Gambaran Perilaku Ibu dalam Pemanfaatan KMS dan Status Gizi Baduta di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015

(1)

GAMBARAN PERILAKU IBU DALAM PEMANFAATAN KMS DAN STATUS GIZI BADUTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

LAWE PERBUNGA KECAMATAN BABUL MAKMUR KABUPATENACEH TENGGARA TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH

ROSANTI LISNAWATI SIAGIAN NIM : 121021039

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

GAMBARAN PERILAKU IBU DALAM PEMANFAATAN KMS DAN STATUS GIZI BADUTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

LAWE PERBUNGA KECAMATANBABUL MAKMUR KABUPATEN ACEH TENGGARA TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

ROSANTI LISNAWATI SIAGIAN NIM : 121021039

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

(4)

ABSTRAK

Perilaku ibu dalam penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) terdiri dari tiga domain yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari mempengaruhi status gizi balita oleh karena dalam KMS terdapat pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku ibu dalam pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) dan status gizi balita di wilayah kerja Posyandu Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015 yang dilakukan pada bulan Agustus 2014-Juli 2015 dengan jumlah reponden 83 orang ibu yang memiliki baduta.Penelitian ini bersifat deskriptif dengan teknik pengambilan sampel yaitu proportionate random sampling. Instrumen penelitian berupa kuesioner pengetahuan, kuesioner sikap, kuesioner tindakan, dan penilaian status gizi baduta dengan indikator BB/U, TB/U dan BB/TB.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu dalam pemanfaatan KMS paling banyak pada kategori kurang sebanyak 46 orang (55,4%),sikap ibu dalam pemanfaatan KMS paling banyak pada kategori cukup sebanyak 43 orang (51,8%), sedangkan tindakan ibu dalam pemanfaatan KMS paling banyak pada kategori cukupsebanyak 55 orang (66,3%), serta status gizi baduta dengan indikator BB/U mayoritas gizi baik sebanyak 78 baduta (94,0%), status gizi dengan indikator TB/U mayoritas normal sebanyak 74 baduta (89,2%) dan status gizi berdasarkan indikator BB/TB mayoritas adalah normal sebanyak 80 baduta (96,4%). Hasil tabulasi silang pengetahuan dan tindakan menunjukkan bahwa yang yang paling banyak adalah pengetahuannya kurang tetapi tindakannya baik dan cukup. Yang tindakannya baik lebih banyak memiliki sikap yang kurang sedangkan tindakannya yang cukup memiliki sikap yang baik. Yang melakukan tidakan cukup memiliki status gizi baduta yang lebih tinggi daripada yang melakukan tindakan yang baik. Walaupun tindakan ibu baik tetapi masih dijumpai baduta yang mengalami status gizi yang kurang dan yang masih pendek.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa walaupun pengetahuan ibu dalam pemanfaatan KMS masih kurang tetapi tindakan ibu dalam pemanfaatan KMS cukup baik. Sedangkan sikap ibu baik tetapi tindakannya cukup, sikapnya cukup tetapi tindakannya baik. Sehingga disarankan pihak puskesmas perlu memberikan informasi yang lebih intensif dan berkesinambungan agar terjadi perubahan perilaku yang l;ebih baik dan kepada ibu untuk tetap memantau pertumbuhan dan perkembangan balita setiap bulan melalui KMS.


(5)

ABSTRACK

Mother's behavior in the use Health Card consists of three domains, namely knowledge, attitudes, and actions in daily life affect nutritional status because of the KMS are monitoring the growth and development of infants. This study aims to reveal the mother's behavior in the utilization Towards Health Card and nutritional status of children in the region of Integrated Health Care Center ofLawePerbungaat Babul Makmur District of Southeast Aceh Regency in 2015 were carried out in August 2014-July 2015 with the 83 mothers who have children under two years old as respondents. This is a descriptive study with a sampling technique that is proportionate random sampling. The research instrument was a questionnaire of knowledge, attitude questionnaire, questionnaire action, and assessment of nutritional status indicator from children under two years old with weight/ age, height / age and weight / height.

