2. Bagaimana kondisi sosial kehidupan panari-penari keliling yang terungkap dalam
cerpen “Izu No Odoriko”
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Dari permasalahan-permasalahan yang ada maka penulis menganggap perlu adanya pembatasan masalah. Hal ini dimaksudkan agar masalah penelitian tidak terlalu luas.
Pada analisis ini penulis hanya membatasi ruang lingkup pembahasan yang difokuskan pada masalah kehidupan sosial penari-penari keliling dalam keluarga, dalam komunitasnya,
juga dalam lingkungan masyarakat yang diungkapkan pada cerpen “Izu No Odoriko”. Pembahasan selanjutnya lebih di arahkan kepada penjelasan bagaimana penari keliling hidup
dilingkungan keluarganya, hidup didalam komunitasnya dan didalam masyarakat. Alasan peneliti membatasi ruang lingkup pembahasan yang di fokuskan pada masalah
kehidupan penari-penari keliling dalam lingkungan, keluarga komunitas, masyarakat, karena didalam cerpen “Izu No Odoriko” lebih memaparkan atau menonjolkan tentang kehidupan
penari keliling dalam keluarga, komunitas, dan masyarakatnya. Untuk mendukung data-data dan pembahasan yang akurat, maka penulis akan
menjelaskan juga mengenai sejarah penari keliling, eksistensi penari keliling, status penari keliling di Jepang pada zaman Taisho, setting cerpen Izu No Odoriko, biografi pengarang dan
sosiologis sastra.
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori a. Tinjauan Pustaka
Universitas Sumatera Utara
Cerita pendek adalah cerita berbentuk prosa yang relatif pendek, karena genre ini hanya mempunyai efek tunggal, karakter, plot dan setting yang terbatas, tidak beragam dan tidak
kompleks. Dengan kata lain cerpen memiliki karakter plot dan latar yang terbatas Saini 1988:30. Proses penulisan sebuah cerpen cenderung lebih mudah dibanding penulisan
sebuah novel. Genre ini lebih banyak dimanfaatkan oleh para penulis untuk menyampaikan ide dan gagasan mereka kepada khalayak. Sifat cerpen sangat elastis dan cepat
mengakomodasi persoalan yang sedang berkembang di masyarakat. Dengan posisinya yang seperti itu, cerpen bisa dijadikan gambaran dan cermin sosial mengenai kondisi sosial atau
budaya suatu tempat saat cerpen itu ditulis Nurgiyantoro 2005:4. Sosiologi sastra menurut Ratna 2003:2 yaitu pemahaman terhadap totalitas karya
yang disertai dengan aspek-aspek kemasyarakatan yang terkandung didalamnya. Sosiologi sastra mewakili keseimbangan antara kedua komponen, yaitu sastra dan masyarakat. Oleh
karenanya, analisis sosiologis memberikan perhatian yang besar terhadap fungsi-fungsi sastra, karya sastra sebagai produk masyarakat tertentu.
Laurenson dalam Fananie 2001:133 berpendapat bahwa terdapat tiga perspektif yang berkaitan dengan sosiologi sastra, yaitu;
1. Perpektif yang memandang sastra sebagai dokumen sastra sebagai dokumen sosial
yang di dalamnya merupakan refleksi situasi pada masa sastra tersebut di ciptakan. 2.
Perpektif yang mencerminkan situasi sosial penulisnya. 3.
Model yang dipakai karya tersebut sebagai manifestasi dari kondisi sosial budaya atau peristiwa sejarah.
Unsur-unsur penunjang terciptanya sebuah karya sastra, khususnya prosa yaitu tema, penokohan, plot, setting, dan lain sebagainya. Tokoh dan penokohan merupakan unsur yang
penting dalam karya naratif. Penikmat sastra secara bebas menafsirkan watak, perwatakan,dan karakter dan merujuk pada sifat dan sikap para tokoh.
Universitas Sumatera Utara
Tokoh cerita menempati posisi strartegis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral atau sesuatu yang ingin di sampaikan kepada pembaca. Tokoh cerita menurut
Abrams dalam Nurgiantoro 1995:165 adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan
kecendrungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa antara seorang tokoh dengan
kualitas pribadinya erat berkaitan dengan penerimaan pembaca. Tokoh cerita dalam suatu karya sastra naratif merupakan hasil karya pengarang yang
murni yang berasal dari alam pikirannya, Boulton dalam Aminuddin 2000:79 mengungkapkan, bahwa cara pengarang mengambarkan atau memunculkan tokohnya itu
dapat berbagai macam, mungkin pengarang menampilkan tokoh sebagai pelaku yang hanya hidup dalam mimpi, pelaku yang memiliki semangat dalam mempertahankan hidupnya,
pelaku yang memiliki cara sesuai dengan kehidupan manusia. Boulton dalam Aminuddin 2000:37 juga mengungkapkan, bahwa cipta sastra selain
menyajikan nilai-nilai keindahan serta paparan peristiwa yang mampu memberi kepuasan batin pembacanya juga mengandung pandangan yang berhubungan dengan kompleksitas
kehidupan manusia. Karya sastra adalah karya seni seperti seni suara, seni lukis, seni pahat, dan lain-lain. Yang membedakan dengan seni adalah bahwa sastra memiliki aspek bahasa.
Disamping itu bahasa itu sendiri adalah suatu sistem komunikasi yang syarat dengan pesan kebudayaan. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kebudayan yang atas dasar bahasa,
sedangkan bahasa itu sendiri adalah sistem tanda, oleh karena itu bahasa merupakan sistem yang terpenting dalam manusia. Ratna 2003:111
b. Kerangka Teori