BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Masyarakat Tionghoa di Kota Medan sebagian besar masih melaksanakan tradisi yang diharuskan oleh leluhurnya. Tradisi merupakan gambaran sikap dan perilaku manusia yang
telah berproses dalam waktu lama dan dilaksanakan secara turun-temurun dari nenek moyang. Tradisi dipengaruhi oleh kecenderungan untuk berbuat sesuatu dan mengulang sesuatu
sehingga menjadi kebiasaan misalnya cara berpakaian, upacara adat, simbol-simbol kepercayaan, kesenian, etika dan sopan santun, dimana setiap suku bangsa memiliki tradisi
yang berbeda-beda. Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa dengan budayanya masing-masing, salah satunya adalah suku bangsa Tionghoa. Menurut Wikipedia arti Tionghoa
adalah :
Tionghoa bentuk Hokkien dari kata 中华 [中華], yang berarti Bangsa Tengah; dalam
Bahasa Mandarin ejaan Pinyin, kata ini dibaca zhonghua merupakan sebutan lain untuk orang-orang dari suku atau ras Tiongkok di Indonesia. Kata ini dalam bahasa
Indonesia sering dipakai untuk menggantikan kata Cina yang kini memiliki konotasi negatif karena sering digunakan dalam nada merendahkan. http:id.wikipedia.org,
18:02, 1 Januari 2014
Berita mengenai orang Tionghoa di Medan Labuhan Deli telah diketahui pada tahun 1823. Masyarakat Tionghoa di Labuhan Deli merupakan pedagang yang membuka kedai di
Labuhan, meskipun jumlahnya sedikit, orang Tionghoa di Labuhan Deli menguasai perdagangan dan mengendalikan kegiatan ekspor dan impor di Selat Malaka. Sejak tahun 1930,
Kota Medan sudah maju berkat perkebunan di sekelilingnya. Kota Medan menjadi tempat orang Tionghoa perantauan mengecap sukses sebagai pedagang dan pengusaha. Selain itu,
orang Tionghoa juga berhasil membangun kehidupan seperti masyarakat Tionghoa di daratan Cina. Berkat kerja keras masyarakat Tionghoa di Medan, kota Medan menjadi salah satu kota
yang maju dan berkembang laju ekonominya dalam berbagai sektor bisnis khususnya
Universitas Sumatera Utara
perkebunan. Pada tahun 1930-1960, Hamdani 2012 : 6 menyatakan bahwa : “…dalam waktu kurang dari 25 tahun, Medan sudah disemarakkan oleh kota-kota baru lengkap dengan sarana
transportasi, komunikasi dan akomodasi modern khas Eropa”. Berdasarkan sejarah Tionghoa di atas, dapat disimpulkan bahwa budaya masyarakat Tionghoa sangat mempengaruhi tata cara
dan pemikiran serta metode bisnis sehingga dapat terus berkembang sampai sekarang, Hal ini dapat dilihat dari pengaruh dalam sektor bisnis, maupun politik. Semua ini tidak terlepas dari
pengaruh budaya dan gaya hidup masyarakat Tionghoa, upacara adat, etika bisnis, dan sebagainya. Setiap upacara dalam merayakan suatu hal terdapat makna, simbol, kepercayaan
dalam setiap peristiwa yang dilalui misalnya tahun baru imlek , festival-festival perayaan, pernikahan, kematian sampai dengan ulang tahun kelahiran.
Aktivitas tradisi yang dilakukan masyarakat Tionghoa masih dilakukan masyarakat Tionghoa sampai sekarang baik generasi tua maupun muda, namun hanya untuk perayaan-
perayaan festival besar seperti imlek dengan suasana merah, petasan dan lampion yang menghiasi kota Medan setiap tahun baru imlek, chengbeng dengan mengunjungi makam
leluhur atau saudara yang sudah meninggal, festival kue bulan dan bacang yang terlihat dari toko-toko yang menjual makanan tersebut saat festival. Namun dalam melaksanakan acara
ulang tahun kelahiran dengan tradisi Tionghoa hanya dilaksanakan oleh generasi yang lebih tua karena pengaruh perkembangan zaman.