The results showed that the mother's knowledge in the use of KMS most in less category as much as 46 people (55.4%), the attitude of the mother in the use of KMS most in the category of quite as many as 43 people (51.8%), while the mother's actions in using KMS most in the category of pretty much as 55 people (66.3%), as well as nutritional status indicator of children under two years old with weight / age majority of good nutrition as much as 78 children under two years old (94.0%), nutritional status and indicators of height / age normal majority of 74 children under two years old (89.2%) and nutritional status based on indicators weight / height is a normal majority of 80 children under two years old (96.4%). Results of cross tabulation shows that knowledge and action are most lackingknowledge but action is good and sufficient. Whose actions are both more likelyto have an attitude that is less while the actions are enough to have a goodattitude. An act which did have sufficient nutritional status children under twoyears old higher than that perform good actions. Although the act of mother isgood but still found children under two years old who have poor nutritional statusand are still short.

Based on these results we can conclude that although the mother's knowledge inthe use of KMS is still lacking, but the action of mothers in the use of KMS prettygood. While the mother's attitude is quite good but their actions are good enough,their attitude quite good but their actions are good. So we advised to the clinic to provide more intensive and sustained information for getting better behavioral changeand that mothers continue to monitor the growth and development of infants every month through KMS.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rosanti Lisnawati Siagian Tempat Lahir : Lawe Mantik

Tanggal Lahir : 21 Oktober 1989 Suku Bangsa : Indonesia

Agama : Katholik

Anak ke : 1 dari 2 bersaudara

Nama Ayah : Parlin Siagian

Suku Bangsa Ayah : Indonesia

Nama Ibu : Alm Berliana br. Manjuntak Suku Bangsa Ibu : Indonesia

Pendidikan Formal

1. SD/Tamatan tahun : SD Santo Yoseph 1996-2002

2. SLTP/Tamatan tahun : SLTP N2 Tj. Beringin Sergai 2002-2005 3. SLTA/Tamatan tahun : SLTA Panti Harapan 2005-2008

4. Akademi/Tamatan tahun : STIKes Imelda Medan 2008-2011 5. Lama studi di FKM USU : 2012 - 2015


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Perilaku Ibu dalam Pemanfaatan KMS dan Status Gizi Baduta di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015”.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada orang tua angkat tercinta Karolus Lanang Ona, SVD dan opung tersayang Op. Lisna br. Manurung yang tiada henti memberikan kasih sayang, selalu mendoakan penulis dan yang selalu memberikan arahan serta motivasi dan dukungan material kepada penulis dalam membuat skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun sehingga dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca untuk kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Gizi Kesehatan Masyarakat. Dalam penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi, selaku ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(8)

3. Ir. Etti Sudaryati, MKM, PhD, selaku dosen pembimbing I dan Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi, selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan banyak waktu dan memberikan bimbingan hingga selesainya skripsi ini. 4. Ernawati Nasution, SKM, M.Kes dan Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si,

selaku dosen penguji dalam skripsi ini.

5. dr. Johannes Naibaho, selaku Kepala Puskesmas Lawe Perbunga yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis untuk melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara.

6. Seluruh dosen serta Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, khususnya Dosen dan Staf Departemen Kesehatan Gizi Masyarakat yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

7. Bapak Marihot Samosir, ST yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini dalam hal segala urusan yang terkait surat menyurat di Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat.

8. Adik-adik tersayang Ocha Siagian dan Angel Siagian, beserta saudara-saudara Leo Nababan, Fadli Nababan, Freeson Sihombing, Eka Elisa Nababan, Evan Nbbn dan Odylia Nbbn yang selalu memberikan dukungan kepada penulis. 9. Untuk sahabat-sahabat terbaikku Jenri Siahaan, Jojo, Irawati, Gea, Aprida,

Kepuk, Nita, Wani, Alvira Ginting, Vira Dewinta, Kamal, Kak Eli, Maria dan kak Yuni yang membantu dan selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.


