BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pada abad pertengahan abad XVI mutu kerohanian gereja pada umumnya merosot. Ajaran gereja sudah tidak murni lagi berdasarkan Alkitab, kehidupan moral
gereja juga semakin bobrok; bermacam – macam dosa dilakukan manusia tanpa merasa bersalah. Yang paling fatal saat itu adalah para pemimpin gereja menyesatkan umatnya
dengan berkata bahwa keampunan dosa dapat diperoleh lewat pembelian surat penghapusan dosa.
Keadaan ini lambat laun menggelisahkan banyak anggota gereja sehingga muncullah beberapa tokoh yang berjuang untuk memperbaiki dan memperbaharui gereja,
Salah satu gerakan yang bersungguh – sungguh untuk memperbaharui gereja adalah gerakan yang dipelopori Martin Luther Lutheran di Jerman dan Johannes Calvin
Calvinis di Perancis. Luther dan Calvin mencanangkan pembaharuan gereja secara menyeluruh, baik dalam hal ajaran, praktek para pemimpin maupun moral warganya.
Upaya itu disebut Reformasi pembaharuan, tetapi oleh Gereja Katolik Roma mereka disebut “tukang protes” Protestant, sehingga mereka dikucilkan dikeluarkan dari
gereja. Alhasil, gerakan reformasi ini membentuk gereja baru, yang lazim disebut Gereja Protestan.
Di Indonesia, gerakan reformasi pertama kali masuk bersamaan dengan datangnya orang – orang BelandaVOC, yakni pada permulaan abad ke-XVII. Di antara para pegawai
Universitas Sumatera Utara
VOC ada orang – orang yang beraliran Lutheran dan Calvinis kendati sangat sedikit, dan mereka inilah yang pertama kali mendirikan Gereja Protestan di Indonesia.
Di kemudian hari, gerakan reformasi Gereja Protestan masuk dengan lebih deras lagi ke Indonesia bersamaan dengan masuknya para penginjil Rheinische Missions-
Gesellschaf RMG, secara khusus di Sumatera Utara Tanah Batak mulai tahun 1861. Penginjil yang termasyur adalah Ingwer Ludwig Nommensen. Ia tiba di Tanah Batak akhir
tahun 1882 dan bekerja di sana sampai meninggal Mei 1918. Ia memimpin Gereja Batak kemudian menjadi HKBP sejak 1881 dan berhasil membuat sebagian besar masyarakat
Batak Toba, Simalungun dan Pakpak menjadi Kristen. Perkembangan gereja pada abad XX tetap pesat. Tetapi di samping pengembangan
diri, gereja – gereja mulai memikirkan upaya penyatuan. Oleh karena itu, badan – badan penginjilan berusaha mempersatukan kegiatan dan pandangan mereka melalui gerakan
kesatuan dan keesaan gereja – gereja Kristen yang ada, yang dinamakan dengan gerakan oikumene. Gerakan Oikumene ini dapat diartikan bahwa semua orang Kristen pada
hakekatnya tinggal dan menjadi anggota dari satu rumah tangga yang kepalanya adalah Kristus.
Di Indonesia, gerakan kesatuankeesaan ini secara nyata terjelma dalam penbentukan Dewan Gereja – Gereja di Indonesia atau yang disingkat dengan DGI
sekarang PGI. DGI didirikan pada tanggal 25 Mei 1950 dan bertujuan untuk mewujudkan gereja Kristen yang Esa di Indonesia. Sejarah singkat DGI dimulai setelah PD II, berdirilah
tiga buah Dewan Daerah, yaitu Dewan Permusyawaratan Gereja – Gereja di Indonesia, berpusat di Yogyakarta Mei 1946, Majelis Kristen Indonesia bagian Timur di Makasar
Maret 1947, Majelis Kristen di Sumatera yang berpusat di Medan awal tahun 1949.
Universitas Sumatera Utara
Ketiga dewan daerah ini didirikan dengan maksud membentuk satu Dewan Gereja – Gereja di Indonesia, yang melingkupi ketiga dewan tersebut.
1
Dalam perjalanan sejarahnya, pada Sidang Raya X di Ambon tahun 1984, nama Dewan Gereja – Gereja di Indonesia DGI diubah menjadi Persekutuan Gereja – Gereja di
Indonesia PGI. Pergantian nama itu mengandung perubahan makna. Dewan lebih mengesankan kepelbagaian dalam kebersamaan antara gereja – gereja anggota, sedangkan
persekutuan lebih menunjukkan keterikatan lahir dan batin antara gereja – gereja dalam proses keesaan gereja – gereja. PGI meliputi sekitar 80 orang Kristen Protestan di
Indonesia dan pada 2005, sekitar 5,9 atau 14.276.459 dari 241.973.879 penduduk
Indonesia beragama Protestan.
