukan sesuatu sesuai dengan naluri instinct yang ia rasakan. Namun terkadang apa yang hendak dilakukan belum tentu sesuai dengan kondisi yang ada. Pada kenyataannya, hal-hal yang saling berlawanan antara yang diharapkan dengan yang sesungguhnya dapat menimbulkan konflik yang bisa berpengaruh pada diri sendiri. Hal inilah yang dialami oleh ibu S ketika di awal-awal bulan pernikahannya dengan bapak K. Pasangan ini yang pada saat itu sangat terkendala dengan ekonomi harus puas dengan penghasilan dari sang suami yang berprofesi Universitas Sumatera Utara sebagai seorang petani. Namun ironisnya ladang yang diolah oleh sang suami merupakan ladang sewaan dimana setiap masa sewanya habis akan ditarik kembali oleh pemiliknya. Perasaan sedih dan pasrah selalu dirasakan oleh ibu S saat ladang yang mereka sewa telah habis masanya. Ladang tersebut harus ditarik kembali oleh pemiliknya. Hal yang sangat disayangkan oleh ibu S pada saat itu adalah karena ladang yang mereka sewa telah diolah dan dipelihara dengan baik selayaknya ladang milik sendiri. Rasa kesal muncul dalam benak ibu S, namun karena sadar bahwa ladang tersebut bukanlah milik mereka maka ia mencoba ikhlas. “Ohh kalau pada saat itu ya gimana ya. Karena memang awak ini nyewa punya orang kan, jadi kalau uda ada masanya ditarik orang ya udah lah. Tapi ada juga lah rasa kesal kita suara meninggi, namanya ladangnya uda cantik kita buat, uda diperindah, dibersihkan nanti diambil orang. Ya namanya bukan punya awak, punya orang.” RC.W1b.98-109hal 3