(9)

10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin. Namun demikian, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun agar kedepannya menjadi lebih baik.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2015 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN... i

ABSTRAK ... .ii

ABSTRACK ... ...iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 8 1.3 Tujuan Penelitian 8

1.4 Manfaat Penelitian 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Ibu 10 2.1.1 Pengetahuan Ibu dalam Pemanfaatan KMS ... 12

2.1.2 Sikap Ibu dalam Pemanfaatan KMS ... 15

2.1.3 Tindakan Ibu dalam Pemanfaatan KMS ... 16

2.2 Kartu Menuju Sehat (KMS) 17

2.3 Status Gizi 20

2.3.1 Penilaian Status Gizi ... 21

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi... 24

2.4 HubunganPerilakuPemanfaatan KMS dan Status Gizi 25

2.5 Kerangka konsep 27

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian 28 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 28 3.3 Populasi dan Sampel … 28 3.3.1 Populasi ... 28

3.3.2 Sampel ... 29

3.4 Metode Pengumpulan Data 30 3.4.1 Data Primer ... 30


(11)

3.5 Defenisi Operasional 31

3.6 Aspek Pengukuran 32

3.7 Pengolahan dan Analisis Data 34 3.7.1 Pengolahan Data... 34

3.7.2 Analisa Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 36

4.2 Karakteristik Responden ... 37

4.3 Karakteristik Baduta... 37

4.4 Perilaku ibu dalam Pemanfaatan KMS ... 38

4.4.1 Distribusi Pengetahuan Ibu dalam Pemanfaatan KMS ... 38

4.4.2 Distribusi Sikap dalam Pemanfaatan KMS ... 39

4.4.3 Distribusi Tindakan Ibu dalam Pemenfaatan KMS ... 42

4.5 Status Gizi Baduta ... 43

4.6 Pengetahuan Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 44

4.7 Sikap Berdasarkan Pengetahuan ... 45

4.8 Tindakan Berdasarkan Pengetahuan ... 46

4.9 Tindakan Berdasarkan Sikap... 46

5.0 Status Gizi Berdasarkan Pengetahuan ... 47

5.1 Status Gizi Berdasarkan Sikap ... 48

5.2 Status Gizi Berdasarkan Tindakan ... 50

5.3 Status Gizi Berdasarkan Umur Baduta ... 51

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Perilaku Ibu dalam Pemanfaatan KMS ... 54

5.2 Status Gizi Baduta ... 61

5.3 Pengetahuan Ibu Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 62

5.4 Sikap Berdasarkan Pengetahuan ... 64

5.5 Tindakan Berdasarkan Pengetahuan ... 65

5.6 Tindakan Berdasarkan Sikap... 66

5.7 Status Gizi Berdasarkan Pengetahuan ... 67

5.8 Status Gizi Berdasarkan Sikap ... 69

5.9 Status Gizi Berdasarkan Tindakan ... 70

6.0 Status Gizi Berdasarkan Umur Baduta ... 71

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 75

6.2 Saran ... 76


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori Status Gizi Berdasarkan Indikator yang Digunakan ... 23

Tabel 3.1 Jumlah Posyandu dan Jumlah Baduta di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga ... 29

Tabel 3.2 Nama Posyandu dan Jumlah Sampel yang Diambil ... 30

Tabel 3.3 Kategori Status Gizi Berdasarkan Indikator yang Digunakan ... 34

Tabel 4.1 Nama Posyandu dan Jumlah Baduta Setiap Posyandu ... 36

Tabel 4.2 Distribusi Ibu Berdasarkan Umur dan Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015 ... 37

Tabel 4.3 Distribusi Baduta Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015 ... 38

Tabel 4.4 Distribusi Pengukuran Pengetahuan Ibu dalam Pemanfaatan KMS di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015 ... 38

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Pertanyaan Pengetahuan Ibu dalam Pemanfaatan KMS di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015 ... 39

Tabel 4.6 Distribusi Pengukuran Sikap Ibu dalam Pemanfaatan KMS di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015 ... 40

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Pernyataan Sikap Ibu dalam Pemanfaatan KMS di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015 . 41 Tabel 4.8 Distribusi Pengukuran Tindakan Ibu dalam Pemanfaatan KMS di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015 ... 42


