capek dan lapar, ia mendapati meja makan tidak memiliki lauk. Hanya terdapat makanan tadi pagi dan lauk seadanya.
“Tadi ibu pergi ke acara KADARKUM, memperingati hari kesadaran hukum. Jadi ibu pergi belum sempat nyayur. Ikan juga tinggal sedikit lagi,
ibu pun lupa pesan. Orang ini pun tak ada akal mau beli. Ya ini pulang- pulang uda panas, uda lelah, enak bapaknya tidur. Ibu bilanglah, ooohhh
mau makan, makan apa lah. Itu lah ibu bilang ke dia. Terus pergi dia nyari
sayur.” RC.W3b.975-987hal 22
Selain bekerja sebagai PNS, ibu S juga memiliki pekerjaan lain yaitu menjual pakaian dan mengangsurkan barang-barang dagangan kepada orang lain.
Saat ia capek dari mengajar dan berjualan kemudian pulang ke rumah, ia menemukan kondisi rumah yang tidak terurus. Pakaian yang tadi dijemur belum
terlipat, piring berserakan dan pada akhirnya hal ini membuat ibu S marah-marah kepada bapak K.
“Udahlah capek…..ya namanya jualan kan ya pasti capek loh. Ngomong aja capek, letih. Itu nanti pulang nampaklah cucian belum berlipat, iya ada
nenek disini masih ada yang lipat. Sebelumnya ya gak ada kayak gitu, malah cucian belum dilipat, mana piring berserak, ya jadinya merepet ke bapak. Ya
bapak lah jadinya yang kena marah sama ibu. Bapak lah yang ngelipatin cucian itu jadinya. Ya kita pun kerja sama lah, awak pun capek kan. Ya
cemana ya, sama-
sama lah. Dia pun ngertinya.” RC.W3b.1125-1141hal 23
c. Sumber hubungan interpersonal
Orang-orang cenderung mengeluh dengan keadaan rumah tangganya dan menimbulkan perselisihan dikarenakan kurangnya komunikasi, merasa bahwa
pasangannya terlalu membesar-besarkan msalah serta sulitnya menyelesaikan perbedaan yang terjadi pada keduanya.
Universitas Sumatera Utara
Bagi bapak K, sumber ini sering ada dan dialami oleh dirinya. Pasalnya, tidak sedikit masalah yang terjadi dikarenakan ia merasa bahwa sang istri terlalu
membesar-besarkan masalah yang ada. Lain lagi dengan ibu S, dimana kebanyakan sumber hubungan interpersonal yang dialaminya karena sedikit
tidaknya akibat kurangnya komunikasi yang ada serta sulit menyelesaikan perbedaan yang terjadi.
Berawal dari masalah yang terjadi pada anak, memang diakui oleh pasangan ini bahwa anak bungsu mereka nakal dan sulit sekali diatur sehingga terkadang
membuat ibu S marah dan cenderung memukul si anak. Bagi bapak K mengajar si anak dengan cara memukul dan memarahinya adalah tidak baik dan akan berefek
pada mental si anak nantinya. Hal ini pada akhirnya memicu pertengkaran antara bapak K dan istri karena sang istri tidak setuju dengan pendapat sang suami.
“Hah, karena masalah anak itu kadang bandel satu mukul atau marahin yang satu lagi kan menyayangi.”
RD.W1b.75-78hal 2
“Ya kadang kan mamaknya mukul sama saya ya gak boleh. Jadinya marahi.”
RD.W1b.129-131hal 3
“Jangan dibela-bela kalau anak katanya, nanti manja. Memang iya, tapi kalau dimarahi gitu kan lama-
lama jadi apa dia, bisa jadi takut….jadi bodoh.”
RD.W1b.133-137hal 3
Bapak K mengaku selalu lalai dalam pekerjaannya. Pasalnya, setiap sang istri menyuruh dirinya untuk mengerjakan suatu pekerjaan ia cenderung menunda-
nunda dan akhirnya lupa untuk dikerjakan. Hal ini membuat sang istri menegur dan memarahinya. Hal ini juga dirasakan oleh ibu S. Sebagai seorang yang aktif
Universitas Sumatera Utara
dan tidak membuang-buang waktu, membuat ia sangat marah saat melihat sang suami tidak aktif dan tidak tuntas ketika disuruh mengerjakan sesuatu. Ibu S
mengaku bahwa sang suami selalu lengah dalam pekerjaannya. Selalunya ibu S menjumpai bapak K lebih memilik tidur di kamar daripada mengerjakan hal-hal
yang bermanfaat. Hal inilih yang pada akhirnya memicu pertengkaran diantara keduanya.
