Sejarah Penari Keliling Analisis Kehidupan Penari Keliling Dalam Cerpen ’’Izu No Odoriko" Karya Kawabata Yasunari

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP CERPEN “IZU NO ODORIKO”, SEJARAH PENARI KELILING DAN SETTING CERITA

2.1. Sejarah Penari Keliling

Penari keliling mulai ada semenjak zaman Edo dan terus berkembang hingga zaman Meiji dan masih tetap bertahan pada zaman Taisho. Zaman Edo 1600-1868 merupakan zaman ketika keluarga Tokugawa berkuasa. Sebelum Tokugawa, shogun yang memerintah adalah Toyomi Hideyoshi. Pada masa pemerintahannya, ia bisa menguasai dan menyatukan Jepang. Kemudian Shogun Hideyoshi menunjuk lima orang tairo atau menteri utama untuk memimpin seluruh negeri. Salah satu dari kelima tairo yang ditunjuk yaitu Tokugawa Ieyasu. Tokugawa Ieyasu memanfaatkan kepercayaan Hideyoshi dengan memupuskan harapan tersebut dan melakukan pemberontakan untuk perebutan kekuasaan. Tokugawa Ieyasu kemudian berhasil berkuasa secara turun temurun selama kurang lebih 250 tahun dan untuk memperkuat daerah kekuasaan, Tokugawa Ieyasu mengeluarkan kebijakan – kebijakan, salah satunya adalah pembentukan stratifikasi sosial masyarakat. Stratifikasi sosial pada zaman Edo dikelompokkan sesuai dengan status sosial masyarakat masing-masing yang disebut dengan shi-noo-koo-shoo 1 Shi : Bushi–samurai, 2 Noo : Noumin-petani, 3 Koo : Kousakunin–pengrajin, 4 Shoo : Shounin–pedagang. Universitas Sumatera Utara Tujuan dari stratifikasi sosial ini yaitu untuk memperkokoh kekuasaan Tokugawa di kalangan rakyat biasa, sampai terjadinya modernisasi pada zaman Meiji. Pada masa Edo, saat kondisi politik relatif stabil, perdagangan Jepang menjadi sangat maju. Pedagang yang tinggal di perkotaan hidup di sekitar benteng Daimyo, masing-masing memiliki batasan wilayah. Pada saat itu banyak para pedagang yang diangkat menjadi samurai karena adopsi atau pernikahan antar kelas pedagang dan samurai. Pernikahan seperti ini sebagian besar dilatarbelakangi oleh permasalahan hutang. Hutang para samurai kepada para pedagang yang dibayar dengan pernikahan dan pengangkatan kelas bagi pedagang menjadi kelas samurai. Pedagang yang kaya berpergian selalu menggunakan kago sejenis kereta berbentuk segi empat yang ditarik oleh manusia, sedangkan pedagang miskin hanya berjalan kaki. Setiap pedagang yang mau masuk ke Edo harus melakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan Edo merupakan ibukota Jepang dan hanya orang-orang yang memiliki kelas tertentu yang bisa masuk dan tinggal di ibukota seperti shogun dan samurai. Akan tetapi, pedagang kaya selalu menjanjikan banyak imbalan untuk mendapatkan kenyamanan di mana pun mereka berada. Pedagang kaya dapat masuk ke ibukota untuk menjual dagangannya. Umumnya pedagang kaya mempunyai dana untuk menonton pertunjukan seperti kabuki. Sedangkan pedagang miskin yang tidak memiliki dana untuk menonton pertunjukan kabuki, hanya menikmati hiburan yang dimainkan oleh pedagang yang lainnya. Pedagang yang melakukan pertunjukan hiburan tersebut adalah pedagang yang kehabisan dana untuk berdagang keliling. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan penghasilan kembali, mereka melakukan pertunjukan keliling seperti memainkan alat musik, menampilkan tarian. Sebagian besar seni, sastra, musik dan drama dari periode Edo dihubungkan dengan pedagang. Pelaku seni ini hampir semua berasal dari pedagang, tetapi para penikmat pertunjukan mereka tidak dibatasi pada kelas mereka sendiri, tetapi juga kelas shogun, Universitas Sumatera Utara samurai dan petani. Kehidupan pedagang yang seperti itu disebut Tabigeinin atau seniman keliling, Kondansha 1983:300-304 . Zaman Meiji atau periode Meiji, berlangsung selama 45 tahun Kaisar Meiji sebagai kaisarnya. Menurut kalender Gregorian, dari 23 Oktober 1868 hingga 30 Juli 1912, sesudah zaman Keio Keiou jidai dan sebelum zaman Taisho http:id.wikipedia.orgwikiZaman_Meiji Selama masa ini, Jepang memulai modernisasi secara besar-besaran dan