Cuplikan hal:9 “ Kehidupan Penari Keliling Dalam Komunitas Penari Keliling

ditolak oleh masyarakat sekitar, tetapi mereka tidak begitu mempersalahkan keadaan tersebut, mereka tetap bertahan dan bersemangat dalam menjalani kehidupan ini.

3.2.2 Kehidupan Penari Keliling Dalam Komunitas Penari Keliling

1. Cuplikan hal:9 “

Tung-tung-tung-tung.. samar-samar aku dengar bunyi taiko melalui derasnya hujan lebat. Aku mengeserkan pintu seolah-olah mencabiknya saja, lalu melongokkan kepala. Bunyi taiko itu terdengar seolah-olah mendekat. Hujan dan angin menerpa kepala. Samba memejamkan mata dan sambil memasang telinga, aku ingin tahu mereka yang membawa taiko bagai mana bisa kesini melalui jalan mana. Tak lama kemudian terdengar bunyi shamisen, dan juga teriakan perempuan yang panjang-panjang. Juga suara tawa beramai- ramai. Ternyata anak-anak wayang itu meminta mengadakan pertunjukan diruang samu sebuah ryoriya yang terletang dihadapan penginapan mereka. Analisis : Sekarang dapat dibedakan suara wanita dua, tiga orang dengan suara laki-laki tiga empat orang. Aku menunggu dengan harapan bila mereka sudah selesai mengadakan pertunjukan di sana, akan detang ketempatku. Tapi ruang minum-minum sake terlalu ramai sehingga boleh dikatakan ribut saja. Kadang- kadang terdengar jerit wanita membelah kegelap-gelapan malam seperti halilintar. Aku menajamkan sarafku dan tetap duduk dengan pintu terbuka, mendengar bunyi taiko itu, dadaku menjadi lega sedikit”. Dari cuplikan diatas dapat dilihat bahwa kehidupan penari keliling dengan sesama komunitasnya saling mendukung satu sama lainnya, itu terlihat dari cuplikan yang mengatakan bahwa “Tak lama kemudian terdengar bunyi shamisen, dan juga teriakan perempuan yang panjang-panjang. Juga suara tawa beramai-ramai. Ternyata anak-anak Universitas Sumatera Utara wayang itu meminta mengadakan pertunjukan diruang samu sebuah ryoriya yang terletang dihadapan penginapan mereka” dari cuplikan ini dapat dilihat bahwa sesama anak wayang yang mana telah dijelaskan sebelumnya anak-anak wayang yang dimaksut adalah pengemis- pengemis, penjual keliling, dan para penari keliling, diantara mereka saling mendukung karena dari cuplikan diatas terlihat jelas bahwa anak-anak wayang meminta salah satu anak wayang yang lain untuk melakukan pertunjukan dan berteriak, dan mereka pun tertawa beramai-ramai. Dari tindakan sebagian anak wayang tersebut terceminlah bahwa kehidupan penari keliling dengan komunitasnya sangat harmonis, tidak ada rasa persaingan diantara mereka komunitas penari keliling, meskipun pada kenyataannya mereka sama-sama bersaing dalam mencari rizki, tetapi tidak membuat mereka bermusuhan, karena mereka sadar bahwa mereka berasal dari golongan yang sama, dimana keberadaan mereka tidak begitu dihargai oleh masyarakat sekitar.

2. Cuplikan : hal:23