“Kalau saya ya…umpanyanya ya jangan selalu apa kali. Biasa-biasa aja maunya kan. Memang ya beda lah, setidaknya dia kan usahanya ya lebih
besar dari saya. Cuma dia pun ya gak beda-bedakan. Cuma kalau sering saya sering lalai pekerjaan kan marah juga dia, sering pun. Yang disuruh kerjakan
kadang gak saya kerjakan.” RD.W1b.201-212hal 5
“Masalah-masalah kerjaan. Kalau saya kadang kerjaan kadang itu selalu lengah, kalau nanti disuruh saya kadang selalu bandel, gak dikerjakan. Jadi
nanti dia marah sama saya.” RD.W2b.524-530hal 12
“Masalah apa ya…..kalau ibu memang ya dikatakan kalau umpanya kan kalau uda dimulai kalau kerjaan itu harus tuntas, selama ada waktu kerjakan.
Jadi kalau dianya berleha-leha umpanya gitu kan hari ini gak ada kerjaan gitu misalnya dia gak ke sawah, kalau ada nampaknya ada yang gak terurus
di belakang itu misalnya ngurus kandang bebek ya paling gak dikerjakan gitu. Kalau dia malah enak-enakan tiduran ya ibu marahi. Makanya kalau
ada kerjaan itu kayak semalam lah ya dikerjain. Coba kalau dikerjain semalam kan hari ini uda tenang. Gitu lah. Nanti ibu marah sama dia kayak-
kayak gitu lah.” RC.W2b.780-801hal 17-18
Bapak K mengganggap bahwa setiap masalah yang terjadi pada istrinya itu semata-mata karena hal yang sederhana. Namun karena sang istri selalu
menyalahkannya atas segala sesuatu sehingga membuat dirinya merasa bahwa ibu S terlalu berlebihan dalam bertindak. Salah satu contohnya adalah saat bapak K
lupa mengerjakan pekerjaan rumah yang disuruh oleh ibu S. Sang istri menyuruh
Universitas Sumatera Utara
bapak K mengupas kelapa, tetapi tidak segera dilakukan olehnya dan akhirnya ia lupa mengerjakannya. Hal ini yang nantinya mengundang kegaduhan dalam
rumah tangga mereka yaitu sang istri marah-marah kepadanya. “Suruh ngambil kelapa itu, cuma belum nyari tukang kelapa untuk manjat
pohon kelapanya itu gak ada. Itulah merepet-repet dia. Cuma ya sekedar itu aja udah.”
RD.W2b.602-607hal 14
“Iya jadi disuruh lah cari orang untuk dipanjat tuh pohonnya. Ambil kelapanya, nanti nimpahi rumah udah, dari semalam uda disuruh. Kayak gitu
lah dibilangnya. Awak pun tak cari- cari.”
RD.W2b.611-617hal 14 Selain itu, bapak K juga mengaku bahwa perselisihan lainnya yang pernah
terjadi akibat masalah sederhana adalah saat ibu S sedang menghidang makanan. Pasalnya saat itu ibu S sedang sibuk menghidang makanan namun bapak K tidak
membantu. Ibu S sendiri memang tidak mengatakan bahwa ia meminta bantuan dari bapak K, akan tetapi ibu S mengharapkan kesadaran dan kesensitifan dari
bapak K untuk mau menolong ibu S. Akhirnya ibu S mengomel dan memarahi bapak K dan dengan segera bapak K bergerak untuk membantu sang istri.
“Kadang dibilang……hmmm tentang-tentang makanan gitu kadang awak marah juga. Kayak cemana dibilang, kayak…umpanyanya ntah mau makan
gitu kan, ngidangi makanan itu awak pun gak ikut bantuin malah sibuk apa gitu kadang dia merepet. P
adahal cuma gitu aja kan.” RD.W2b.653-663hal 15
Pertengkaran yang terjadi antara pasangan ini tidak hanya sebatas karena kesalahan dari keduanya saja. Melainkan yang dikarenakan oleh anak juga pernah
dialami oleh bapak K dimana sang istri marah kepada sang anak karena tidak mandi sore. Namun yang terjadi adalah ibu S lantas memarahai bapak K karena
Universitas Sumatera Utara
tidak tegas menyuruh sang anak untuk mandi. Selain itu juga karena hal yang sama, yaitu ibu S menemukan sang anak keasikan main di luar saat ibu S pulang
kerja dan ternyata sang anak juga belum makan siang. Saat itu yang berada di rumah adalah bapak K, refleks ibu S memarahi dan menegur bapak K karena tidak
memanggil sang anak pulang untuk menyuruhnya makan siang. “Sibuk main-main saja.”
