11 tidak didasarkan pada opini-opini pribadi atau gambaran spekulatif manusia. IPA
bukan sekedar kumpulan pengetahuan akan gejala alam tetapi juga tentang proses mencari tahu hingga pengetahuan baru dapat terhimpun. IPA menjadi bekal bagi
seseorang untuk menjalani kehidupan sepanjang hayatnya.
2. Komponen-Komponen IPA
Abruscato Derosa 2010: 11 menjelaskan bahwa IPA tediri dari dua komponen, yaitu “a systematic quest for explanations” dan “the dynamic body of
knowledge generated through quest for explanations ”. Proses mencari penjelasan
logis dan empiris melalui metode ilmiah dijalankan secara sistematis. Dengan demikian, IPA merupakan serangkaian proses yang diwujudkan dalam metode
ilmiah yang digunakan untuk menghimpun kebenaran dan memahami alam semesta dengan segala isinya. Produk IPA tidaklah muncul secara instan
melainkan melalui dihasilkan dari penyelidikan proses IPA yang dilaksanakan secara empiris, sistematis, dan terstruktur melalui metode-metode ilmiah, bukan
berdasarkan atas asumsi-asumsi pribadi maupun kelompok yang tentunya dipengaruhi subjektivitas.
Hungerford, Vold Ramsey, 1990 Fatonah Prasetyo, 2014: 7 mengungkapkan bahwa IPA meliputi beberapa komponen, yaitu proses
memperoleh informasi melalui metode empiris, informasi yang diperoleh melalui penyelidikan yang telah ditata secara logis dan sistematis, dan suatu kombinasi
proses berpikir kritis sebagai sikap yang menghasilkan informasi yang dapat dipercaya dan valid. Hungerford, Vold Ramsey Fatonah Prasetyo, 2014: 7
juga menyatakan bahwa IPA mengandung dua elemen utama yaitu proses dan
12 produk yang saling mengisi dalam derap kemajuan dan perkembangan IPA.
Keberadaan metode empiris yang merupakan ciri khas dari IPA berguna untuk menjamin agar kesimpulan dari penyelidikan tidak bersifat bisa dan terbebas dari
asumsi-asumsi subjektif atas kehendak individu maupun kelompok. Trowbridge Bybee, 1990 Fatonah Prasetyo, 2014: 7 mengemukakan
bahwa, “science is manifestation of the extent body of scientific knowledge, the
values of science, and the methods and processes of science ”. IPA merupakan
perwujudan dari tiga komponen, meliputi produk IPA, nilai-nilai IPA, dan metode-metode dan proses-proses IPA. Pandangan ini lebih luas daripada
pengertian yang dikemukakan Hungerford, Volk Ramsey 1990 karena Trowbridge Bybee 1990 selain memandang IPA sebagai proses dan metode
process and method serta produk IPA body of scientific knowledge, tetapi juga melihat bahwa IPA memuat seperangkat nilai. Hal ini diperkuat oleh Bundu
2006: 11 bahwa IPA memiliki tiga komponen, yaitu a proses ilmiah, misalnya mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, merancang dan melaksanakan
eksperimen, b produk ilmiah, misalnya prinsip, hukum, dan teori, serta c sikap ilmiah, misalnya sikap ingin tahu, hati-hati, jujur, dan objektif.
Pendapat di atas mengimplikasikan beberapa hal, yaitu a IPA merupakan proses mengumpulkan informasi tentang alam sekitar, b IPA juga merupakan
pengetahuan yang dihimpun melalui proses kegiatan tertentu, dan c IPA dicirikan oleh nilai-nilai dan dan sikap-sikap yang dimiliki oleh seseorang yang
menggunakan proses IPA untuk menghimpun pengetahuan. Hal ini sejalan dengan
13 pendapat Carin Sund Samatowa, 2010: 20 bahwa IPA merupakan kesatuan
dari tiga komponen yaitu, produk, proses, dan sikap. a. IPA sebagai produk
Pengetahuan-pengetahuan bersifat teoretis maupun praktis yang dipelajari manusia merupakan produk IPA. Iskandar Bundu, 2006: 11 mengemukakan
bahwa IPA sebagai produk merupakan kumpulan hasil kegiatan empirik dan analitis yang dilakukan para ilmuwan dalam bentuk fakta-fakta, konsep-konsep,
prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori IPA. 1 Fakta; fakta merupakan kebenaran-kebenaran terhadap objek kajian dan
sudah dibuktikan secara objektif dan teruji. 2 Konsep; konsep merupakan hubungan antara fakta-fakta yang saling
berkorespondensi. 3 Prinsip; prinsip merupakan generalisasi tentang hubungan konsep-konsep.
4 Hukum; hukum merupakan prinsip-prinsip yang sudah diterima kebenarannya secara luas bersifat tentantif, tetapi memiliki daya uji yang kuat sehingga
dapat bertahan dalam waktu yang relatif lama. 5 Teori; teori merupakan kerangka hubungan yang lebih luas antara fakta,
konsep, prinsip, dan hukum, berupa gambaran yang dibuat para ilmuwan untuk menjelaskan gejala alam.
Rezba, Sprague, McDonnough et al 2007: 11 mengungkapkan bahwa “scientific knowledge is never proven, it is tentative but durable”. Pendapat serupa
diungkapkan oleh Abruscato Derosa 2010: 11 bahwa “the scientific body of
knowledge is not static ”. Walaupun sudah teruji kebenarannya, produk IPA masih
14 bersifat tentatif atau dinamis, sehingga produk IPA yang sudah ada dapat direvisi
atau bahkan tidak berlaku lagi jika ditemukan suatu hasil penelitian atau temuan baru yang berlawanan dengan produk IPA yang sudah lebih dahulu ada.
b. IPA sebagai proses Dalam melaksanakan penyelidikan untuk menggali pengetahuan baru
berdasarkan fenomena alam yang sedang dikaji. Proses IPA merupakan perwujudan nyata dari metode ilmiah sehingga kegiatan penyelidikan
dilaksanakan secara sistematis, empiris, dan terencana. Penguasaan proses IPA adalah perubahan dalam dimensi afektif dan psikomotor dengan mengetahui
sejauh mana siswa mengalami kemajuan dalam keterampilan proses IPA. Keterampilan proses sains terdikotomi menjadi dua kelompok, yaitu
keterampilan proses IPA dasar dan keterampilan proses IPA terintegrasi Rezba, Sprague, McDonnough et al, 2007: 4
– 5. Keterampilan proses IPA dasar kecakapan yang digunakan ketika melaksanakan kegiatan berbasis IPA.
Keterampilan proses IPA dasar secara urut, meliputi a mengamati, b mengomunikasikan, c mengklasifikasikan, d mengukur secara metris, e
menginferensi, dan f memprediksi. Keterampilan proses IPA terintegrasi bergantung pada keterampilan proses IPA dasar. Keterampilan proses IPA dasar
menyediakan dasar bagi keterampilan proses IPA terintegrasi yang lebih kompleks. Keterampilan proses IPA terintegrasi secara urut, meliputi a
mengidentifikasi variabel, b menyusun tabel data, c menyusun grafik, d menggambarkan hubungan-hubungan antar variabel-variabel, e menghimpun
dan memproses data, f menganalisis penyelidikan, g menyusun hipotesis, h
15 mendefinisikan variabel-variabel secara operasional, i merancang eksperimen,
serta j melaksanakan eksperimen. c. IPA sebagai sikap
Dawson Sarkim, 2009: 134 mengelompokkan sikap ke dalam dua kelompok besar yaitu seperangkat sikap yang apabila diikuti akan membantu
proses pemecahan masalah dan seperangkat sikap yang menekankan sikap tertentu terhadap IPA sebagai suatu cara memandang dunia serta dapat berguna bagi
pengembangan karir di masa mendatang. Sikap yang termasuk pada kelompok pertama, meliputi 1 kesadaran akan perlunya bukti ketika mengemukakan suatu
pernyataan, 2 kemauan untuk mempertimbangkan interpretasi atau pandangan lain, 3 kemauan untuk melakukan eksperimen atau percobaan dengan hati-hati,
dan 4 menyadari keterbatasan dalam penemuan keilmuan. Sikap yang termasuk pada kelompok dua, meliputi 1 rasa ingin tahu
terhadap dunia fisik dan biologis serta cara kerjanya, 2 pengakuan bahwa IPA dapat membantu pemecahan masalah individu dan global, 3 memiliki rasa
antusiasme untuk menguasai pengetahuan dengan metode ilmiah, 4 pengakuan pentingnya pemahaman keilmuan, 5 pengakuan bahwa IPA merupakan aktivitas
manusia, dan 6 pemahaman hubungan antara IPA dengan bentuk aktivitas manusia yang lain. Sikap-sikap tersebut sangat jelas berhubungan dengan IPA dan
potensial untuk dikembangkan dalam pembelajaran IPA. Nilai-nilai yang menjadi ciri khas IPA, yaitu 1 kebenaran atau truth, 2
kebebasan atau freedom, 3 keragu-raguan atau skepticism, 4 urutan atau order, 5 keaslian atau originality, dan 6 komunikasi atau communication Abruscato
16 Derosa, 2010: 14. Nilai-nilai tersebut harus dimunculkan dalam setiap kegiatan
dalam menggali dan menyimpulkan penjelasan atas fenomena-fenomena yang terjadi di alam. Wujud konkret dari tertanamnya nilai-nilai tersebut tercermin dari
sikap ilmiah yang ditunjukkan oleh individu sebagai pelaku IPA. Berdasarkan pendapat para pakar yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan
bahwa komponen-komponen IPA, meliputi produk-produk IPA, proses IPA, dan sikap IPA atau sikap ilmiah. Ketiga komponen tersebut saling berhubungan satu
sama lain. Gejala-gejala alam yang menjadi objek IPA diselidiki dengan melaksanakan proses IPA dengan menerapkan keterampilan proses dan
menjunjung sikap ilmiah sehingga terhimpun pengetahuan-pengetahuan baru sebagai produk IPA yang yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
3. Pembelajaran IPA di SD