menunjukkan kekuatannya pada dunia. Nama zaman ini berarti ‘aturan pencerahan’. Pemerintah menyatakan shiminbyodo persamaan empat strata sosial, yaitu: bangsawan feodal menjadi kazokui, kaum samurai menjadi shizoku, petani, tukang, dan pedagang menjadi heinin. Berdasarkan hal tersebut, masyarakat biasa pun berhak memiliki nama keluarga, pekerjaan, ataupun tempat tinggal dengan bebas. Zaman Meiji disebut juga zaman Jepang Modern 1862- 1912. Pada zaman ini dimulainya pekembangan dari berbagai segi dan bidang seperti bidang budaya, pemikiran, politik, ekonomi, masyarakat, seni, ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemerintah memusatkan perkembangan pada bidang tekhnologi, sedangkan penari keliling tidak terlalu diperhatikan. Pada tahun 1872 Meiji 5, pemerintah menetapkan sistem pendidikan sehingga masyarakat yang memiliki pekerjaan dan status macam apapun dapat mengikuti pendidikan. Selain itu, pemerintah Meiji pun mengirimkan mahasiswa-mahasiswanya ke negara-negara Eropa dan Amerika dan mengundang ahli-ahli teknik dari negara-negara Barat. Kebudayan Barat yang maupun diadopsi oleh pemerintah. Di bidang kehidupan sehari-hari, diberlakukan kalender solar Gregorian. Kebudayaan di kota-kota besar yang merupakan salah satu kebudayaan yang paling inovatif di dunia, menghasilkan kombinasi seni cetak balok kayu, teater Kabuki, novel, puisi Haiku, mode pakaian, dan kebanyakan terikat dengan geisha atau perempuan yang hadir di setiap kota tempat hiburan. Universitas Sumatera Utara Keberadaan dari penari keliling pada zaman Meiji masih tetap statusnya di tengah masyarakat. Meskipun muncul kebudayaan baru, penari keliling masih bertahan dengan keberadaannya. Dalam pertunjukannya, penari keliing masih tetap mengenakan pakaian tradisional Jepang dengan dandanan wajah dan rambut shimada. keanggotaan penari keliling tidak terbatas kepada golongan shounin saja tapi kepada seluruh masyarakat yang memiliki jiwa seni dapat menjadi penari keliling http:www.studyjepang.worldpress.com. Zaman Taisho atau Era Taisho, dimulai sejak 30 Juli 1912 hingga 25 Desember 1926, bertepatan dengan mulai berkuasanya Kaisar Taisho. Kesehatan kaisar baru ini sangatlah lemah, sehingga mendorong pergeseran kekuatan politik dari kelompok negarawan tua atau genrou partai-partai demokratis. Zaman ini dianggap sebagai awal berdirinya gerakan liberal bernama Demokrasi Taisho. Pengaruh kebudayaan asing yang dirasakan pada zaman Meiji berlanjut. Kobayashi Kiyochika yang mengadopsi gaya melukis Barat di samping melukis ukiyo-e. Okakura Kakuzo memiliki minat terhadap lukisan tradisional Jepang. Mori Ogai dan Natsume Soseki melanjutkan sekolah di Barat dan memperkenalkan lebih banyak pandangan modren mengenai kemanusiaan http:www.mochihotoru.co.cc201111zaman-taisho.html. Pada zaman Taisho bagi masyarakat modernitas menjadi pujaan. Modernitas yang dimaksud adalah perilaku dan ide yang dikaitkan dengan Barat. Berbeda dengan kota kecil terutama di pedalaman kehidupan berjalan seperti masa lalu tidak ada pembaharuan begitu juga dengan pandangan masyarakat terhadap penari keliling meskipun stratifikasi sudah dihapuskan. Kegiatan terpusat di Tokyo dan kota besar lainnya terlihat dari bentuk bangunan dan desain pakaian yang mengarah ke Barat http:www.mochihotoru.co.cc201111zaman- taisho.html . Sebagian besar perkembangan dalam kesusastraan dan seni dapat dikatakan spontan yang merupakan respons orang pada perubahan keadaan. Daya tarik kesusastraan dan seni meningkat seiring dengan banyaknya media-media baru yang ditemukan seperti majalah Universitas Sumatera Utara bergambar, radio, televisi akibatnya budaya berubah menjadi gaya Barat. Penari keliling termasuk kesenian asli Jepang yang masih bertahan hingga zaman Taisho yang masih memegang kebudayaan Jepang. Pakaian penari keliling masih menggunakan kimono tradisional dan dalam penampilannya mereka menggunakan alat musik taiko dan shamisen.

2.2 Eksistensi Penari Keliling Pada Zaman Taisho