RD.W3b.1273hal 25
“Jadi tadi disuruh mandi………….” RD.W3b.1277-1278hal 16
“Gak mau, malah betah juga main-main juga. Nanti merepet mamaknya. Uda marahlah. Semua dimarahi.”
RD.W3b.1279-1282hal 26
“Ya banyaklah anak. Gak makan aja pun marah. Kayak tadi ibu pulang, marah ibu sama bapaknya uda jam setengah dua kok gak ditengok anaknya
belum makan. Dicarii anakanya, pulang si D.” RC.W3b.1406-1412hal 29
Sekitar 1 tahun yang lalu, kejadian pernah menimpa anak pertama pasangan ini yang menyebabkan konflik pada ibu S dan bapak K. Saat itu adalah bulan
puasa, anak pertama mereka sekolah di sebuah pesantren yang kebetulan saat itu sedang libur sehingga seluruh muridnya memutuskan untuk pulang ke rumah
masing-masing tidak terkecuali sang anak. Sebelumnya sang anak sudah pamit kepada ibu S untuk menginap di rumah temannya dahulu sebelum pulang ke
rumah karena ada undangan acara buka puasa di rumah temannya yang perempuan.
Sebenarnya dalam pesantren, baik santri murid laki-laki maupun santriwati murid perempuan tidak diperbolehkan berkumpul bersama-sama. Tetapi sang
Universitas Sumatera Utara
anak dan teman-temannya mengadakan acara buka puasa bersama dengan santriwati di salah satu rumah santriwati. Kabar tersebut terdengar oleh pihak
sekolah dan sang anak beserta teman-temannya mendapat hukuman. Hal ini tidak diberitahukan oleh sang anak kepada ibu S dan bapak K. Selama di rumah sang
anak terlihat menyendiri dan tidak pergi kemana-mana, tidak seperti biasanya. Sikap dan tindakan sang anak tidak disadari oleh ibu S dan bapak K, hingga
beberapa hari setelah sang anak pulang ke pesantren ibu S mendapat kabar bahwa sang anak mendapat hukuman. Mendapat hukuman dengan digundul adalah hal
yang terlihat fatal oleh sebagian orang yang mengetahuinya termasuk ibu S. Ibu S pun merasa kecewa terhadap pihak sekolah karena anaknya dan teman-temannya
tidak melakukan pelanggaran di sekolah. Kejadian tersebut terjadi di luar sekolah dan sedang dalam masa liburan. Terlebih lagi ibu S marah kepada bapak K karena
tidak sensitif terhadap tindakan anak saat ia berada di rumah. “Masalah……apa ya, ohh iya ada. Ibu pun saat itu geram kali, lantaran
bukan karena apa. Sama orang tua temannya itu.” RC.W3b.1245-1249hal 25
“Pulang dari libur, orang itu kan uda besar. Kalau libur kan pulang ke rumah masing-masing, gak perlu kami jemput lagi. Itu terjadi 1 tahun yang lalu pas
hari raya semalam. Uda kelas 5 dia, SMA kan uda lajang kan. Jadi pulang, memang dia bilang sama awak, mak awak nginap tempat kawan. Dia bilang
sama ibu kan mau nginap tempat kawannya. Betul memang, jadi rupanya mereka itu mau buka bersama sebenarnya tapi di rumah cewek dan memang
orang itu satu group drumband. Jadi diajak buka bersama. Difikir orang si H ini, kawannya yang cewek ini uda bilang sama orang tuanya. Jadi pas sampe
orang itu uda sore, ya mamak si cewek itu bingung lah, sibuk sana sini orang gak ada kabar-kabari. Rupanya mau buka puasa, si mamak ini nyuruh
anaknya beli kue. Pergi lah anaknya beli kue naik kereta. Pulang dari beli kue disenggol jatuh dari kereta. Jatuhnya cuman licet aja ininya mata
kakinya. Cuma karena manja ini kayaknya si anaknya ini, di kamar ajalah dia. Orang ini pun buka katanya gak genah lagi. Rupanya si bapak cewek ini
agak malam pulangnya. Ada masalah pulak di kantor si bapak nih tadi.
