9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Tinjauan tentang Pembelajaran IPA
1. Hakikat IPA
Sains atau IPA berasal dari akar frasa dalam bahasa Inggris, yaitu natural science. Bundu 2006: 9 mengungkapkan bahwa natural artinya alamiah dan
berhubungan dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan, sehingga IPA atau sains secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan tentang
alam atau yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Pendapat senada juga diungkapkan oleh Samatowa 2010: 3 yang menjelaskan bahwa IPA
merupakan ilmu pengetahuan yang membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis dengan didasarkan pada hasil percobaan dan
pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Jika ditinjau dari fisiknya, IPA adalah suatu ilmu pengetahuan yang objek
telaahnya adalah alam dengan segala isinya, meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan, termasuk juga bumi Daryanto, 2014: 160. Abruscato Derosa
2010: 11 mengungkapkan pendapat serupa bahwa “science seeks explanation of
the natural world ”. IPA berusaha untuk menggali atau menghimpun penjelasan
logis dan empiris yang melatarbelakangi terjadinya fenomena alam yang menjadi objek kajian. Selain itu, Wonorahardjo 2011: 12 menjelaskan bahwa IPA atau
sains adalah sekumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui metode tertentu di mana proses penyelidikan ilmiah yang dilaksanakan telah diuji kebenarannya
secara bersama-sama oleh beberapa ahli sains dan pemirsanya. Oleh karena itu,
10 IPA sangat menjunjung tinggi empirisme dalam memahami suatu gejala alam.
Empirisme dalam IPA didukung oleh Chalmers 2013: 1 yang mengungkapkan bahwa,
“science is to be based on what we can see, hear, and touch rather than on personal opinions or speculative imagings
”. Dengan demikian, segala sesuatu yang tidak dapat diindera oleh manusia bukanlah objek kajian sains. IPA sama
sekali tidak didasarkan pada opini-opini pribadi atau gambaran spekulatif. Kober 1993: 13 mengemukakan pendapat yang berbeda bahwa,
“…science is more than a body of knowledge; it is a way of looking at the world and ordering ones experience
”. IPA bukanlah sekedar sekumpulan pengetahuan. Namun, IPA juga merupakan cara pandang seseorang terhadap fenomena yang
terjadi di dunia untuk mengolah pengalaman seseorang dalam kehidupan sehari- hari agar menjadi suatu pengetahuan yang dipahami. Kober 1993: 13 juga
mengemukakan bahwa, “the study of science presents an incomparable
opportunity to open young minds to new vistas and to equip them with intellectual tools that will guide learners for the rest of their lives
”. Dengan mempelajari IPA memberikan kesempatan bagi pembelajar untuk membuka pemikiran terhadap
pandangan-pandangan baru dan memberikan bekal intelektual kepada pembelajar sebagai petunjuk sepanjang sisa kehidupannya.
Berdasarkan pendapat-pendapat ahli yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-
gejala alam secara empiris, rasional, dan objektif. Penjelasan logis, empiris, dan rasional atas gejala-gejala alam tersebut dihimpun melalui proses pengamatan dan
penyelidikan yang dilaksanakan secara sistematis dan objektif. IPA sama sekali
11 tidak didasarkan pada opini-opini pribadi atau gambaran spekulatif manusia. IPA
bukan sekedar kumpulan pengetahuan akan gejala alam tetapi juga tentang proses mencari tahu hingga pengetahuan baru dapat terhimpun. IPA menjadi bekal bagi
seseorang untuk menjalani kehidupan sepanjang hayatnya.
2. Komponen-Komponen IPA