Pelaksanaan perayaan tradisi merayakan ulang tahun kelahiran, Harus terlebih dahulu melihat kalender Tionghoa atau disebut juga nongli. Nongli digunakan untuk menentukan
pergantian 4 musim di daratan Cina sehingga para petani dapat menentukan masa tanam dan masa panen. Kalender Tionghoa disebut Kalender Agrikultur nónglì 农历農曆. Nongli
juga digunakan sebagai penunjuk waktu untuk festival dan perayaan seperti imlek, festival kue bulan, festival perahu naga, serta tanggal 1 dan 15 dalam kalender Tionghoa sebagai hari untuk
bersembahyang kepada para dewa. Selain sebagai penunjuk waktu dan umur, nongli juga
Universitas Sumatera Utara
digunakan sebagai penentu sifat dan peruntungan seseorang setiap tahunnya, berikut adalah penentuan sifat dan peruntungan berdasarkan nongli, misalnya:
Orang yang lahirnya tanggal 1: Anda sangat ingin tahu dan berdedikasi. Ketika anda berminat pada sesuatu, segala sesuatu yang lain harus menunggu. Hal ini adalah
kualitas anda. Tetapi jika anda belajar untuk lebih sabar dan mengakhiri apa yang anda mulai, anda akan menemui kesuksesan.http:yogi.saungit.org201101ramalan-
tanggal-lahir-dari tanggal-1.html, 14:30, 3 Februari 2014
Pada masyarakat Tionghoa tradisional, seseorang yang merayakan ulang tahun tidak dapat mengundang teman dari keluarga jauh. Namun setelah orang yang merayakan ulang
tahun berusia 50 tahun baru boleh mengundang kerabat dan keluarga jauh, Menurut Li Xiao Xiang 2001 : 98 “…Ulang tahun di dalam adat Tionghoa kuno biasanya tidak dirayakan
secara terbuka sebelum umur 50 tahun. ”..Apabila anak yang berulang tahun, biasanya orang tua akan memberi hadiah dan nasehat yang baik untuk anaknya. Apabila orang tua yang
berulang tahu, maka anak akan memberi hormat kepada orang tuanya dan memberi ucapan- ucapan selamat kepada orang tua. Perayaan ulang tahun terbuka biasanya dimulai dari ulang
tahun ke-50. Biasanya teman-temannya hanya dapat diundang oleh orang tuanya. Nio Joe Lan 2013:
237 menyatakan: “…Merayakan sendiri hari ulang tahunnya dan mengundang sendiri sahabat- sahabatnya, dianggap tidak sesuai dengan peradaban Tionghoa. Bahkan dianggap dengan
kesombongan.” Ucapan-ucapan selamat dan etika perayaan harus dilaksanakan agar masyarakat Tionghoa dapat terus mengingat pesan moral dan etika yang telah diajarkan oleh
leluhur. Dalam merayakan ulang tahun masyarakat Tionghoa, ruang utama harus dihias jika
peringatan ulang tahun dirayakan di rumah poster besar dengan huruf shou panjang umur ditempel di dinding. Tirai berwarna digantung di sekitar ruangan dan lilin merah dinyalakan di
samping kiri dan kanan huruf shou tersebut sebagai bentuk penghormatan kepada dewa panjang umur untuk mendoakan panjang umur bagi yang berulang tahun. Kemudian menjamu
Universitas Sumatera Utara
para tamu dengan makanan. Saat menjamu tamu, tokoh yang berulang tahun harus memakai pakaian baru dan duduk di tengah ruangan untuk menerima ucapan selamat dari para tamu,
menurut Li Xiao Xiang 2001 : 102 “…Jika orang yang memberi ucapan selamat berasal dari generasi yang sama, ia akan berdiri untuk menunjukkan rasa hormatnya. Untuk anak-anak
yang orang tuanya merupakan generasi yang lebih muda, ia akan memberi mereka angpao, setelah perayaan pesta pun dimulai.”
Setelah upacara, hal yang harus diperhatikan adalah simbol yang berhubungan dengan acara ulang tahun kelahiran yaitu kado pemberian dan makanan. Fu ChunJiang 2012: 133
mengatakan; “…Kunci 100 Keluarga adalah kunci umur panjang yang dibuat dari sumbangan keluarga dan teman”. Kunci tersebut terbuat dari gelang yang dimasukkan koin tembaga
Tiongkok zaman dahulu yang memiliki lubang di tengah koin tersebut. Koin ini biasanya diberikan tetangga dan kerabat sebagai hadiah bentuk berkat dan doa. Semakin banyak koin
yang diterima maka semakin banyak relasi dan kekerabatan yang baik. Untuk itu, harus berusaha lebih baik kepada semua orang dan melakukan instropeksi diri. Selain hadiah yang
diberikan juga terdapat hadiah yang dianggap pantangan seperti jam yang berarti kematian, gunting sebagai pemutusan hubungan, dan sebagainya.