2
Gereja – gereja Protestan di Indonesia kebanyakan berlatar belakang Calvinis. Hal ini dapat dilihat dari jumlah gereja anggota PGI. Di antara 81 gereja anggota PGI,
sekurang – kurangnya separuh dari mereka mengaku sebagai Calvinis. Beberapa di antaranya ialah: GPM, GMIM, GMIT, GPIB, GBKP, GKI Jabar, Jateng, Jatim, GKP,
GKJ, GKJW, GKPB, GKS, GMIST, GKST, Gereja Toraja, GTM, GKSS, GEPSULTRA, GMIH.
3
1
……http:www.pgi.or.id, Gereja di Indonesia, 15 Maret 2006.
2
……http:www.wikipedia.org, Saksi Yehuwa, 15 Maret 2006.
3
……ALMANAK KRISTEN INDONESIA 2006 PERSEKUTUAN GEREJA – GEREJA DI INDONESIA, Jakarta, hal. 15 – 16.
Ada pula gereja – gereja Lutheran yang pada umumnya terkonsentrasi di Sumatera Utara, dan merupakan hasil misi dari Jerman, seperti Gereja HKBP, GKPS,
BNKP, dan lain – lain. Karena pengaruh gerakan misi dari Amerika Serikat, sejak akhir abad ke-XIX dan awal abad ke-XX, hadir pula di Indonesia gereja – gereja yang berasal
dari negara tersebut, seperti Gereja Adventist, Baptis, Pentakosta, dan lain – lain.
Universitas Sumatera Utara
Selain gereja – geraja tersebut, ada pula gereja – gereja lain aliransempalanbidat yang ajarannya sering dianggap terlalu jauh bedanya dengan gereja – gereja yang
disebutkan tadi, seperti Gereja Mormon, Saksi Yehuwa, Christian Science, Children of God, Sekte Ranting Daud, Christian Unitisme, Unification Church, Sekte Mangapin
Sibuea dan yang terakhir kita dengar ialah AliranBidat Eden. Bidat – bidat masa kini tersebut masih sebagian kecil yang pernah ada dan ajarannya sangat jauh berbeda dengan
ajaran alkitabiah exegese. Menurut McDowel dan Don Stewart, bahwa pada umumnya karakteristik atau ciri
– ciri bidat itu adalah sebagai berikut:
4
1. Mengemukakan kebenaran atau wahyu baru
2. Mengemukakan penafsiran baru
3. Mengemukakan sumber otoritas non-Alkitabiah
4. Mengemukakan Yesus yang lain
5. Mengemukakan kepalsuan
6. Mengkultuskan pimpinan bidat
Di antara begitu banyak bidat yang berkembang pada masa kini, salah satunya yang masih eksis ialah Saksi Yehuwa. Pada dasarnya, Saksi Yehuwa adalah orang – orang biasa.
Mereka pun tak luput dari kesalahan. Tetapi, mereka berupaya menarik pelajaran dari pengalaman dan mempelajari Alkitab dengan rajin agar dapat memperbaiki diri. Mereka
membaktikan diri kepada Allah untuk melakukan kehendak-Nya, dan mereka mengerahkan diri untuk menunaikan pembaktian itu. Dalam segala kegiatan, mereka
mencari bimbingan Firman Allah dan roh kudus-Nya. Dewasa ini, kira – kira enam juta
4
Pdt. Dr. Paulus Daun, Th.M, BIDAT KRISTEN DARI MASA KE MASA. Manado: Penerbit Yayasan Daun Family, hal. 23 – 33.
Universitas Sumatera Utara
orang pemberita kabar baik kerajaan Yehuwa di bawah kepemimpinan Yesus Kristus di lebih dari 230 negeri merasa layak menyandang nama Saksi – Saksi Yehuwa.
5
Tahun 1870, Russel merasa memperoleh wahyu untuk menyingkapkan rahasia – rahasia Alkitab dan pada tahun 1872, ia membentuk kelompok pemahaman Alkitab dan
mulai menyebarkan doktrin – doktrinnya. Tahun 1874, ia menerbitkan risalah tentang “Maksud dan Sifat Kedatangan Yesus Yang Kedua Kalinya”. Tahun 1877, menyusul terbit
pamplet berjudul “Tiga Alam” atau “Rencana Pelepasan Dosa”. Pada tahun 1879, ia menerbitkan majalah “Menara Pengawal” dan beredar sampai sekarang. Setelah Russel
meninggal 1916, ia digantikan oleh Joseph Franklin Rutherford, dan pada tahun 1942 digantikan oleh Nathan Homer Knorr, menyusul tahun 1977 oleh Frederick W. Franz.
