Sosiologi Sastra Analisis Kehidupan Penari Keliling Dalam Cerpen ’’Izu No Odoriko" Karya Kawabata Yasunari

2.6 Sosiologi Sastra

Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari kata sosio Yunani, socius berarti bersama-sama, bersatu, kawan, teman, dan logi logos berarti sabda, perkataan, perumpamaan. Perkembangan berikutnya mengalami perubahan makna, sosiosocius berarti masyarakat, logologos berarti ilmu. Jadi, sosiologi berarti ilmu mengenai asal-usul dan pertumbuhan evolusi masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antar manusia dalam masyarakat, sifat umum, rasional dan empiris. Dalam bahasa sansekerta sastra berasal dari akar kata sas berarti mengarahkan, mengajar, memberikan petunjuk dan instruksi. Akhiran kata tra berarti alat, untuk mengajar, buku petunjuk, atau buku pengajaran yang baik. Maka kata sastra lebih spesifik sesudah terbentuk menjadi kata jadian yaitu kesusastraan, yang artinya kumpulan hasil karya yang baik, Ratna 2003:1-2. Sosiologi sastra adalah penelitian sastra yang bersifat reflektif. Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat. Karenanya, asumsi dasar penelitian sosiologi sastra tidak dalam kekosongan sosial. Kehidupan sosial akan menjadi pemicu lahirnya karya sastra. Karya sastra yang berhasil atau yang sukses yaitu yang mampu merefleksi zaman Endraswara 2008:77. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala-gejala alam. Masyarakat adalah orang- orang yang hidup bersama dan mengahsilkan kebudayaan. Perbedaannya, apabila sosiologi melukiskan kehidupan manusia dan masyarakat melalui analisis ilmiah dan objektif, sastrawan mengungkapkanya melalui emosi, secara subjektif dan evaluatif. Sastra juga memanfaatkan pikiran, intelektualitas, tetapi tetap didominasi oleh emosional. Karena itu, menurut Damono 1978:6-8, apabila ada dua sosiolog yang melakukan penelitian terhadap suatu masalah masyarakat yang sama, maka kedua penelitiannya itu cenderung sama. Universitas Sumatera Utara Sebaliknya, apabila dua orang seniman menulis mengenai masalah masyarakat yang sama, maka hasil karya pasti berbeda. Hakikat sosiologi adalah objektifitas dan kreatifitas, sesuai dengan panjang masing-masing pengara. Karya sastra yang sama dianggap plagiat. Karya sastra bukan semata-mata kualitas otonom atau dokumen sosial, melainkan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Kenyataaan yang ada dalam sosiologi bukanlah kenyataan objektif, tetapi kenyataan yang sudah ditafsirkan, kenyataan sebagai kontruksi sosial. Alat utama dalam menafsirkan kenyataan adalah bahasa, sebab bahasa merupakan milik bersama, didalamnya terkandung persediaan pengetahuan sosial. Lebih-lebih dalam sastra, kenyataan bersifat interpretative subjektif, sebagai pernyataan yang dicipatakan. Pada gilirannya kenyataan yang tercipta dalam karya menjadi model, lewat mana masyarakat pembaca dapat membayangkan dirinya sendiri. Karakterisasi tokoh misalnya, tidak diukur atas dasar persamaannya dengan tokoh masyarakat yang dilukiskan. Sebaiknya, citra tokoh masyarakatlah yang mesti meneladani tokoh novel, karya seni sebagai model yang diteladani. Proses penafsiran bersifat bolak-balik, dwiarah, yaitu antara kenyataan dengan rekaan, Teeuw 1984:224-249. Sastra merupakan refleksi lingkungan sosial budaya yang merupakan satu tes dialektika antara pengarang dengan situasi sosial yang membentuknya atau merupakan penjelasan suatu sejarah dialektik yang dikembangkan dalam karya sastra. Itulah sebabnya memang beralasan jika penelitian sosiologi sastra lebih banyak memperbincangkan hubungan antara pengarang dengan kehidupan sosialnya. Baik aspek bentuk maupun isi karya sastra akan terbentuk oleh suasana lingkungan dan kekuatan sosial suatu periode tertentu. Dalam hal ini teks sastra dilihat sebagai suatu pantulan zaman. Sekalipun aspek imajinasi dan manipulsi tetap ada dalam sastra, aspek sosial juga tidak bisa diabaikan. Aspek-aspek kehidupan sosial akan memantul penuh kedalam karya sastra. Universitas Sumatera Utara Hal terpenting dalam sosiologi sastra adalah konsep cermin miror. Dalam kaitan ini, sastra dianggap mimesis tiruan masyarakatat. Kendati demikian, sastra tetap diakui sebagai suatu ilusi atau khayalan dari kenyatan. Dari sini, tentu sastra tidak semata-mata menyodorkan fakta secara mentah. Sastra buka sekedar copy kenyataan, melainkan kenyataan yang telah ditafsirkan. Kenyataan tersebut bukan ciplakan yang kasar, melainkan sebuah refleksi yang halus dan estetis. Secara ensesial sosiologi sastra adalah penelitian tentang : a. Studi ilmiah manusia dan masyarakat secara objektif. b. Studi lembaga-lembaga sosial lewat sastra dan sebaliknya. c. Studi proses sosial, yaitu bagaimana masyarakat mungkin, dan bagaimana mereka melangsungkan hidupnya. Studi semacam itu secara ringkas merupakan penghayatan teks sastra terhadap stuktur sosial. Aspek-aspek sosiologis yang terpantul dalam karya sastra tersebut selanjutnya dihubungkan dengan beberapa hal, yaitu : a. Konsep stabilitas sosial. b. Konsep kesinambungan dengan masyarakat yang berbeda. c. Bagaimana seorang individu menerima individu lain dalam kolektifnya. d. Bagaiman proses masyarakat lebih berubah secara bertingkat. e. Bagaimana perubahan besar masyarakat, misalnya dari feodalisme ke kapitalisme. Padangan yang amat popular dalam sosiologi sastra adalah pendekatan cermin. Melalui pendekatan ini, karya sastra dimungkinkan menjadi cermin bagi zamannya. Dalam pandangan sastra sebagai cermin nilai dan perasaan, akan merujuk pada tingkatan perubahan yang terjadi pada masyarakat yang berbeda dan juga cara individu mensosialisasikan diri melalui stuktur sosial. Perubahan dan cara individu bersosialisasi biasanya menjadi sorotan pengarang yang tercermin lewat teks, cermin tersebut, menurut Stendal dapat berupa pantulan Universitas Sumatera Utara langsung segala aktifitas kehidupan sosial. Maksudnya, pengarang secara real memantulkan keadaan lewat karyanya, tampa terlalu banyak diimajinasikan. Karena sastra yang cendrung memantulkan keadaan masyarakat, mau tidak mau menjadi saksi zaman. Dalam kaitannya ini, sebenarnya pengarang ingin mendokumentasikan zaman sekaligus sebagai alat komunikasi antara pengarang dengan pembacanya. BAB III ANALISIS SOSIOLOGI KEHIDUPAN SOSIAL PENARI KELILING DALAM CERPEN “IZU NO ODORIKO” KARYA KAWABATA YASUNARI

3.1. Sinopsis Cerita