63
ibunya mengatakan pada DP kalau DP pintar dan cantik, seperti berikut ini,
“Nahh, cantik kalau ditali rambutnya. Berhasil nali sendiri lagi. Pintar anak ibu.”
Berdasarkan hasil wawancara terhadap orang tua DP dan guru
kelas DP, dan juga berdasarkan hasil observasi diatas, dapat diketahui bahwa dalam memberikan pola asuh terhadap DP, berkaitan dengan
aktivitas sehari-harinya, orang tua menggunakan reward dan punishment. Reward yang diberikan kepada DP atas hasil aktivitas
bina diri yang telah dilakukan berupa pemberian ucapan dan pujian yang baik pada DP. Pada saat DP tidak mampu melakukan aktivitas
bina diri secara mandiri, DP mendapat hukuman berupa tidak mendapat pujian dan sampai dimarahi.
2. Sikap Pola Asuh Orang Tua dalam Mengembangkan Kemandirian
Bina Diri Anak Cerebral palsy
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi saat penelitian, sikap orang tua DP dalam mengasuh DP dalam mengembangkan
kemandirian bina dirinya, yaitu sebagai berikut:
64
Tabel 5. Display Data Sikap Pola Pola Asuh Orang Tua dalam Mengembangkan Kemandirian Bina Diri Anak Cerebral
palsy
Aspek Data
Sumber Teknik
Pengumpulan Data
Sikap Pola Pola Asuh Orang Tua
dalam Mengembangkan
Kemandirian Bina Diri
Anak Cerebral palsy
1. Orang
tua tidak
pernah memanjakan
DP 2.
Sikap menerima
anak dan
kontrol tinggi, memberikan
pelatihan sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan
anak,
3. memberikan
penjelasan tentang
perbuatan yang baik dan
buruk. Orang
tua subyek, nenek
subyek, Wawancara dan
observasi
Mengasuh anak terlebih pada anak berkebutuhan khusus, sikap orang tua sangat menentukan perkembangan dalam diri anak. Begitu
juga dengan mengasuh anak cerebral palsy tipe spastik. Sikap orang tua yang tidak memanjakan anaknya yang mempunyai kelainan
cerebral palsy tipe spastik dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti bina diri, akan berbeda hasilnya dengan orang tua yang
memanjakan anak cerebral palsy tipe spastik dalam melakukan aktivitas sehari-harinya. Hal ini dapat terlihat dari cara orang tua ketika
melihat anak mengalami kesulitanhambatan dalam melakukan aktivitas bina diri.
65
Pada tabel 4 diatas menjelaskan tentang sikap pola asuh orang DP terhadap DP dalam mengembangkan kemandirian bina diri DP. Ibu
EM selaku orang tua dari DP ketika mengetahui anaknya mengalami kekakuan pada tubuhnya yang mengakibatkan anaknya susah untuk
melakukan aktivitas bina diri secara mandiri, beliau tidak langsung patah semangat untuk mengajarkan DP cara melakukan bina diri secara
mandiri. Beliau merasa mempunyai tantangan besar untuk memandirikan anaknya yang mengalami cerebral palsy tipe spastik.
Ibu EM tidak pernah memanjakan DP. Beliau selalu memberikan pelatihan pelajaran akademik seperti di sekolah yang meliputi:
menulis, membaca, berhitung; belajar berbicara hingga sekarang DP sudah mampu dan lancar dalam berkomunikasi; dan juga melatih
melakukan bina diri agar mampu melakukannya secara mandiri. Semua aktivitas atau kegiatan sehari-hari yang berkaitan dengan
dirinya sendiri seperti mandi, makan, dilatihnya dari DP umur 5 tahun. Meskipun DP mengalami cerebral palsy tipe spastk, namun ibunya
mempunyai keinginan yang kuat dan percaya kalau DP mampu diajarkan melakukan bina diri.
