Menurut susunannya atau urutanya, alur terbagi dalam dua jenis, yaitu alur maju dan alur mundur. Alur maju adalah alur yang susunannya mulai dari peristiwa pertama, peristiwa
kedua, ketiga, keempat dan seterusnya sampai cerita itu berakhir. Sedangkan alur mundur adalah alur yang susunannya dimulai dari peristiwa terakhir kemudian kembali ke peristiwa
pertama. Berdasarkan uraian tersebut cerpen “Izu No Odoriko” adalah cerpen yang mempunyai
alur maju. Karena peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerpen tersebut dimulai pada saat tokoh utama “aku” seorang murid Sekolah Menengah melakukan perjalanan didaerah Izu
dengan maksud berjumpa dengan penari keliling dan berakhir pada saat “aku” harus kembali ke pulau Oshima untuk bersekolah.
c. Latar Setting
Yang dimaksud dengan latar atau setting adalah penggambaran situasi, tempat, dan waktu serta suasana terjadinya peristiwa Aminuddin 2000:94. Ketiga unsur itu walau
masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang
lainnya. Latar tempat menjelaskan lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa
yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa
sejarah. Dan latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan prilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
Dalam cerpen Izu No Odoriko rangkaian peristiwa yang terjadi di sekitar daerah Izu, peristiwa tersebut terjadi pada musim gugur. Cerita Izu No Odoriko mengambarkan
kehidupan penari keliling pada Zaman Taisho.
d. Penokohan
Universitas Sumatera Utara
Yang dimaksud dengan penokohan adalah bagaimana pengarang menampilkan tokoh- tokoh dalam ceritanya dan bagaimana tokoh-tokoh tersebut Aminuddin 2000:92. Tokoh
dalam karya fiksi tidak hanya berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk menyampaikan ide, motif, plot, dan tema, dan tokoh juga menempati posisi strategis sebagai
pembawa dan menyampaikan pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca
Keberhasilan pengarang menyajikan cerita rekaan atau fiksinya tercermin melalui pengungkapan setiap unsur cerita itu. Salah satu diantaranya adalah ketepatan pelukisan
tokoh cerita. Rupa, pribadi, dan watak sang tokoh harus tergambar sedemikian rupa sehingga berterima oleh khalayak ramai. Pengarang melukiskan tokoh melalui imajinasi atau
fantasinya dengan cara berikut ini. 1. Pengarang melukiskan secara langsung bentuk lahir tokoh, misalnya raut muka,
kepala, rambut, dan ukuran tubuh. 2. Pengarang melukiskan jalan pikiran tokoh atau apa yang terlintas dalam pikirannya.
3. Pengarang melukiskan reaksi tokoh terhadap suatu kejadian, misalnya, memenuhi rasa ingin tahu yang besar si tokoh.
4. Pengarang melukiskan keadaan sekitar tokoh, misalnya keadaan kamar dan pekarangan rumah tokoh.
5. Pengarang melukiskan pandangan seorang tokoh terhadap tokoh lain, misalnya tokoh yang dilukiskannya berwatak keras, sabar, atau suka menolong orang yang ditimpa
kesusahan. 6. Pengarang melukiskan atau menciptakan percakapan dialog antar tokoh bawahan
tentang keadaan, watak, atau pribadi tokoh lain, misalnya tokoh utama. Tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerpen Izu No Odoriko terbagi dalam tokoh utama
dan tokoh pembatutokoh tambahan. Kawabata Yasunari mengambarkan tokoh utama
Universitas Sumatera Utara
sebagai seorang manusia yang berprofesi sebagai seorang murid Sekolah Menengah yang melakukan perjalanan kedaerah Izu dengan tujuan bertemu dengan rombongan penari
keliling. Sedangkan tokoh tambahan digambarkan sebagai penari keliling yang diberi nama Eikichi, Chiyoko, Kouru, Yuriko dan orang-orang yang berada di sekitar daerah Izu.
2.5. Biografi Pengarang