Sintaks Model Pembelajaran Guided Discovery

48 sikap jujur, sikap kerja sama, sikap berpikir kritis, sikap tekun, sikap respek terhadap datafakta, serta sikap penemuan dan kreativitas. Siswa dituntut untuk mengamati secara saksama, menghimpun data berdasarkan objek kajian, dan menyimpulkan pengetahuan baru secara objektif. Fakta-fakta yang diperoleh kemudian menjadi acuan siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri. Pengetahuan awal prior knowledge siswa dihadapkan pada fakta-fakta baru, sehingga proses asimiliasi, akomodasi, dan equilibrium serta disequilibrium dapat lebih bermakna melalui pengalaman belajar empiris.

4. Sintaks Model Pembelajaran Guided Discovery

Tahap-tahap yang harus dipenuhi dalam penerapan model pembelajaran disebut dengan sintaks model pembelajaran. Setiap model pembelajaran memiliki sintaks yang khas karena setiap model pembelajaran diilhami oleh hakikat, landasan filosofis, dan prinsip-prinsip yang spesifik. Begitu pula dengan model pembelajaran guided discovery. Walaupun terdapat beragam sintaks model pembelajaran guided discovery, landasan berupa paham konstruktivisme dan pentingnya bimbingan guru dalam penerapan guided discovery tetap menjadi penekanan dalam setiap sintaks. Berikut ini adalah paparan beberapa alternatif sintaks model pembelajaran guided discovery menurut para ahli. Suprihatiningrum 2012: 248 mengemukakan bahwa sintaks pembelajaran dengan model pembelajaran guided discovery adalah sebagai berikut. 49 Tabel 3. Sintaks Model Pembelajaran Guided Discovery Menurut Suprihatiningrum No Tahap-Tahap Kegiatan Guru 1. Menjelaskan tujuanmempersiapkan siswa. Menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa dengan mendorong siswa untuk terlibat dalam kegiatan. 2. Orientasi siswa pada masalah. Menjelaskan masalah sederhana yang berkenaan dengan materi pembelajaran. 3. Merumuskan hipotesis. Membimbing siswa merumuskan hipotesis sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan. 4. Melakukan kegiatan penemuan. Membimbing siswa melakukan kegiatan penemuan dengan mengarahkan siswa memperoleh informasi yang diperlukan. 5. Mempresentasikan hasil kegiatan penemuan. Membimbing siswa dalam menyajikan hasil kegiatan, merumuskan, kesimpulan menemukan konsep. 6. Mengevaluasi kegiatan. Mengevaluasi langkah-langkah kegiatan yang telah dilakukan. Eggen Kauchak 2012: 189 – 200 juga mengemukakan sintaks model pembelajaran guided discovery, yaitu fase pendahuluan, fase berujung terbuka atau open ended phase, fase konvergen, serta fase penutup dan penerapan a. Fase 1: Fase Pendahuluan Fase pendahuluan diawali mengulas kembali review kegiatan siswa pada pertemuan sebelumnya. Fase pendahuluan bertujuan untuk menarik perhatian siswa dan memberikan kerangka kerja konseptual mengenai rangkaian kegiatan yang harus dijalani siswa. Fase ini dapat dengan memberikan pernyataan- pernyataan sederhana, misalnya, “Hari ini, BapakIbu akan memberikan kalian sejumlah contoh. IbuBapak ingin kalian menjadi pengamat yang baik dan berusaha mencari jenis pola apa yang ada di dalam contoh-contoh tersebut ” ; 50 “Mari kita lihat contoh-contoh berikut dan melihat apa persamaan contoh-contoh tersebut”. b. Fase 2: Fase Berujung Terbuka Open-ended Phase Fase berujung terbuka bertujuan untuk mendorong keterlibatan siswa dan memastikan keberhasilan awal mereka. Fase ini dapat dimulai dengan beberapa alternatif sebagai berikut. 1 Guru dapat memberikan contoh dan meminta siswa mengenali pola-pola di dalam contoh-contoh itu. 2 Guru dapat melaksanakan pelajaran dalam situasi kelas utuh, memberi siswa satu contoh dan meminta mereka mengamati dan menggambarkannya. Setelah itu, guru mengajukan pertanyaan- pertanyaan seperti, “Apa yang kalian amati dari contoh ini?”. Jika ada banyak jawaban berbeda yang berterima, siswa tersebut dapat memanggil sejumlah siswa yang berbeda dengan cepat dan mudah untuk mendorong tingkat keterlibatan tinggi dalam pembelajaran. 3 Guru dapat memberikan satu contoh dan noncontoh serta meminta siswa untuk membandingkan keduanya. 4 Guru dapat memulai dengan satu noncontoh dan meminta siswa menggambarkannya. Guru bebas untuk memilih alternatif fase pendahuluan di atas. Selanjutnya, guru meminta siswa untuk menjawab pertanyaan berujung terbuka. Pertanyaan berujung terbuka adalah pertanyaan-pertanyaan di mana beragam jawaban dapat diterima. Contoh-contoh pertanyaan berujung terbuka, misa lnya, “Apa yang 51 kalian amati perhatikan …?” ; “Bagaimana ini jika dibandingkan?” ; “Bagaimana contoh-contoh ini serupa atau berbeda?”; atau “Apa persamaan dari contoh- contoh ini?”