(13)

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Pertanyaan Tindakan Ibu dalam Pemanfaatan KMS di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara

Tahun 2015 ... 43 Tabel 5.0 Distribusi Status Gizi Baduta Berdasarkan Berat Badan/Umur (BB/U)

di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul

makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015 ... 44 Tabel 5.1 Distribusi Status Gizi Baduta Berdasarkan Tinggi Badan/Umur (TB/U)

di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul

makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015 ... 44 Tabel 5.2 Distribusi Status Gizi Baduta Berdasarkan Berat Badan/Tinggi Badan

(BB/TB) di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015 ... 44 Tabel 5.3 Distribusi Pengetahuan dalam Pemanfaatan KMS Berdasarkan Tingkat

Pendidikan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara

Tahun 2015 ... 45 Tabel 5.4 Distribusi Pengetahuan dalam Pemanfaatan KMS Berdasarkan Tingkat

Pendidikan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara

Tahun 2015 ... 45 Tabel 5.5 Distribusi Sikap Berdasarkan Pengetahuan Ibu dalam Pemanfaatan

KMS di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015 ... 46 Tabel 5.6 Distribusi Tindakan Berdasarkan Pengetahuan Ibu dalam Pemanfaatan

KMS di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015 ... 46 Tabel 5.7 Distribusi Status Gizi dengan Indikator BB/U Berdasarkan

Pengetahuan Ibu dalam Pemanfaatan KMS di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015 ... 47 Tabel 5.8 Distribusi Status Gizi dengan Indikator TB/U Berdasarkan Pengetahuan

Ibu dalam Pemanfaatan KMS di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015 ... 48


(14)

Tabel 5.9 Distribusi Status Gizi dengan Indikator BB/TB Berdasarkan Pengetahuan Ibu dalam Pemanfaatan KMS di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015 ... 48 Tabel 6.0 Status Gizi dengan Indikator BB/U Berdasarkan Sikap Ibu dalam

Pemanfaatan KMS di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara

Tahun 2015 ... 49 Tabel 6.1 Status Gizi dengan Indikator TB/U Berdasarkan Sikap Ibu dalam

Pemanfaatan KMS di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara

Tahun 2015 ... 49 Tabel 6.2 Status Gizi dengan Indikator BB/TB Berdasarkan Sikap Ibu dalam

Pemanfaatan KMS di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara

Tahun 2015 ... 50 Tabel 6.3 Status Gizi dengan Indikator BB/U Berdasarkan Tindakan Ibu dalam

Pemanfaatan KMS di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara

Tahun 2015 ... 50 Tabel 6.4 Status Gizi dengan Indikator TB/U Berdasarkan Tindakan Ibu dalam

Pemanfaatan KMS di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara

Tahun 2015 ... 51 Tabel 6.5 Status Gizi dengan Indikator BB/TB Berdasarkan Tindakan Ibu dalam

Pemanfaatan KMS di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara

Tahun 2015 ... 51 Tabel 6.6 Status Gizi dengan Indikator BB/U Berdasarkan Umur Baduta di

Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015 ... 52 Tabel 6.7 Status Gizi dengan Indikator TB/U Berdasarkan Umur Baduta di

Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015………52 Tabel 6.8 Status Gizi dengan Indikator BB/TB Berdasarkan Umur Baduta di

Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015 ... 53


(15)

DAFTAR GAMBAR


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner ... 81

Lampiran 2. Master Data ... 84

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian ... 87


(17)

