Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui bahwa adanya pengaruh pendidikan gizi terhadap asupan protein p=0,008. Hal ini juga didapati oleh
penelitian sebelumnya oleh Liu et al., 2009 di China dengan p 0,05. Adapun dari penelitian didapati adanya peningkatan terhadap pengetahuan tentang
sumber makanan protein sebesar 47,5 Tabel 5.6 dan Tabel 5.7. Berdasarkan metode foodrecall dari peneliti dapat diketahui adanya
peningkatan konsumsi ikan, daging ayam, dan susu. Jenis makanan ini merupakan sumber makanan protein tinggi Huffman, 2013. Penelitian oleh
Fraser et al., 2008 juga menyatakan adanya peningkatan asupan protein p=0.001 dan adanya peningkatan konsumsi susu baik susu segar, susu bubuk
ibu hamil, dan susu dicampur dengan sereal.
4. Asupan Lemak
Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui bahwa adanya pengaruh pen- didikan gizi terhadap asupan lemak responden dengan p value= 0,003 tabel 5.9.
Asupan lemak dalam kategori 90 AKG mengalami penurunan sebesar 17,5 dari proporsi responden yang termasuk kategori 90 AKG sebesar 97,5
menjadi 80. Penelitian yang sama juga didapati oleh Ford et al.,2008 adanya
peningkatan rata-rata asupan lemak ibu hamil setelah diberikan konseling gizi dengan p0,001. Berdasarkan penelitian ini juga untuk kategori asupan lemak
serupa dengan asupan energi, adanya pengaruh pendidikan gizi terhadap asupan lemak tetapi masih ditemukan tingginya proporsi ibu hamil yang masih termasuk
kategori tidak mencukupi angka kecukupan gizi sebesar 80 tabel 5.6. Bahan makanan sumber lemak relatif harganya lebih mahal sehingga asupan ibu masih
rendah dikalangan ibu dengan sosioekonomi rendah Fraser et al., 2008.
5. Asupan Serat
Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui bahwa tidak adanya pengaruh Pendidikan gizi dengan asupan serat responden dengan p value=0,463
tabel 5.7. Penelitian yang sama juga ditemukan oleh Garg and Kashyap 2006 tidak adanya peningkatan secara signifikan terhadap konsumsi sayur setelah
Universitas Sumatera Utara
konseling gizi. Hal ini juga ditemukan oleh Adi et al., 2012 tidak adanya perubahan bermakna terhadap serat seperti sayuran dan konsumsi buah.
Obayashi et al., 2003 dalam Mirsanjari et al., 2012 juga menyatakan bahwa faktor perubahan praktik gizi seseorang berdasarkan kebiasaan makan
seperti gaya hidup, demografi karateristik, selera makan, dan sosial dan faktor psikologi. Berdasarkan pertanyaan posttest pengetahuan didapati bahwa
meningkatnya responden yang menjawab benar tentang asupan serat hanya sebanyak 5 responden. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan tentang
serat masih kurang dipahami. Pola konsumsi sayur dan buah yang merupakan sumber serat juga dapat
dilihat masih rendah di penelitian Seiluri et al., 2010 pada pekerjaan profesional maupun pada orang yang tidak bekerja. Di Indonesia sendiri tingginya prevalensi
kurang makan buah dan sayur pada penduduk umur 10 tahun adalah 93.6 Kemenkes, 2013. Hal ini menunjukkan bahwa gaya hidup sekarang masih
kurang asupan serat. Berdasarkan wawancara metode foodrecall, responden memilih jenis
makanan sayur bayam daripada sayur lainnya. Rata-rata responden tidak mengkonsumsi buah. Berdasarkan penelitian Ford et al., 2008 buah merupakan
sumber makanan yang relatif lebih mahal dan terbatas sehingga didapati ibu kurang mengkonsumsi buah sebagai asupan serat , sedangkan sayur didapati ibu
kurang selera makan untuk asupan sayur.
6. Asupan Besi