Setelah kematian Franz 1992, Milton G. Henzel memerintah sampai sekarang. Tokoh – tokoh pemimpin inilah yang dianggap sebagai nabi oleh Saksi Yehuwa.
Pemimpin bidat ini adalah seorang pedagang kain yang bernama Charles Tase Russel 1852 – 1916. Russel semula adalah anggota gereja Presbyterian yang kemudian
terpengaruh Adventisme soal ajaran akhir zaman dan bidat Christadelphian yang berbeda dengan ajaran Kristen yang umum.
Russel dibesarkan dalam keluarga Kristen yang mengasihi Tuhan. Ketika berusia belasan tahun, ia sering merasa takut dan risau mengenai doktrin neraka dan hukuman.
Pertemuannya dengan seorang atheis yang tidak percaya adanya neraka, memberi ketenangan pada pikiran dan hatinya. Latar belakang ini, sebagai titik tolak penyangkalan
tentang neraka yang kemudian dituangkan dalam doktrin teologianya.
6
5
……http:www.watchtower.com, Saksi Yehuwa, 15 Maret 2006.
6
……http:www.yabina.org, Penyebaran Saksi Yehuwa, 04 April 2006.
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan bidat yang berpusat di Columbia Heights nomor 124, New York ini sangat mengejutkan. Dalam kurun waktu sepuluh tahun, yaitu antara tahun 1942 – 1952,
keanggotaan Saksi Yehuwa berlipat ganda di Amerika dan tujuh kali lipat di Eropa dan lima belas kali lipat di Amerika Selatan. Pada tahun 1958, diadakan pertemuan antar
bangsa dari bidat ini, dihadiri oleh lebih dari seperempat juta orang. Di Indonesia, majalah “Menara Pengawal”, oplahnya pernah rata – rata tiap kali terbit lebih dari sepuluh juta
eksemplar.
7
1. Doktrin Alkitab
Bidat Saksi Yehuwa bukanlah merupakan exegese dari Alkitab tetapi lebih merupakan ajaran para tokohnya. Buku utama mereka bukan Alkitab tetapi buku karya
Russel berjudul “Studies in the Scripture” Penyelidikan Alkitab yang dinilai lebih berotoritas dari Alkitab sendiri. Saksi Yehuwa merupakan organisasi teokratis yang
menekankan keterlibatan semua anggotanya dalam siar agama. Biasanya, tema promosi literatur Saksi Yehuwa berkisar soal penderitaan di bumi
dan bahwa baik pemerintah maupun agama – agama tidak berhasil mengatasinya, dan hanya para Saksi Yehuwalah yang bisa menawarkan jalan keluar menuju firdaus yang
kekal. Bagi Saksi Yehuwa, Alkitab terjemahan Kristen dan lebih – lebih Katolik semuanya salah dan hanya terjemahan Saksi Yehuwa yang diberi nama “Kitab Suci Terjemahan
Dunia Baru” DBNew World TranslationNW lah yang benar. Inti kepercayaan Saksi Yehuwa dapat digolongkan ke dalam 8 delapan doktrin, yakni:
Mereka menganggap Alkitab Ortodoks terjemahannya salah, jadi Alkitab mereka yang benar.
7
Pdt. Dr. Paulus Daun, Th.M, BIDAT KRISTEN DARI MASA KE MASA. Manado: Penerbit Yayasan Daun Family, hal. 145 – 146.
Universitas Sumatera Utara
2. Doktrin Yesus Kristus
Menurut Saksi Yehuwa, Yesus itu bukan Allah tetapi berada dalam rupa Allah, Yesus hanya suatu Allah. Yesus hanya ciptaan yang sulung pertama, kemudian diangkat
sebagai anak-Nya dan rekan penciptaan. Mereka mengatakan Yesus tidak dibangkitkan secara tubuh tetapi secara roh.
3. Doktrin Roh Kudus
Saksi Yehuwa tidak mempercayai Roh Kudus sebagai pribadi tetapi hanya dianggap sebagai roh atau kekuatan yang keluar dari Yehuwa.
4. Doktrin Tritunggal
Saksi Yehuwa paling menentang ajaran Tritunggal. 5.
Doktrin Manusia Saksi Yehuwa berpendapat orang yang mati itu sama dengan “tidur rohani”, yang akan
digenapi pada penghakiman yang terakhir dan kematian itu berarti “lenyap”. 6.
Doktrin Keselamatan Saksi Yehuwa tidak percaya akan penebusan di atas kayu salib, bagi mereka Yesus
mati di tiang siksaan. 7.
Doktrin Neraka Saksi Yehuwa berpendapat manusia yang mati itu sama dengan tidur rohani dan
mereka akan tidur terus sampai akhir zaman atau neraka. 8.