ABSTRAK

Perilaku ibu dalam penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) terdiri dari tiga domain yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari mempengaruhi status gizi balita oleh karena dalam KMS terdapat pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku ibu dalam pemanfaatan Kartu Menuju Sehat (KMS) dan status gizi balita di wilayah kerja Posyandu Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015 yang dilakukan pada bulan Agustus 2014-Juli 2015 dengan jumlah reponden 83 orang ibu yang memiliki baduta.Penelitian ini bersifat deskriptif dengan teknik pengambilan sampel yaitu proportionate random sampling. Instrumen penelitian berupa kuesioner pengetahuan, kuesioner sikap, kuesioner tindakan, dan penilaian status gizi baduta dengan indikator BB/U, TB/U dan BB/TB.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan ibu dalam pemanfaatan KMS paling banyak pada kategori kurang sebanyak 46 orang (55,4%),sikap ibu dalam pemanfaatan KMS paling banyak pada kategori cukup sebanyak 43 orang (51,8%), sedangkan tindakan ibu dalam pemanfaatan KMS paling banyak pada kategori cukupsebanyak 55 orang (66,3%), serta status gizi baduta dengan indikator BB/U mayoritas gizi baik sebanyak 78 baduta (94,0%), status gizi dengan indikator TB/U mayoritas normal sebanyak 74 baduta (89,2%) dan status gizi berdasarkan indikator BB/TB mayoritas adalah normal sebanyak 80 baduta (96,4%). Hasil tabulasi silang pengetahuan dan tindakan menunjukkan bahwa yang yang paling banyak adalah pengetahuannya kurang tetapi tindakannya baik dan cukup. Yang tindakannya baik lebih banyak memiliki sikap yang kurang sedangkan tindakannya yang cukup memiliki sikap yang baik. Yang melakukan tidakan cukup memiliki status gizi baduta yang lebih tinggi daripada yang melakukan tindakan yang baik. Walaupun tindakan ibu baik tetapi masih dijumpai baduta yang mengalami status gizi yang kurang dan yang masih pendek.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa walaupun pengetahuan ibu dalam pemanfaatan KMS masih kurang tetapi tindakan ibu dalam pemanfaatan KMS cukup baik. Sedangkan sikap ibu baik tetapi tindakannya cukup, sikapnya cukup tetapi tindakannya baik. Sehingga disarankan pihak puskesmas perlu memberikan informasi yang lebih intensif dan berkesinambungan agar terjadi perubahan perilaku yang l;ebih baik dan kepada ibu untuk tetap memantau pertumbuhan dan perkembangan balita setiap bulan melalui KMS.


(18)

ABSTRACK

Mother's behavior in the use Health Card consists of three domains, namely knowledge, attitudes, and actions in daily life affect nutritional status because of the KMS are monitoring the growth and development of infants. This study aims to reveal the mother's behavior in the utilization Towards Health Card and nutritional status of children in the region of Integrated Health Care Center ofLawePerbungaat Babul Makmur District of Southeast Aceh Regency in 2015 were carried out in August 2014-July 2015 with the 83 mothers who have children under two years old as respondents. This is a descriptive study with a sampling technique that is proportionate random sampling. The research instrument was a questionnaire of knowledge, attitude questionnaire, questionnaire action, and assessment of nutritional status indicator from children under two years old with weight/ age, height / age and weight / height.

The results showed that the mother's knowledge in the use of KMS most in less category as much as 46 people (55.4%), the attitude of the mother in the use of KMS most in the category of quite as many as 43 people (51.8%), while the mother's actions in using KMS most in the category of pretty much as 55 people (66.3%), as well as nutritional status indicator of children under two years old with weight / age majority of good nutrition as much as 78 children under two years old (94.0%), nutritional status and indicators of height / age normal majority of 74 children under two years old (89.2%) and nutritional status based on indicators weight / height is a normal majority of 80 children under two years old (96.4%). Results of cross tabulation shows that knowledge and action are most lackingknowledge but action is good and sufficient. Whose actions are both more likelyto have an attitude that is less while the actions are enough to have a goodattitude. An act which did have sufficient nutritional status children under twoyears old higher than that perform good actions. Although the act of mother isgood but still found children under two years old who have poor nutritional statusand are still short.

