Pengertian Konsep Bidat Profil Saksi Yehuwa

Dalam hal ini, sidang diartikan sebagai suatu kelompok eklesia atau kelompok orang yang beribadah. Suatu sidang layak didirikan apabila sudah ada 20 orang yang menganut ajaran Saksi Yehuwa yang sudah dibaptis serta telah memiliki tenaga pelayanan penatua, pengembala, hamba pelayanan. Kalau jumlahnya masih dibawah 20 orang, maka dinamakan kelompok. Saat ini, Medan dan Sumatera Utara terbukti paling produktif di seluruh Indonesia. Sebagian besar saudara – saudara dari Sumatera Utara berasal dari Agama Protestan Batak yang menguasai daerah Tapanuli. Di luar Kota Medan sendiri, sudah banyak juga sidang SaksiYehuwa yang berdiri, seperti di Binjai, Stabat, Tanjung Pura, Pangkalan Brandan, Besitang, Kuala, Timbang Langkat, Berastagi, Kabanjahe, Tiga Binanga, Tiga Lingga, Tanjung Langkat, bahkan setiap ibukota kecamatan hampir rata – rata sudah ada sidangnya masing – masing.

4.2.3. Pengertian Konsep Bidat

Bidat berasal dari kata Arab yang mempunyai pengertian “Suatu ajaran atau aliran yang menyimpang dari ajaran resmi”. 26 Menurut DR. H. Berkhof dan Dr. I.H. Enklaar, bidat ditinjau dari sudut historis adalah persekutuan Kristen yang kecil yang dengan sengaja memisahkan diri dari gereja besar dan ajarannya menekankan iman Kristen secara berat sebelah sehingga teologinya dan praktek kesalehannya pada umumnya membengkokkan kebenaran injil. 27 Pada permulaannya kata ini tidak mempunyai pengertian “perpecahan” atau “kesesatan”, tetapi takkala gereja diperhadapkan pada masalah “ajaran yang menyesatkan” 26 Verkuyl, GEREJA DAN BIDAT. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1966, hal. 12. 27 H. BerkhofI.H. Enklaar, SEJARAH GEREJA. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1977, hal. 328 – 329. Universitas Sumatera Utara dan “kebenaran Firman Allah”, maka mulailah kata bidat ini dipakai untuk menyatakan kesalahan, tetapi juga dipakai pada aliran yang memisahkan diri. Menurut McDowel dan Don Stewart, bahwa pada umumnya karakteristik atau ciri – ciri bidat itu adalah sebagai berikut : 28 28 Pdt. Dr. Paulus Daun, Th.M, BIDAT KRISTEN DARI MASA KE MASA. Manado: Penerbit Yayasan Daun Family, hal. 23 – 33. 1. Mengemukakan kebenaran atau wahyu baru. Kebanyakan pimpinan bidat mengklaim bahwa dirinya telah mendapatkan kebenaran yang istimewa atau wahyu baru dari Allah. 2. Mengemukakan penafsiran baru. Ada bidat yang mengklaim bahwa apa yang diajarkan bukan wahyu baru atau kebenaran, tetapi mengakui bahwa mereka mempunyai metode baru dalam menafsirkan rahasia kebenaran ynag terdapat dalam Alkitab. 3. Mengemukakan sumber otoritas non-Alkitabiah. Pada umumnya para bidat memiliki buku – buku yang dikarang oleh para pimpinan mereka dan mereka menjadikan buku – buku tersebut sebagai sumber otoritas yang sejajar dengan otoritas Alkitab, bahkan ada yang menjadikan buku – buku tersebut sebagai pengganti Alkitab. 4. Mengemukakan Yesus yang lain. Yesus Kristus yang dikemukakan mereka bukan Yesus Kristus yang terdapat dalam Alkitab. 5. Mengemukakan kepalsuan. Pengajaran atau doktrin yang dikemukakan oleh bidat memang sepertinya benar tetapi pada hakekatnya salah. Universitas Sumatera Utara 6. Mengkultuskan pimpinan bidat. Mengkultuskan pimpinan mereka menjadi sama seperti Allah adalah ciri yang paling khas dan yang tidak pernah ada dalam aliran – aliran Kristen yang benar. Max Weber juga menyebutkan bahwa pimpinan bidat memiliki semacam pengaruh terhdap pengikut – pengikutnya, sehingga menganggap pimpinannya bukan manusia biasa, melainkan mempunyai kuasa dan sifat yang melampaui manusia. 29 29 ……Buku Pedoman Retrit Gereja – Gereja Injil IV, 20 sd 30 Juli 1988, Bagian Kelompok Studi Bidat, hal. 4. Universitas Sumatera Utara

4.3. Interpretasi Data Penelitian