Makanan dalam ulang tahun kelahiran Tionghoa memiliki arti masing-masing yaitu : Mie berarti panjang umur, Telur Merah berarti kesederhanaan dan kehidupan baru, Anggur panjang
umur dimana dalam aksara China kata anggur sama artinya dengan lama atau panjang waktunya sehingga berarti panjang umur, Persik berarti keabadian yang berarti berkah yang
tidak terbatas. Dan masih banyak lagi seperti kue kura-kura merah, mantou, dan sebagainya. Sampai saat ini, masyarakat Tionghoa di Medan masih menggunakan kalender Tionghoa
sebagai penunjuk waktu untuk festival dan perayaan seperti imlek, festival kue bulan, festival perahu naga, serta tanggal 1 dan 15 dalam kalender Tionghoa sebagai hari untuk
bersembahyang kepada para dewa. namun karena pengaruh modernisasi Barat, perayaan ulang
Universitas Sumatera Utara
tahun dirayakan lebih bebas pada umur berapa saja dan sebagian besar masyarakat Tionghoa di Kota Medan menggunakan kalender masehi.
Upacara ulang tahun kelahiran yang dilaksanakan masyarakat Tionghoa di Medan adalah merayakan dengan mentraktir teman, merayakan acara di restoran dan di rumah dengan
menyediakan kue tar, melakukan prosesi peniupan lilin, dekorasi yang digunakan menggunakan balon berwarna, dimana semua prosesi acara ulang tahun kelahiran tersebut
lebih condong ke budaya barat seperti di Eropa dan Amerika. Hal ini disebabkan oleh faktor keluarga dan lingkungan, sebagian besar menganggap hal-hal yang terdapat dalam tradisi
masyarakat Tionghoa dalam merayakan ulang tahun kelahiran adalah takhayul dan kuno, terutama bagi kalangan muda. Bagi kalangan yang lebih tua terpengaruh dari keturunannya
yang sudah tidak ingin melaksanakannya. Saat ini masyarakat Tionghoa di kota Medan, banyak yang merasa simbol-simbol dalam
merayakan ulang tahun terlalu merepotkan dan banyak pantangan . Sebagian besar masyarakat Tionghoa tidak menghiraukan tradisi tersebut, sedangkan untuk makanan dan kado disesuaikan
dengan kesukaan orang yang sedang berulang tahun. Kado yang seharusnya tidak boleh diberikan, tetapi diberikan juga. Sedangkan makanan, dekorasi, dan benda yang seharusnya
menjadi simbol tradisi tionghoa sudah mulai terlupakan. Tradisi dalam merayakan ulang tahun kelahiran Tionghoa memiliki makna yang sangat
penting dalam etika dan pemikiran budaya Tionghoa sehingga sangat penting dalam mempengaruhi gaya hidup masyarakat Tionghoa namun hanya sebagian kecil masyarakat yang
melaksanakannya, dalam merayakan ulang tahun masyarakat Tionghoa seharusnya menggunakan tanggal Nongli , dekorasi, simbol dan mematuhi tata cara yang secara turun
temurun diturunkan oleh leluhur agar tetap mengingat nilai-nilai moral dan etika tradisi Tionghoa dan tidak terpengaruh oleh kemajuan zaman untuk mengikuti tradisi budaya lain,
dalam hal ini masyarakat di kota Medan terpengaruh oleh budaya barat yang lebih
Universitas Sumatera Utara
mengutamakan hal-hal yang praktis dan memilih mengikuti budaya tersebut. Sehingga, apabila ditanya mengenai makna perayaan ulang tahun kelahiran Tionghoa, makna yang dijawab
berbeda dengan makna yang sebenarnya. Berdasarkan uraian di atas, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian mengenai
ulang tahun kelahiran masyarakat Tionghoa.. Penulis akan mencoba mengkaji lebih jelas
mengenai pergeseran makna ulang tahun kelahiran di kota Medan dengan judul “Pergeseran Makna Upacara Ulang Tahun Kelahiran Masyarakat Tionghoa di Kota Medan
”
1.2 Ruang Lingkup Penelitian