. Guru harus menghargai apapun respon yang diberikan siswa walaupun respon tersebut kurang relevan atau bahkan tidak tepat sama sekali. Sebab, respon-respon ini memastikan bahwa siswa akan berhasil. Pertanyaan berujung terbuka juga berguna untuk melibatkan siswa sebanyak mungkin dalam pelajaran. Guru harus berhenti memberikan pertanyaan berujung terbuka jika siswa sudah mulai tampak gelisah dan atau bersemangat untuk pindah ke fase selanjutnya. c. Fase 3: Fase Konvergen Fase konvergen dilaksanakan untuk memenuhi tujuan belajar objektif yang harus dicapai siswa. Oleh karena itu, untuk meraihnya, guru harus mampu mempersempit rentang respon siswa dan membantu mereka mengidentifikasi karakteristik utama jika guru mengajarkan konsep atau mengidentifikasi hubungan jika guru mengajarkan generalisasi. Dengan demikian, fase konvergen menuntut pada respon seragam untuk satu tujuan belajar spesifik. Pada fase ini, siswa secara aktual membangun pengetahuan mereka tentang konsep atau generalisasi. Pelaksanaan fase konvergen bergantung pada respon siswa. Guru dapat memberikan serangkaian pertanyaan untuk membimbing pemikiran siswa sampai mereka memahami karakteristik utama atau generalisasi. Dalam penerapannya, guru tidak perlu mempermasalahkan bahwa transisi antara fase berujung terbuka dan fase konvergen seringkali kabur atau saling tumpang tindih. Selain itu, hal 52 yang harus diperhatikan guru adalah menjaga agar pembelajaran tetap berujung terbuka demi mendorong keterlibatan siswa secara penuh dan konsisten. d. Fase 4: Fase Penutup dan Penerapan Salah satu indikator pembelajaran yang berhasil adalah siswa mampu secara lisan menggambarkan karakteristik-karakteristik dari satu konsep atau hubungan di dalam generalisasi daripada membuat guru menggambarkan karakteristik atau hubungan itu kepada siswa. Kegiatan guru untuk membimbing siswa sampai mereka mampu secara lisan menyatakan karakteristik-karakteristik dari konsep atau hubungan di dalam generalisasi, adalah poin yang sangat penting dalam model pembelajaran guided discovery. Tanpa penutup yang jelas, sejumlah siswa juga merasa pelajaran tidak jelas dalam memberikan karakteristik-karakteristik yang sesungguhnya. Setelah penutup disampaikan, siswa dituntut untuk mampu menerapkan pengetahuan yang telah diperolehnya. Fase penerapan umunya mencakup tugas di sekolah maupun tugas di rumah. Namun, terlepas dari pengembangan cermat konsep atau generalisasi, penerapan kerap menuntut bantuan tambahan dari guru. Oleh karena itu, memonitor secara cermat dan membahas upaya awal siswa dalam fase penerapan memperkuat pembelajaran dengan membantu siswa menjembatani kesenjangan antara kegiatan belajar yang dibimbing guru dan praktik mandiri. Guru dapat memberikan tugas yang menuntut penerapan lebih jauh jika kebanyakan siswa sudah mampu menerapkan informasi secara mandiri. Meski sebagian besar siswa bekerja secara mandiri, guru dapat membantu orang-orang 53 yang belum secara penuh memahami ide tersebut atau belum cukup siap menerapkannya sendiri. Menurut Smith 2012: 34, fase-fase dalam model pembelajaran guided discovery, meliputi “1 motivation and problem presentation, 2 selection of learning activities, 3 data collection, 4 data processing, and 5 closure ”. Fase-fase dalam model pembelajaran guided discovery, yaitu a motivasi dan pemaparan masalah, b pemilihan aktivitas-aktivitas belajar, c pengumpulan data, d pengolahan data, dan e penutup. Syah Ratumanan, 2015: 215 – 216 memaparkan bahwa sintaks pembelajaran guided discovery adalah sebagai berikut. Tabel 4. Sintaks Model Pembelajaran Guided Discovery Menurut Syah Fase Deskripsi 1. Stimulasipemb erian rangsangan - Hadapkan peserta didik pada kondisi yang menunjukkan adanya masalah, teka-teki, atau kontradiksipertentangan. - Dorong peserta didik agar tertantang melakukan eksplorasi. 2. Pernyataaniden tifikasi masalah - Berikan kesempatan pada peserta didik untuk mengidentifikasi masalah yang relevan dengan materi pembelajaran. - Fokuskan pada masalah tertentu tertentu yang akan dikaji, formulasi ulang masalah tersebut dan rumuskanlah hipotesisnya. 3. Pengumpulan data - Peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan dari berbagai sumber. - Peserta didik melakukan prosedur kerja tertentu atau melakukan uji coba. 4. Pengolahan data - Data yang diperoleh direduksi, diklasifikasikan, ditabulasi, dan dianalisis. 5. Verifikasi - Hasil pengolahan data diperiksa kembali oleh peserta didik secara cermat. 6. Generalisasi - Mengacu pada hasil verifikasi dilakukan generalisasi. 