b. Sumber fisik

Pada umumnya, kebanyakan masalah yang terjadi pada pasangan ini adalah karena sumber fisik yaitu rasa lelah, capek, dan lapar yang mereka rasakan saat setelah keduanya beraktifitas di luar. Lebih lanjut ditemukan bahwa kebanyakan dari sumber ini dirasakan oleh ibu S yang memang dapat dikatakan bahwa ia memiliki segudang aktifitas di luar. Pada usia sekitar 4 tahun pernikahan, ibu S memutuskan untuk kuliah mengambil gelar sarjana pendidikan. Walaupun kuliah, namun ibu S tetap lanjut bekerja. Saat masa inilah ibu S mengalami banyak biaya kebutuhan untuk ditanggungnya. Ibu S mengaku bahwa ia sering bertengkar dengan sang suami Universitas Sumatera Utara dikarenakan kondisinya capek dan fikiran pun terbagi dua antara kerja dan kuliah. Hingga perasaan kesal dan marah pun dilampiaskannya kepada sang suami. “Ya…..cemana nih dikatakan ya. Dikatakan ya berantam ya ada-ada pun gitu aja. Ada yang dibahas ya dibahas, ibu pun rasa kesal pasti ada. Marah ya marah juga lah terlampiaskan. Orang awak capek kan, harus kerja, kuliah…….” RC.W2b.618-625hal 14 Banyaknya aktifitas yang dilakukan ibu S di luar menjadi penyebab utama ibu S menjadi merasa capek dan lelah. Hal inilah yang nantinya menimbulkan perselisihan pada pasangan ini. Ibu S baru pulang dari sekolah tempat ia mengajar dengan keadaan capek dan letih. Berharap sang suami ada di rumah dan menyambutnya, namun yang ditemukan adalah sang suami tidur di rumah dan bukannya mencari aktifitas. Ibu S kesal dan perselisihan pun terjadi. “Kalau kita pulang capek, eh dia malah tiduran ya ibu marah. Awak uda kesal ya kan tau-tau yang didatangi malah tidur pulak. Ihh geram lah, marah lah ibu sama dia enak aja dia kayak gitu.” RC.W1b.300-306hal 7 Selain melihat sang suami tiduran di rumah saat dirinya pulang kerja, kekesalan lainnya yang menyebabkan perselisihan adalah saat dimana ibu S pulang dan melihat kondisi rumah berantakan tidak terurus. Padahal saat itu bapak K sedang berada di rumah dan tidak bekerja. Ibu S berharap saat dirinya pulang ke rumah, kondisi rumah sudah rapi dan bersih. Masalah lainnya yang menambah kemarahan ibu S adalah karena kelakuan anaknya yang nakal dan manja membuat dirinya semakin naik darah. “Ya pernah. Ya marah. Tapi ya seringnya om itu kalau dimarahi diam, ibu merepet aja. Capek lah dah, capek, malah anak lagi, kadang ya rumah gak Universitas Sumatera Utara keurus. Ya uda dibiarkan aja. Om pun gak bangsa orang yang rapi atau bersih itu gak palah yang penting makanan ada tersedia.” RC.W2b.751-760hal 17 Ternyata faktor kelelahan yang menyebabkan konflik tidak hanya terjadi pada ibu S. Bapak K juga pernah mengalaminya. Bapak K sedang capek karena baru berkatifitas di luar, begitupun dengan sang istri. Saat tiba di rumah, sang istri melihat kondisi rumahnya berantakan dan hal ini membuatnya marah. Saat itu bapak K merasa bukan hanya sang istri saja yang capek dan kesal, dirinya pun juga capek. Rasa kesal dan jengkel pun muncul dari bapak K hingga akhirnya ia pun juga ikut marah kepada sang istri. “Merepetnya itu kalau dia uda kesal, kerjaan di rumah ntah seperti piring kotor, pakaian berserak, mana kadang jemuran belum diangkat. Gitu.” RD.W3b.1339-1343hal 27 “Pernah pun paling sekali cuma bantah gini, alaaaahh masalah gitu aja pun recok. Gitu.” RD.W3b.1346-1348hal 27 “Marah iya. Awak pun jengkel juga, awak pun capek ya kan. Orang kerjaan gitu aja kok marah, kan masih bisa dikerjakan juga. Kan sering juga awak bantu- bantu juga.” RD.W3b.1362-1367hal 27 Suatu hari ibu S sedang sibuk-sibuknya mengerjakan pekerjaan rumah dan berharap sang suami membantunya. Akan tetapi yang terjadi adalah sang suami hanya duduk diam tanpa membantu sedikitpun. Ibu S sendiri tidak mengaku bahwa pada saat itu ia sedang capek. Rasa kesal muncul dan membuat ibu S marah sehingga pada akhirnya ibu S melampiaskan kekesalannya dengan membanting pintu dengan keras saat ia menutup pintu. Universitas Sumatera Utara “Paling jengkel kalau ibu lagi sibuk kalau uda capek, dia duduk. Nahhhh datanglah geram ibu.” RC.W2b.808-811hal 18 “Kadang kalau ibu mau nutup pintu ibu bantingkan.” RC.W2b.813-814hal 18 Ibu S memang seorang ibu yang sangat bertanggung jawab dan peduli dengan keluarganya. Walaupun lelah karena baru pulang kerja, namun ia tetap mau menemani anak bungsunya ke dokter gigi karena ada masalah pada gigi sang anak. Sepulang dari dokter gigi, ibu S menyuruh anaknya membeli sayur karena mereka tidak ada sayur untuk makan siang. Tetapi sayur yang dibeli hanya diperoleh sedikit tidak seperti biasanya. Ibu S pun marah saat itu, tidak hanya kepada si penjual sayur tetapi juga kepada orang-orang yang ada di rumah akibat capek yang dialami menjadikannya cepat terbawa emosi. “Waktu itu ibu kemana ya……ibu ke dokter gigi iya. Sebelum pergi kan uda pesan sayur, katanya sayurnya apa itu daun ubi sama soto. Jadi rupanya sayur ubinya tinggal dikit lagi waktu itu diambil sama orang lain. Jadi tinggal soto, eh malah sotonya itu tinggal tiga ribu. Itu saat itu si D yang beli itu. Ya mana cukup untuk kami makan. Ya ibu saat itu merepet lah orang uda pesan kok malah dapatnya dikit kayak gini. Hmmmm kena ke orang rumah, padahal sih ibu merepet aja nya…..” RC.W3b.932-948hal 21 “Gak….ibu lah, ibu uda capek. Udah lah sana pergi beli sayur. Ibu bilang gitu lah.” RC.W3b.959-961hal 22 Ibu S sangat kesal dan memarahi sang suami karena tidak berinisiatif membeli sayur saat dirinya sedang tidak di rumah. Sang suami hanya menghabiskan waktunya dengan tiduran di rumah. Sementara ia berharap saat dirinya pulang dari kerja makanan sudah tersedia dan ia bisa makan siang serta melanjutkan aktifitasnya kembali di luar. Namun saat ibu S pulang dalam keadaan Universitas Sumatera Utara capek dan lapar, ia mendapati meja makan tidak memiliki lauk. Hanya terdapat makanan tadi pagi dan lauk seadanya. “Tadi ibu pergi ke acara KADARKUM, memperingati hari kesadaran hukum. Jadi ibu pergi belum sempat nyayur. Ikan juga tinggal sedikit lagi, ibu pun lupa pesan. Orang ini pun tak ada akal mau beli. Ya ini pulang- pulang uda panas, uda lelah, enak bapaknya tidur. Ibu bilanglah, ooohhh mau makan, makan apa lah. Itu lah ibu bilang ke dia. Terus pergi dia nyari sayur.” RC.W3b.975-987hal 22 Selain bekerja sebagai PNS, ibu S juga memiliki pekerjaan lain yaitu menjual pakaian dan mengangsurkan barang-barang dagangan kepada orang lain. Saat ia capek dari mengajar dan berjualan kemudian pulang ke rumah, ia menemukan kondisi rumah yang tidak terurus. Pakaian yang tadi dijemur belum terlipat, piring berserakan dan pada akhirnya hal ini membuat ibu S marah-marah kepada bapak K. “Udahlah capek…..ya namanya jualan kan ya pasti capek loh. Ngomong aja capek, letih. Itu nanti pulang nampaklah cucian belum berlipat, iya ada nenek disini masih ada yang lipat. Sebelumnya ya gak ada kayak gitu, malah cucian belum dilipat, mana piring berserak, ya jadinya merepet ke bapak. Ya bapak lah jadinya yang kena marah sama ibu. Bapak lah yang ngelipatin cucian itu jadinya. Ya kita pun kerja sama lah, awak pun capek kan. Ya cemana ya, sama- sama lah. Dia pun ngertinya.” RC.W3b.1125-1141hal 23

c. Sumber hubungan interpersonal