Universitas Sumatera Utara
Pulang ke rumah eh ditengok anaknya tadi di dalam kamar, dibilang kecelakaan. Terkejut lah bapaknya ini tadi, terus naik darah bapaknya,
ngamuk. Marahlah bapaknya disitu. Terus nelepon ustad. Jadi singkat cerita diadukan lah kok bisa santri putra sama santri putri bersatu.”
RC.W3b.1251-1300hal 25-26
“Jadi, pulang lah H ke rumah setelah kejadian itu. Ibu memang perhatikan dia itu uring-uringan aja. Nampak gak tenang lah dia, tapi gak ada pula dia
cerita. Masuk lagi ke pesantren, disitu lah mereka kena sidang akhirnya dihukum lah digunduli. Ibu memang uda wanti-wanti sama H jangan sampe
mamak jumpai kau gundul ya. Eh dia digunduli. Itu juga mungkin kan yang ditakutinya. Ada pula sesama orang tua santri ngadu ke awak, dibilangnya
kalau anak kita digundul. Awak ya kaget, kok tiba-tiba, ada apa ini. Ditanya- ditanya, pada akhirnya dapatlah cerita itu. Ya marah awak, lantaran dapat
kabar dari orang dan mendadak kan. Marahnya sebenarnya sama si orang tua cewek itu, sama si H pun kesal juga. Ibu lah di rumah jadinya marah-
marah karena pikiran anak tadi kan, om lah jadinya yang kena marahan ibu.” RC.W3b.1303-1331hal 27
“Apanya orang ini, anak awak pun gak tau apa-apa dihukum. Bisa pula kayak gitu. Ayah pun bukannya tau kenapa anak kemaren terlihat ada
masalah atau gak. Gitu- gitu lah ibu bilang.”
RC.W3b.1334-1340hal 27 Baru-baru ini terjadi perselisihan antara keduanya. Saat itu ibu S baru
pulang mengantar anaknya berobat gigi. Sebelumnya ibu S sudah memesan sayur untuk makan siang mereka nanti. Sepulang dari dokter gigi, ia menyuruh sang
anak untuk mengambil sayur pesanan mereka. Tetapi yang terjadi adalah sayur yang sudah dipesan hanya diperolah sangat sedikit karena kehabisan. Ibu S
marah-marah karena ia merasa sudah memesan dan seharusnya diutamakan pemberiannya. Bapak K yang tidak tahu apa-apa terkena imbas kemarahan ibu S,
ia merasa sang istri terlalu berlebihan marah-marah karena masalah sederhana seperti itu
“Ya kayak baru-baru ini aja, sekedar marah aja sih dianya. Jadi uda nitip beli sayur kan, terus pas diambil kok ya sayurnya sedikit sekali. Ya marah
ibunya. Itu kebetulan yang ambil sayurnya si D. sedikit lah sayur yang dibelinya, kita untuk makan 4 orang disini, sayurnya ya seukuran untuk
Universitas Sumatera Utara
makan 2 orang ya mana cukup. Disitu merepet ibunya. Merepetnya ya bukan sama siapa-
siapa. Kesal aja dianya. Tapi ya kena kami.” RD.W3b.1557-1571hal 31-32
Hal serupa juga terjadi, dimana bapak K terkena omelan dan marahan dari ibu S karena bapak K tidak membeli sayur untuk makan siang saat ibu S pulang
dari kerja. Padahal tanpa disuruh seharusnya bapak K sudah berinisiatif untuk membeli sayur karena makanan yang tersedia hanya sisa tadi pagi yang sempat
dimasak oleh ibu S sebelum ia berangkat kerja. Sementara bapak K mengaku bahwa sang istri tidak ada pesan untuk menyuruhnya membeli sayur sehingga ia
juga tidak membelinya ke luar. Akhirnya bapak K pun pergi ke warung untuk membeli sayur.
“Kayak tadi juga nih, baru pulang rapat dia, sayur tak ada, merepet dia. Ya pulak tak bilang dia nya. Awak ya mana tau. Terus dijawabnya, apa musti
dibilang kalau uda kayak-kayak gitu ya uda tau lah seharusnya. Gitu kan, ya awak mana tau. Pikirnya pulak hanya makan sama ikan aja, ya mana
kepikiran beli sayur.” RD.W3b.1581-1591hal 32
d. Sumber lingkungan