Keluarga DP, utamanya ibu EM, dari DP lahir sudah menerima apapun kondisi dari DP. Namun sampai sekarang, ayahnya DP yang
masih kurang menerima kondisi DP. Walaupun begitu, beliau tetap mau membantu ibunya untuk memandirikan anaknya. Keluarga DP
memberikan pelatihan bina diri dengan cara menyesuaikan dengan
66
kemampuan yang dimiliki DP. Bina diri merupakan kebutuhan bagi setiap manusia, tidak terkecuali untuk anak cerebral palsy. Dengan
diberikan pelatihan bina diri secara rutin dan konsisten, DP akan mampu melakukan bina diri secara mandiri dan hal itu akan
mengurangi ketergantungan dengan orang lain. Pemberian pelatihan bina diri pada DP diberikan sesuai dengan
kemampuan DP. Orang tua dan keluarga besarnya tidak memaksa jika DP sedang lelah dan tidak mau belajar mengembangkan kemandirian
bina dirinya. Pemberian latian bina diri yang disesuaikan dengan kemampuan DP misalnya terlihat ada saat jam makan siang, DP diajari
cara makan yang meliputi memegang sendok yang benar, mengambil nasi, sayur, lauk dan memasukkan makanan ke mulut. Saat itu DP
tanpa mengeluh diajari cara makan, walaupun ia tampak kesulitan pada saat mengambil nasi. Dengan melihat kemampuan DP seperti itu,
orang tuanya melanjutkan sampai DP benar-benar bisa makan sendiri meskipun cara makannya membutuhkan waktu yang lama.
Pada saat memberikan pelatihan praktek bina diri pada DP, langkah awal yang dilakukan orang tua yaitu memberikan contoh cara
melakukannya, dilanjutkan dengan memberikan instruksi-instruksi menjelaskan satu persatu saat anak diajak untuk mencoba
melakukannya. Jika anak belum paham, maka orang tua membenarkan dengan cara memberikan contoh langsung dengan memperagakan
namun dengan menggunakan tangan. Misalnya, saat DP sedang
67
menyisir rambut, tapi dia belum bisa menyisir rambut bagian belakang, maka ibunya memberikan contoh dengan tangannya DP menyisir
rambut bagian belakang. Berdasarkan
hasil wawancara
dengan ibu
DP, dapat
tmengungkapkan hal sebagai berikut: “kemandirian itu bisa mengerjakan sendiri kan mbak, ya menurut
saya sangat perlu karena buat bekal anak saya kalo dewasa nanti. Coba kalau nanti sudah tidak ada saya, bapaknya, simbahnya. Kan
harus bisa mandiri kan mbak. Yang terpenting itu dia bisa melakukan sendiri aktivitas yang berkenaan dengan dirinya tanpa
merepotkan orang lain mbak.” wawancara tanggal 23 April 2016 Dilanjutkan oleh ibunya, yaitu sebagai berikut:
“saya ngasih intruksi dulu mbak dalam melatih anak bina diri, saya jelasin satu persatu lagi sambil anak ngerjain aktivitas tersebut.
Saya ga langsung tak bantuin saat DP menyelesaikan aktivitas itu. Kalau anak sudah jengkel karena ga bisa ya saya mengerjakan tapi
dengan tangan dia. Saya ajari secara langsung. Kalau tangannya sudah gamau ya saya ambil tindakan langsung mbak dengan cara
mengambil alih pekerjaan itu sambil saya ngasih penjelasan.” wawancara tanggal 21 April 2016
Perkataan Ibu DP tersebut juga didukung dengan hasil observasi pada tanggal 24 April 2016, saat DP melakukan bina diri mandi, Ibu DP
mengarahkan DP untuk menyiramkan air ke seluruh tubuhnya. Saat DP meminta bantuan untuk menggosokkan sabun ke punggungnya, Ibu DP
memberi contoh langsung dengan tangan DP sambil memberi penjelasan.
Dari penuturan Ibu EM dan hasil observasi pada Ibu EM diatas dapat diketahui bahwa ketika orang tua melihat anaknya mengalami
kesulitan dalam melakukan aktivitas bina diri, sikap orang tua tidak
68
langsung membantu atau mengambil alih pekerjaan siswa, melainkan dengan memberikan instruksi terlebih dahulu atau mengingatkan
anaknya. Pada saat dengan instruksi anak masih belum mengerti dan paham, hal yang dilakukan orang tua dengan memberikan contoh cara
melakukan aktivitas tersebut. Sehingga siswa akan lebih mudah memahami atau dapat belajar aktivitas bina diri dengan benar dari
yang dicontohkan oleh orang tuanya.Sikap pola asuh seperti itu dapat dilihat hasilnya pada perkembangan kemampuan bina diri siswa yang
semakin hari mengalami peningkatan.
3. Bimbingan