Cuplikan hal:18 Kehidupan Penari Keliling Dalam Keluarga

sangat senang bergaul dengan mereka. sampai-sampai “Aku” diajak untuk tinggal dirumah mereka yang dihuni oleh seorang kakek tua, tetapi “Aku” menolak dengan alasan karena urusan sekolah. Mereka bersama-sama akhirnya sampai dirumah penginapan sederhana di Koshuya. Banyak hal yang sudah terjadi bersama si penari, bermain bersama, berjalan bersama. Tetapi dari semua yang mereka alami bersama, mereka harus berpisah juga. “Aku” harus balik untuk bersekolah, sedangkan Kaoru tetap menjadi seorang penari. Perpisahan itu sangat memilukan. Namun demikian “Aku” banyak mendapatkan pelajaran dan perubahan dari perjalanan hidup itu.

3.2 Analisis Kehidupan Sosial Penari Keliling Dalam Cerpen Izu No Odoriko

3.2.1 Kehidupan Penari Keliling Dalam Keluarga

1. Cuplikan hal:18

“Teryata perjalanan kepadaku mereka tidak begitu terburu-buru seperti yang kukira semula, melainkan santai tanpa melewatkan bau ladang . Terasa juga kepadaku mereka semua diikat oleh kasih kekeluargaan karena mereka anak beranak sesaudara. 2 . Cuplikan hal:22 Rumah penginapan sederhana Koshuya segera kami dapati setelah masuk ke Shimoda dari arah utama. Aku masuk kebilik tingkat dua serupa loteng mengikuti rombongan anak Universitas Sumatera Utara wayang itu. Tak ada lagi langit. Kalau duduk di samping jendela yang menghadapi jalan, kepala kami menyundul bagian bawah atap. Si penari meniru dengan indahnya cara memukul taiko. “Apa bahu mu tidak sakit ?” begitu si ibu berkali-kali bertanya kepada si penari.”apa tanganmu tidak sakit?” “tidak. Saya bisa main. Saya bisa main.” “wah mujur sekali.” Aku mencoba menjinjing taiko itu. “ini cukup berat, ya.” “itu lebih berat daripada yang tuan duga. Lebih berat daripada tas tuan,” kata penari sambil ketawa. Analisis : Dari cuplikan diatas juga terdapat tanda yang mengambarkan bahwa kehidupan penari keliling di lingkungan keluarganya sangat harmonis, penuh dengan kasih sayang dan penuh perhatian, cuplikan yang mengambarkan bahwa seorang ibu yang sangat peduli kepada keluarganya terutama kepada anaknya, yang mana si ibu selalu bertanya kepada anaknya apakah anaknya mengalami kesakitan atau tidak, dengan cuplikan “apakah bahu mu tidak sakit?” “apakah tangan mu tidak sakit”, begitulah berkali-kali si ibu bertanya kepada anaknya tersebut. Itu menandakan bahwa diatara mereka terjalin hubungan yang penuh dengan kasih sayang, meskipun mereka adalah keluarga yang serba kekurangan tapi kasih sayang diatara mereka tetap ada, jadi bukan tahta atau harta yang membuat seseorang itu bisa hidup harmonis didalam keluarganya, tapi kasih sayang dan perhatian yang selalu ada kapanpun, dimanapun dalam kondisi apapun. Kasih sayang amae yang ada diantara ibu dan anak yang saling menguatkan juga merupakan salah satu dari cerminan budaya masyarakat jepang yang terlihat dalam kehidupan penari keliling. Universitas Sumatera Utara

3. Cuplikan hal:5