54 Carin Sund 1989: 99 – 100 mengungkapkan bahwa model pembelajaran guided discovery dapat diterapkan berdasarkan siklus yang diwujudkan dalam gambar berikut ini. Siklus ini mengimplikasikan bahwa pembelajaran guided discovery terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap eksplorasi atau exploration, tahap invensi konsepsi atau conception invention, dan tahap penemuan atau discovery. a. Tahap Eksplorasi Exploration Dalam tahap eksplorasi, siswa didorong untuk mengidentifikasi karakteristik-karakteristik dan sifat-sifat dari objek yang dikaji dalam pembelajaran melalui kegiatan pengamatan. Siswa memanfaatkan seluruh inderanya dalam kegiatan sensori jika memungkinkan dan aman dilaksanakan. Tujuan dari tahap ini adalah terkumpulnya fakta-fakta yang diamati siswa dari objek yang dikaji melalui pengalaman yang bersifat langsung hands on activites. Contoh, siswa diberi beberapa kancing baju yang beraneka ragam, kemudian siswa diminta untuk mengelompokkan mereka sesuai kehendak mereka 1. Tahap Eksplorasi aktivitas langsung 2. Tahap Invensi Konsepsi dengan arahan guru 3. Tahap Penemuan penerapan pada masalah baru Siklus belajar dimulai kembali Gambar 1. Siklus Model Pembelajaran Guided Discovery menurut Carin Sund 1989 55 sendiri. Guru lalu membimbing siswa untuk menemukan sifat-sifat dari beberapa kancing baju yang disediakan. b. Tahap Invensi Konsepsi Conception Invention Dalam tahap invensi konsep, siswa didorong untuk menganalisis fakta-fakta yang dihimpun dari objek kajian. Siswa dapat diminta untuk memaparkan persamaan dan perbedaan, mengelompokkan, serta menjelaskan hubungan sebab akibat. Namun, guru tidak perlu memberitahu siswa bahwa fakta-fakta tersebut dapat diolah menjadi suatu kesimpulan yang berdasar pada karakteristik- karakteristik dan sifat-sifat objek yang sudah dihimpun siswa. Di akhir tahap invensi konsepsi, guru menyimpulkan hasil invensi siswa. Contoh, tanpa memberi tahu bahwa kancing baju dapat dikelompokkan berdasarkan warna, bentuk, ukuran, dan jenis bahan, guru dapat bertanya kepada siswa, misalnya, “Apa saja kesamaan-kesamaan kancing baju yang Alice miliki?”. Setelah itu, guru dapat memberi penjelasan lebih lanjut bahwa, “Ketika kamu mengelompokkan kancing baju berdasarkan warna dan bentuk, ilmuwan berkata bahwa kamu mengelompokkan kancing baju berdasarkan sifat- sifatnya”. c. Tahap Penemuan Discovery Tahap penemuan adalah saat di mana siswa memiliki kesempatan untuk menerapkan apa yang telah mereka pelajari dari tahap eksplorasi dan tahap penemuan konsep dalam situasi baru. Contoh: berikan siswa beberapa jenis biji- bijian kemudian guru bertanya, “Bagaimana kita mengelompokkan biji-bijian ini sesuai sifat- sifat mereka?”. 56 Berdasarkan pendapat-pendapat ahli terkait sintaks model pembelajaran guided discovery, peneliti menerapkan sintaks menurut Carin Sund 1989. Alasan peneliti memilih sintaks menurut Carin Sund 1989 karena setiap tahap dalam pembelajaran guided discovery dipaparkan secara komprehensif dan disertai contoh konkret penerapannya dalam pembelajaran dibanding sintaks yang dikemukakan oleh pakar-pakar lain. Tahap eksplorasi bersifat dominan pada aktivitas hands-on aktivitas langsung, sedangkan tahap invensi konsepsi dan tahap penemuan bersifat minds-on aktivitas berpikir. Dengan demikian, aktivitas langsung dan aktivitas berpikir sama-sama ditekankan dalam sintaks ini. Sintaks model pembelajaran guided discovery Smith 2012 hanya sebatas memaparkan sintaksnya saja tanpa memberikan deskripsi dari setiap tahap dalam sintaks yang dipaparkan. Deskripsi sintaks yang komprehensif mengurangi kemungkinan kesalahan interpretasi dan ketidakpahaman yang mungkin saja dialami peneliti dan pembaca karena masih berasumsi tentang gambaran kegiatan konkret terkait tahap-tahap pembelajaran yang sama sekali tidak dijelaskan. Sintaks yang dipaparkan oleh Eggen Kauchak 2012 dan Syah Ratumanan, 2015 kurang sesuai dengan pokok bahasan pesawat sederhana karena pengalaman belajar yang disajikan lebih bermakna jika siswa mengamati langsung cara kerja dari setiap pesawat sederhana daripada menemukan pola-pola dari contoh dan noncontoh yang diberikan guru. Dalam pembelajaran, siswa hendaknya didorong untuk menghimpun data-data dari objek kajian secara langsung kemudian siswa diharapkan untuk menemukan pola-pola dari data-data yang sudah terhimpun. Pesawat sederhana sangat mudah dijumpai dalam 57 kehidupan sehari-hari, sehingga lebih baik jika siswa dilibatkan dengan pengamatan langsung. Sintaks model pembelajaran guided discovery yang dikemukakan oleh Carin Sund 1989 sesuai dengan pokok bahasan pesawat sederhana. Pengetahuan tentang prinsip kerja masing-masing pesawat sederhana, yaitu prinsip kerja tuaspengungkit, prinsip kerja katrol, prinsip kerja bidang miring, dan prinsip kerja roda berporos diharapkan dapat menjadi bekal bagi siswa dapat menggunakan pesawat sederhana sebaik-baiknya dengan memaksimalkan prinsip kerjanya sesuai dengan tahap terakhir dalam sintaks yaitu penemuan discovery. Pembelajaran IPA yang mengakomodasi siswa untuk aktif dan mandiri menemukan pengetahuan baru dengan mengkaji secara langsung objek kajian memaksimalkan pemunculan setiap indikator sikap ilmiah yang diharapkan dapat ditunjukkan siswa.

5. Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery pada Mata Pelajaran

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN IPA DI KELAS V SDN 101765 BANDAR SETIA T.A 2016/2017.

0 3 26

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS V SDN 101775 SAMPALI TAHUN AJARAN 2016/2017.

0 3 28

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN 091473 PLUS TIGABALATA.

0 2 27

PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL SNOWBALL THROWING PADA MATA PELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS Penerapan Pembelajaran Model Snowball Throwing Pada Mata Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 03

1 1 12

PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL SNOWBALL THROWING PADA MATA PELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS Penerapan Pembelajaran Model Snowball Throwing Pada Mata Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 03 Tohuda

0 1 11

PENERAPAN METODE GUIDED DISCOVERY DALAM PEMBELAJARAN SENAM GULING DEPAN PADA SISWA KELAS IV SDN JATIWANGI I PENERAPAN METODE GUIDED DISCOVERY DALAM PEMBELAJARAN SENAM GULING DEPAN PADA SISWA KELAS IV SDN JATIWANGI I PENERAPAN METODE GUIDED DISCOVERY DALAM

1 2 46

PENGARUH PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS V SDN JUMO.

0 0 249

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP SIKAP ILMIAH SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DI KELAS V SD NEGERI SALAMAN 1.

0 3 221

PENERAPAN MODEL GUIDED DISCOVERY DAN GUIDED INQUIRY TERHADAP HASIL KOGNITIF, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN SIKAP ILMIAH SISWA PADA MATERI HUKUM NEWTON DI SMPN 3 PALANGKA RAYA IMPLEMENTATION GUIDED DISCOVERY MODEL AND GUIDED INQUIRY MODEL TOWARD COGNITIVE

1 1 12

UPAYA MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING DI SDN 3 KERTAYASA - repository perpustakaan

0 0 16