75
spastikkaku pad tubuhnya sehingga mengakibatkan membutuhkan waktu yang lama dalam melatih subyek dan juga harus penuh dengan
kehati-hatian. Selain itu juga sifat dia yang murah marah mengakibatkan orang tua DP harus benar-benar menjaga suasana hati
DP agar selalu baik dan ceria.
6. Faktor Pendorong Orang tua dalam Mengembangkan
Kemandirian Bina Diri Anak Cerebral palsy Tipe Spastik
Pengembangkan kemandirian bina diri pada anak cerebral palsy tipe spastik, orang tua juga mempunyai faktor pendorong agar
keinginannya untuk mampu memandirikan anaknya dalam melakukan bina diri dapat berhasil. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi
saat penelitian, diperoleh data tentang faktor yang mendorong orang tua dalam mengasuh DP, yaitu sebagai berikut:
Tabel 9. Display data Faktor Pendorong Orang tua dalam Mengembangkan Kemandirian Bina Diri Anak Cerebral
palsy Tipe Spastik
Aspek Data
Sumber Teknik
Pengumpulan Data
Faktor Pendorong
Orang tua dalam Mengembangkan
Kemandirian Bina Diri Anak
Cerebral
palsy Tipe Spastik
Semangat dari diri orang tua agar anak
mampu mandiri dan mengurangi
ketergantungan dengan orang lain.
1. Orang tua
2. Nenek
subyek Wawancara,
observasi
Pada tabel diatas, faktor pendorong yang menjadikan orang tua dan keluarga DP mau mengasuh DP agar mampu melakukan aktivitas
sehari-harinya secara mandiri yaitu semangat dari diri orang tua agar
76
anak mampu mandiri dan mengurangi ketergantungan dengan orang lain. Hal ini didapat berdasarkan wawancara dengan ibu EM yaitu
sebagai berikut: “faktor pendorongnya ya saya kepengen anak saya bisa mandiri
dalam melakukan aktivitas sehari-hari dia seperti bina diri tadi mbak. saya yakin anak saya bisa, dulu aja dia belum bisa ngapa-
ngapain. Sekarang di uda mampu mbak, ya walaupun kadang
masih perlu dibantu sedikit.”wawancara tanggal 12 April 2016
Nenek dari subyek juga mengatakan hal yang hampir serupa
dengan ibu DP, bahwa dalam mengembangkan kemandirian bina diri DP, keluarganya tidak merasa capek ataupun gampang menyerah.
Walaupun DP anaknya mengalami cerebral palsy bukan berarti harus dimanja. Keluarganya berpendapat kalau anak seperti DP harus dilatih
dengan tekun dan konsisten agar anak mampu mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-harinya. Hasil wawancara terhadap nenek
subyek yaitu sebagai berikut: “DP itu katanya dokter masih ringan cacatnya. Jadi kita punya
keyakinan buat ngajarin DP supaya bisa mandiri, dan juga DP itu seperti mudah mengerti saat diberi bimbingan, jadi ya kita sebagai
orang tua yakin DP mampu. Dia kayak gitu malah jangan di manja terus kan mbak. Keluarga, ibunya, saya, selalu ngajari DP setiap
dia ngerjakan yang bel
um bisa.” wawancara tanggal 26 April 2016
Faktor pendorong yang berupa semangat dari orang tua dan keluarga dalam mengembangkan kemandirian bina diri DP yiatu
terlihat pada saat peneliti mengamati cara orang tua melatih bina diri mandi saat DP kesulitan menyabuni tubuhnya. Beliau tidak gampang
menyerah mengajarkan walau DP mengatakan kalau dia tidak bisa.
77
ibunya tetep dengan tekun mengajarkan satu-persatu sampai anaknya mampu menggosok badannya walaupun hanya dengan busa sabun.
Berdasarkan pendapat keluarga DP dan juga hasil observasi saat penelitian, dapat dikatakan bahwa ada dorongan tersendiri dari
orangtuanya untuk mengembangkan kemandirian bian diri anaknya. Orang tua tidak mudah menyerah untuk memandirikan anaknya yang
mengalami cerebral palsy tipe spastik. Dengan memberikan pendidikan dan pendampingan terutama dalam mengembangkan
kemandirian bina diri pada siswa cerebral palsy tipe spastik, diharapkan kelak anak tersebut dapat menolong dirinya sendiri tanpa
tergantung pada orang lain.
C. Pembahasan Hasil Penelitian