44
3. Prinsip Dasar Model Pembelajaran Guided Discovery
Model pembelajaran guided discovery sering dikacaukan dengan asas pendekatan berbasis penemuan “murni”, yang tidak terstruktur pure,
unstructured discovery, di mana siswa mengidentifikasi pola dan hubungan tanpa bimbingan guru. Clark Mayer, 2003 Eggen, Jacobsen Kauchak, 2009: 209
mengungkapkan bahwa sebuah penelitian telah mengindikasikan bahwa model pembelajaran penemuan yang tak tersusun, kurang efektif daripada model
pembelajaran penemuan terbimbing karena waktu tidak dimanfaatkan dengan efektif, dan tanpa bimbingan guru, siswa sering kali tersesat dan frustrasi, serta
kebingungan ini dapat menggiring pada kesalahpahaman. Akibatnya, penemuan yang tak tersusun kini sangat jarang terlihat di dalam kelas.
Clark Mayer, 2003; Moreno, 2004 Eggen, Jacobsen Kauchak, 2009: 211 mengungkapkan bahwa prinsip dalam penerapan model pembelajaran guided
discovery, yaitu guru menyajikan contoh-contoh pada siswa, memandu mereka saat mereka berusaha menemukan pola-pola dalam dalam contoh-contoh tersebut,
dan memberikan semacam penutup ketika siswa telah mampu mendeskripsikan gagasan yang diajarkan guru. Penutup berguna sebagai klarifikasi atas pola-pola
atau hubungan antarkonsep yang telah ditemukan siswa melalui penyelidikan. Perbandingan antara model pengajaran langsung dan model pembelajaran
guided discovery adalah tahap-tahap perencanaan untuk kedua pembelajaran tersebut identik satu sama lain. Sama halnya dengan pengajaran langsung,
perencanaan untuk model pembelajaran guided discovery juga diawali dengan mengidentifikasi suatu topik dan membuat satu sasaran. Pertimbangan akan latar
45 belakang pengetahuan siswa juga sangat penting dalam dua pembelajaran
tersebut. Namun, pemilihan contoh-contoh secara umum jauh lebih penting dalam model pembelajaran guided discovery karena siswa harus mengandalkan data atau
contoh-contoh untuk membentuk abstraksi yang sudah diajarkan. Dalam pelajaran-pelajaran pengajaran langsung, guru dapat mengatasi contoh-contoh
yang kurang memadai dengan menjelaskan abtraksi secara lebih menyeluruh, meskipun guru yang terlalu banyak bicara dalam kelas menjadi masalah yang
berkelanjutan. Jika contoh-contoh tersebut tidak memadai dalam pelaksanaan model pembelajaran guided discovery, mempelajari abstraksi menjadi jauh lebih
sulit. Moreno Duran, 2004 Eggen, Jacobsen Kauchak, 2009: 210
mengemukakan bahwa penggunaan model pembelajaran guided discovery mungkin memerlukan waktu yang kurang atau lebih banyak daripada
pembelajaran ekspositori, tergantung pada tugas yang diberikan, tetapi model pembelajaran penemuan terbimbing cenderung untuk menghasilkan ingatan dan
transfer jangka panjang yang lebih baik dari pembelajaran ekspositori. Belajar harus luwes dan bersifat menyelidiki atau penemuan. Jika siswa tampak berusaha
dengan menghadapi suatu masalah, berikan mereka waktu untuk mencoba sendiri memecahkan masalah tersebut sebelum memberikan pemecahannya.
Smith 2012: 32 mengungkapkan pendapat sebagai berikut. Some of the principles of Guided Discovery Learning are: a creating a
climate in the classroom where there is freedom for learners to discover by doing experiments, b challenging learners to consider what has happened, to
analyse it for relevance, do it and share it with others, c learners are led to analyse data and to form concepts, d the value of the learning experience is
expressed through analysis of the created experience, e teachers „step back‟
46 and become available as coaches and stabilisers in learning activities by
creating an intellectual climate in the classroom.
