Tokoh cerita menempati posisi strartegis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral atau sesuatu yang ingin di sampaikan kepada pembaca. Tokoh cerita menurut
Abrams dalam Nurgiantoro 1995:165 adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan
kecendrungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa antara seorang tokoh dengan
kualitas pribadinya erat berkaitan dengan penerimaan pembaca. Tokoh cerita dalam suatu karya sastra naratif merupakan hasil karya pengarang yang
murni yang berasal dari alam pikirannya, Boulton dalam Aminuddin 2000:79 mengungkapkan, bahwa cara pengarang mengambarkan atau memunculkan tokohnya itu
dapat berbagai macam, mungkin pengarang menampilkan tokoh sebagai pelaku yang hanya hidup dalam mimpi, pelaku yang memiliki semangat dalam mempertahankan hidupnya,
pelaku yang memiliki cara sesuai dengan kehidupan manusia. Boulton dalam Aminuddin 2000:37 juga mengungkapkan, bahwa cipta sastra selain
menyajikan nilai-nilai keindahan serta paparan peristiwa yang mampu memberi kepuasan batin pembacanya juga mengandung pandangan yang berhubungan dengan kompleksitas
kehidupan manusia. Karya sastra adalah karya seni seperti seni suara, seni lukis, seni pahat, dan lain-lain. Yang membedakan dengan seni adalah bahwa sastra memiliki aspek bahasa.
Disamping itu bahasa itu sendiri adalah suatu sistem komunikasi yang syarat dengan pesan kebudayaan. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kebudayan yang atas dasar bahasa,
sedangkan bahasa itu sendiri adalah sistem tanda, oleh karena itu bahasa merupakan sistem yang terpenting dalam manusia. Ratna 2003:111
b. Kerangka Teori
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini dilakukan melalui cerpen sebuah kaya sastra. Menurut Rene wellek dalam Nababan 2008:9 bahwa sastra adalah gambaran lembaga sosial yang memakai
medium bahasa dalam menampilkan gambaran kehidupan itu sendiri adalah kenyatan sosial. Dalam sebuah penelitian diperlukan suatu teori pendekatan yang menjadi suatu acuan
bagi penulis’ dalam menganalisis karya sastra tersebut. oleh karena itu penulis dalam membahas masalah pokok skripsi ini, menggunakan pendekatan sosiologi dan pendekatan
semiotik. Roucek Warren dalam Soekanto 2000:20 mengemukakan bahwa sosiologi adalah
ilmu yang pempelajari hubungan antara manusia dan kelompok-kelompok. Dan objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari hubungan antara manusia dan proses itu timbul
dari hubungan manusia di dalam masyarakat. Adapun pembagi tiga klafikasi wilayah sosiologis yaitu;
1 Sosiologis pengarang yakni mempermasalahkan tentang status sosial, idiologi politik,
lain-lain yang menyangkut pengarang 2
Sosiologis karya sastra yakni mempermasalahkan tentang suatu karya sastra yang menjadi pokok telaah adalah tentang apa yang tersirat dalam karya sastra tersebut dan
apa tujuan dan amanat yang akan di sampaikan 3
Sosiologis sastra yakni yang mempermasalahkan tentang pembaca dan pengaruh sosialnya terhadap masyarakat.
Menurut Nyoman Kutha 2004:60 dasar filosofis pendekatan sosiologis sastra adalah andanya hubungan hakiki antara karya sastra degan masyarakat. Hubungan-hubungan yang
di sebabkan oleh ; a karya sastra dihasilkan oleh pengarang b pengarang itu sendiri anggota masyarakat, dan c pengarang memamfaatkan kekayaan yang ada dalam
masyarakat, dan d hasil karya itu dimamfaatkan lagi oleh masyarakat. Teori sosiologis http:www.geocities.comngartofebruanaskripsi.htm.
Universitas Sumatera Utara
sastra bertolak dari pandangan bahwa sastra merupakan pencerminan kehidupan masyarakat. Telaah sastra yang terfokus pada segi-segi sosial kemasyarakatan yang terdapat dalam suatu
karya sastra dan mempersoalkan segi-segi yang menunjang pembinaan dan peningkatan pengembangan dalam tata cara kehidupan.
Menurut pendekatan sosiologis sastra karya sastra terlihat hubungannya dengan kenyataan, sejauh mana karya sastra itu mencerminkan kenyataan, kenyataan disini
mengadung arti cukup luas, yakni segala sesuatu yang berada diluar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra. Sastra menyajikan gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiri
dari sebagian besar terdiri dari kenyatan sosial. Dalam pengertian ini, kehidupan mencangkup hubungan antara masyarakat dengan orang-orang, antar manusia, antar peristiwa yang terjadi
didalam batin seseorang. Dari teori sosiologi dalam penelitian ini penulis akan mencoba menganalisis kondisi kehidupan sosial penari-penari keliling di Jepang, yang dilihat dari
tanda-tanda yang mengambarkanya didalam cerpen tersebut dengan menggunakan teori semiotik.
Hoed dalam Nurgiantoro 1995:40 berpendapat bahwa semiotik adalah ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda adalah suatu yang mewakili sesuatu yang lain
yang dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan, dan lain-lain. Tanda-tanda itu dapat berupa gerakan anggota badan, gerakan mata, mulut, bentuk tulisan, patung, film, tari,
musik dan lain-lain yang berada di sekitar kehidupan kita. Atau menurut Eco dalam Faruk 1999:44 secara general semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
sederetan luas objek-objek, peristiwa-perisiwa seluruh kebudayaan sebagai tanda. Teori Sausure dalam Nurgiantoro 1995:39 berpendapat bahwa bahasa merupakan
sebuah sistem tanda, dan sebagai suatu tanda bahasa mewakili sesuatu yang lain yang disebut makna. Dalam bahasa diinterpretasikan sebagai makna terdapat nilai sosiologis yang bertitik
pangkal dalam kehidupan masyarakat pada umumnya.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan teori diatas, maka penulis menginterpretasikan sikap dan kondisi penari keliling di Jepang dengan pendekatan sosiologis dan pendekatan semiotik dalam cerpen “Izu
No Odoriko” dengan melihat dari cuplikan-cuplikan teks yang ada.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian