Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran adalah mata rantai dari proses penyelenggaraan pendidikan. Tingkat keberhasilan dari satuan pendidikan dalam menyongsong tercapainya tujuan pendidikan tak lepas dari proses belajar mengajar. Siswa mempelajari sejumlah mata pelajaran untuk mengakomodasi usaha untuk mengembangkan kompetensi mereka pada ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dimanifestasikan sebagai suatu pokok bahasan terstruktur berdasarkan bidang kajian tertentu. Ilmu Pengetahuan Alam IPA atau sains adalah salah satu mata pelajaran utama di Sekolah Dasar SD. Objek kajian dari mata pelajaran IPA meliputi seluruh benda hidup dan tak hidup yang ada di jagat raya. Dalam pembelajaran IPA yang ideal, siswa tidak sebatas menjalani aktivitas kognitif saja. Idealisme dalam pembelajaran IPA ini sejalan dengan pendapat Bundu 2006: 11 bahwa IPA memiliki tiga komponen, yaitu 1 proses ilmiah, misalnya mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, merancang dan melaksanakan eksperimen, 2 produk ilmiah, misalnya prinsip, hukum, dan teori, serta 3 sikap ilmiah, misalnya sikap ingin tahu, hati-hati, jujur, dan objektif. Siswa harus dibekali dengan pengalaman belajar yang berisi aktivitas penyelidikan untuk menghimpun pengetahuan baru, yang disebut dengan proses IPA. Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam proses IPA hingga terhimpunnya kesimpulan berupa pengetahuan-pengetahuan baru harus mengabaikan asumsi-asumsi subjektif dari 2 individu maupun kelompok. Oleh karena itu, siswa harus mampu menunjukkan sikap-sikap yang mengedepankan empirisme dan objektivitas dalam menjalani proses IPA, yaitu sikap ilmiah scientific attitudes. Sikap ilmiah penting untuk dikembangkan karena cara berpikir, sikap ilmiah, dan minat juga diperoleh dan dikembangkan selama belajar di sekolah, dan aspek-aspek ini yang justru akan menetap dalam diri siswa Bundu, 2006: 39. Sikap ilmiah tetap efektif dan dapat teramati jauh sesudah berbagai mata pelajaran telah disampaikan atau bahkan ketika substansi kognitif dari pembelajaran sudah dilupakan siswa. Pembelajaran yang berbasis pada penyelidikan dan penemuan mendorong siswa agar proaktif mencari penjelasan atas suatu fenomena, bukan sekedar menerima pengetahuan baru dengan menyimak penjelasan guru atau membaca literatur. Melalui aktivitas penyelidikan menuju pada suatu penemuan, siswa mengalami proses bagaimana pengetahuan baru dapat terhimpun. Sikap ilmiah siswa lebih optimal jika model pembelajaran yang diterapkan mampu mengakomodasi proses penyelidikan dan penemuan. Pemilihan model pembelajaran adalah salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan sejak rencana pembelajaran disusun. Terdapat banyak model pembelajaran yang dapat diterapkan. Setiap model pembelajaran memiliki hakikat, landasan filosofis, prinsip, dan sintaks yang berbeda. Guru sebagai pihak yang terlibat langsung dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran harus bijaksana dalam menerapkan model pembelajaran. Sesuai dengan urgensi 3 terhadap tujuan pengembangan sikap ilmiah siswa, model pembelajaran yang diterapkan harus berpengaruh positif terhadap sikap ilmiah siswa. Model pembelajaran penemuan terbimbing atau guided discovery merupakan salah satu model pembelajaran. Model pembelajaran guided discovery adalah suatu model pembelajaran di mana siswa menemukan konsep-konsep atau hubungan-hubungan secara mandiri tetapi bimbingan guru masih diberikan agar aktivitas lebih terarah dan mencapai tujuan yang diinginkan. Guru memberikan petunjuk, anjuran, dan atau pertanyaan agar siswa tidak mengalami kesulitan dalam mengikuti alur pembelajaran. Model pembelajaran guided discovery dilandasi oleh paham konstruktivisme bahwa dalam belajar, siswa secara aktif terlihat, orientasi induktif lebih ditekankan daripada deduktif, kemudian siswa menemukan atau mengonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Siswa kelas tinggi juga cenderung menunjukkan minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret Yusuf, 2004: 24. Dengan demikian, paham konstruktivisme memiliki ketersinambungan dengan tuntutan pembelajaran IPA agar sesuai dengan tingkat perkembangan siswa SD kelas tinggi – bahwa dalam membangun pengetahuannya sendiri, siswa harus dilibatkan pada aktivitas langsung pada objek konkret yang dikaji. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap guru kelas VA dan V B SDN Triwidadi, diperoleh informasi bahwa model pembelajaran guided discovery belum pernah diterapkan. Pembelajaran dengan metode ceramah masih dominan diterapkan untuk materi-materi pada mata pelajaran IPA yang sebenarnya dapat melibatkan siswa untuk melakukan aktivitas langsung kemudian 4 diarahkan agar siswa dapat menemukan dan membangun pengetahuan baru. Selain itu, penggunaan buku paket dan buku latihan soal menjadi acuan utama dalam pembelajaran IPA. Akibatnya, sikap ilmiah siswa belum muncul secara optimal saat pembelajaran IPA di kelas V A dan V B SDN Triwidadi. Fakta-fakta terkait pelaksanaan pembelajaran IPA di kelas VA dan V B SDN Triwidadi SDN Triwidadi menunjukkan bahwa model pembelajaran guided discovery merupakan model pembelajaran nonkonvensional pada lingkup kedua kelas tersebut. Dengan demikian, pengaruh penerapan model pembelajaran guided discovery terhadap sikap ilmiah siswa belum pernah digali dan diketahui di SDN Triwidadi. Oleh karena itu, perlu diadakan pembuktian secara empiris melalui penelitian. Berdasarkan idealisme pembelajaran IPA, pentingnya sikap ilmiah, hasil observasi dan wawancara, serta belum diketahuinya pengaruh penerapan model pembelajaran guided discovery terhadap sikap ilmiah siswa kelas V pada mata pelajaran IPA di SDN Triwidadi, maka peneliti melakukan penelitian ini. Peneliti melakukan penelitian dengan judul penelitian, yaitu “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery Terhadap Sikap Ilmiah Siswa Kelas V pada Mata Pelajaran IPA di SDN Triwidadi”.

B. Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN IPA DI KELAS V SDN 101765 BANDAR SETIA T.A 2016/2017.

0 3 26

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS V SDN 101775 SAMPALI TAHUN AJARAN 2016/2017.

0 3 28

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN 091473 PLUS TIGABALATA.

0 2 27

PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL SNOWBALL THROWING PADA MATA PELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS Penerapan Pembelajaran Model Snowball Throwing Pada Mata Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 03

1 1 12

PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL SNOWBALL THROWING PADA MATA PELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS Penerapan Pembelajaran Model Snowball Throwing Pada Mata Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 03 Tohuda

0 1 11

PENERAPAN METODE GUIDED DISCOVERY DALAM PEMBELAJARAN SENAM GULING DEPAN PADA SISWA KELAS IV SDN JATIWANGI I PENERAPAN METODE GUIDED DISCOVERY DALAM PEMBELAJARAN SENAM GULING DEPAN PADA SISWA KELAS IV SDN JATIWANGI I PENERAPAN METODE GUIDED DISCOVERY DALAM

1 2 46

PENGARUH PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS V SDN JUMO.

0 0 249

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP SIKAP ILMIAH SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DI KELAS V SD NEGERI SALAMAN 1.

0 3 221

PENERAPAN MODEL GUIDED DISCOVERY DAN GUIDED INQUIRY TERHADAP HASIL KOGNITIF, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN SIKAP ILMIAH SISWA PADA MATERI HUKUM NEWTON DI SMPN 3 PALANGKA RAYA IMPLEMENTATION GUIDED DISCOVERY MODEL AND GUIDED INQUIRY MODEL TOWARD COGNITIVE

1 1 12

UPAYA MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING DI SDN 3 KERTAYASA - repository perpustakaan

0 0 16