Prinsip-prinsip model pembelajaran guided discovery, yaitu a menciptakan iklim pembelajaran di mana ada kebebasan siswa untuk menemukan pengetahuan
baru melalui kegiatan percobaan, b menantang siswa untuk memikirkan fenomena yang telah terjadi untuk dianalisis relevansinya kemudian
melakukannya dan membaginya dengan siswa yang lain, c siswa dibimbing untuk menganalisis data dan membangun konsep-konsep, d nilai dari
pengalaman belajar diungkapkan melalui analisis dari pengalaman yang tercipta, e guru berperan sebagai pelatih dan penstabil dalam aktivitas-aktivitas belajar
dengan menciptakan iklim intelektual dalam pembelajaran di kelas. Carin Sund, 1989 Suprihatiningrum, 2012: 246 mengemukakan bahwa
ada tiga alasan untuk guru menggunakan model pembelajaran guided discovery, yaitu a mayoritas guru lebih nyaman menggunakan pendekatan ekspositori,
mungkin karena sudah lama sekali dikenal dalam dunia pendidikan; b jika menginginkan siswa menjadi seorang saintis yang selalu mengikuti perkembangan
teknologi dan mampu menyelesaikan masalah, siswa harus selalu berperan aktif dalam setiap tingkat kegiatan sains dengan petunjuk dan pendampingan guru.
Penemuan terbimbing pada anak yang usianya lebih muda mengarahkan anak ke arah penemuan bebas atau inkuiri ketika anak menginjak masa remaja
adolescence dan dewasa adulthood; serta c pembelajaran dengan penemuan terbimbing mengembangkan kemampuan metode mengajar guru untuk
mempertemukan berbagai macam tingkat pemahaman siswa dalam pembelajaran.
47 Carin, 1993 Suprihatiningrum, 2012: 246 memberikan petunjuk dalam
merencanakan dan menyiapkan model pembelajaran guided discovery learning meliputi, a menentukan tujuan yang akan dipelajari siswa, b memilih metode
yang sesuai dengan kegiatan penemuan, c menentukan lembar pengamatan data untuk siswa, d menyiapkan alat dan bahan secara lengkap, e menentukan
dengan cermat apakah siswa akan bekerja secara individu atau secara berkelompok yang terdiri dari 2
– 5 siswa, f mencoba terlebih dahulu kegiatan yang akan dikerjakan oleh siswa untuk mengetahui kesulitan yang mungkin
timbul atau kemungkinan untuk modifikasi. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, Carin, 1993 Suprihatiningrum, 2012:
246 juga menyarankan beberapa hal, meliputi a memberikan bantuan agar siswa memahami tujuan dan prosedur kegiatan yang harus dilakukan, b memeriksa
bahwa semua siswa memahami tujuan dan prosedur kegiatan yang harus dilakukan, c sebelum kegiatan dilakukan, menjelaskan pada siswa tentang cara
bekerja yang aman, d mengamati setiap siswa selama mereka melakukan kegiatan, e memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk mengembalikan alat
dan bahan yang digunakan, dan f melakukan diskusi tentang kesimpulan untuk setiap jenis kegiatan.
Berdasarkan pendapat-pendapat ahli terkait prinsip model pembelajaran guided discovery di atas, peneliti menerapkan prinsip pembelajaran guided
discovery menurut Smith 2012 karena keberadaan percobaan sejalan dengan paham konstruktivisme. Percobaan juga mampu melatih upaya pemerolehan fakta
melalui aktivitas langsung, sehingga mampu mengakomodasi sikap ingin tahu,
48 sikap jujur, sikap kerja sama, sikap berpikir kritis, sikap tekun, sikap respek
terhadap datafakta, serta sikap penemuan dan kreativitas. Siswa dituntut untuk mengamati secara saksama, menghimpun data berdasarkan objek kajian, dan
menyimpulkan pengetahuan baru secara objektif. Fakta-fakta yang diperoleh kemudian menjadi acuan siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri.
Pengetahuan awal prior knowledge siswa dihadapkan pada fakta-fakta baru, sehingga proses asimiliasi, akomodasi, dan equilibrium serta disequilibrium dapat
lebih bermakna melalui pengalaman belajar empiris.
4. Sintaks Model Pembelajaran Guided Discovery