Doktrin Akhir Zaman Bagi mereka, tidak semua dapat kesempatan masuk ke sorga, hanya mereka yang
masuk dalam kategori 144.000 orang.
Universitas Sumatera Utara
Mereka meramalkan kiamat tahun 1914, 1918, 1921, 1925, 1941, 1975 dan terakhir tahun 1992 tetapi semua itu meleset. Ada juga diantara mereka yang percaya bahwa
Yesus sebenarnya sudah datang pada tahun 1874, tetapi dalam roh dan tidak kelihatan. Saksi Yehuwa ini sebagai salah satu aliran bidat agama yang kurang jelas kapan
mulai menerobos masuk ke Indonesia, tapi yang pasti ialah sejak dasawarsa 1960-an, bidat ini sudah sangat popular di Indonesia dan diperkirakan mereka sudah cukup lama
memperjuangkan jumlah anggota mereka. Juli 1964, bidat ini didaftarkan pada Departemen Kehakiman dengan nama “Siswa – Siswa Alkitab” yang mengaku sebagai
aliran Kristen dan menyebut dirinya sebagai “Saksi – Saksi Yehuwa Jehovah Witnesses. Pada Bulan Mei 1968, bidat ini diterima secara resmi oleh Departemen Agama dan
diperbolehkan beroperasi secara resmi. Saksi Yehuwa walaupun menamakan diri sebagai aliran Kristen, tetapi dalam prakteknya selalu bertentangan dengan gereja – gereja yang
berorganisasi, khususnya terhadap Roma Katolik. Selain itu, pola penyebaran ajarannya cenderung berpraktek melalui kunjungan dari rumah ke rumah, dan sekalipun Saksi
Yehuwa menyiarkan keyakinan mereka juga pada penganut lain, misi mereka memang diutamakan mendatangi umat Kristen yang sudah bergereja.
Dalam kunjungan dari rumah ke rumah, Saksi Yehuwa senantiasa membawa buku dan majalah yang akan ditawarkan kepada orang yang dikunjunginya, dengan harapan
bahwa mereka akan membeli buku dan majalah tersebut. Saksi Yehuwa meyakinkan pembeli bahwa mereka sudah terlatih, dan sanggup menolong pembeli menyelesaikan soal
apa saja yang mungkin timbul di benaknya sebagai akibat membaca terbitan mereka itu. Lebih dahulu, pembeli harus mengalami pencucian otak, yaitu pikirannya harus
Universitas Sumatera Utara
dibersihkan sebersih – bersihnya dari semua paham Kristen dan ajaran Alkitab yang bertentangan dengan doktrin – doktrin Saksi Yehuwa.
Karena perilaku mereka yang cukup rajin mendatangi orang – orang di rumah mereka dan telah menimbulkan keresahan di kalangan umat beragama umumnya karena
praktek kunjungan ke rumah – rumah masyarakat yang sudah beragama dan juga melakukan antitesa terhadap beberapa aspek pemerintahan, maka Jaksa Agung RI, Ali
Said, SH mengeluarkan Surat Keputusan Jaksa Agung No. Kep-129JA121976 tepatnya pada tanggal 7 Desember 1976 mengenai ijin beroperasinya Saksi Yehuwa dan melarang
kegiatan perkumpulan ini. Dalam rangka mengantisipasi gerakan ini dan pembinaan warga jemaat, maka Dirjen Bimas Kristen Protestan mengedarkan surat No. F66100186
tertanggal 29 Maret 1986 kepada seluruh umat Kristen. Tetapi kemudian di era reformasi pada masa pemerintahan Gus Dur, melalui SK Jaksa Agung RI pula, pada tanggal 1 Juni
2001, SK tahun 1976 mengenai pelarangan kegiatan Saksi Yehuwa tersebut dicabut. Prakteknya, Saksi Yehuwa sekalipun secara resmi dilarang kala itu, kegiatan
mereka berjalan terus dan Saksi Yehuwa lebih aktif dalam siar agamanya melalui pendekatan pribadi dengan kunjungan ke rumah – rumah, apalagi di era reformasi dan
keterbukaan sekarang, dapat dimaklumi kalau larangan demikian menjadi kurang efektif. Faktanya, mereka terus aktif mengadakan pertemuan – pertemuan di gedung – gedung
pertemuan umum bahkan menurut “Buku Kegiatan 1997” hal. 29 – 30 yang mereka terbitkan, disebutkan bahwa pada tanggal 19 Juli 1996 telah dibuka cabang Indonesia
berupa gedung yang dipergunakan bukan saja sebagai tempat pertemuan dan kantor pusat kegiatan tetapi juga percetakan.
8
8
……http:www.sabda.org, Saksi – Saksi Yehuwa, 24 Februari 2007.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Perumusan Masalah