Based on these results we can conclude that although the mother's knowledge inthe use of KMS is still lacking, but the action of mothers in the use of KMS prettygood. While the mother's attitude is quite good but their actions are good enough,their attitude quite good but their actions are good. So we advised to the clinic to provide more intensive and sustained information for getting better behavioral changeand that mothers continue to monitor the growth and development of infants every month through KMS.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Makanan yang diberikan pada balita akan bermanfaat untuk pertumbuhan badan, karena itu status gizi dan pertumbuhan dapat dipakai sebagai ukuran untuk memantau kecukupan gizi balita. Kecukupan asupan yang dimakan dapat dipantau dengan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat). Daerah diatas garis merah dibentuk oleh pita warna kuning, hijau muda, hijau tua dan kuning. Setiap pita mempunyai nilai 5% perubahan baku. Diatas kurva 100% adalah status gizi lebih, diatas 80% sampai dengan batas 100% adalah status gizi normal yang digambarkan oleh pita warna hijau muda sampai hijau tua.

Pemantauan tumbuh kembang balita sangat penting dilakukan untuk mengetahui adanya hambatan pertumbuhan secara dini. Untuk mengetahui pertumbuhan tersebut, penimbangan setiap bulan sangat diperlukan. Penimbangan balita dapat dilakukan diberbagai tempat seperti poskesdes, posyandu, puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan lainnya. Dalam Riskesdas (2007), ditanyakan frekuensi penimbangan dalam 6 bulan terakhir yang dikelompokkan menjadi: tidak pernah ditimbang dalam 6 bulan terakhir, ditimbang 1-3 kali yang berarti penimbangan tidak teratur dan 4-6 kali yang berarti penimbangan teratur. Data pemantauan ditanyakan kepada ibu balita atau anggota rumah tangga yang mengetahui.

Provinsi Aceh dalam meningkatkan kesehatan balita berdasarkan data dari Dinas Kesehatan bahwa pemantauan pertumbuhan balita dengan naik berat


(20)

badannya (N/D) hanya 52,2%, tingkat partisipasi (D/S) 65,9% yang belum mencapai target (80%), dan balita mendapatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) atau K/S yaitu 81%. Pada tahun 2012 mengalami peningkatan dengan cakupan naik berat badannya (N/D) hanya 54,7%, tingkat partisipasi (D/S) 63,3% yang belum mencapai target (80%), dan balita mendapatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) atau K/S yaitu 79%. Pemantauan pertumbuhan balita tahun 2011 di Kabupaten Aceh Tenggara belum optimal karena balita yang naik berat badannya (N/D) hanya 53,64%, tingkat partisipasi (D/S) 68,4% yang belum mencapai target (80%), dan balita mendapatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) atau K/S yaitu 86%. Pada tahun 2012 terjadi peningkatan dengan cakupan anak naik berat badannya (N/D) hanya 61,4%, tingkat partisipasi (D/S) 69,4% yang belum mencapai target 80%, dan balita mendapatkan Kartu Menuju Sehat (KMS) atau K/S yaitu 91%.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Merdawati dan Putri menunjukkan bahwa 73,1% ibu mempunyai pengetahuan yang baik tentang grafik dan 29,6% mempunyai pengetahuan kurang dari 134 ibu balita yang diteliti. Ibu yang mempunyai pengetahuan baik tentang pola pemberian makanan pada balita sebanyak 48,5% dan 40,3% ibu mempunyai pengetahuan kurang. Ibu yang mempunyai sikap peduli dalam menindaklanjuti arah grafik hasil penimbangan berat badan pada balita sebanyak 51,5% sedangkan 40,3% ibu balita kurang peduli. Penelitian ini juga mendapatkan 82,8% ibu teratur menimbang berat badan ke posyandu dan hanya 3,7% ibu yang tidak. Ibu yang bertindak benar dalam memberikan makanan sesuai usia balita sebanyak 96,3% dan 53,7% tidak sesuai


(21)

usia. Status gizi balita pada penelitian ini 64,9% baik, 30,6% kurang dan ditemukan juga 4,5% balita gizi lebih.

Data Riset Kesahatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 menunjukkan bahwa menurut kelompok umur persentase kepemilikan KMS lebih tinggi pada anak umur di bawah 12 bulan (36,7 – 42,6%), dan hanya 12,4% pada anak 48-59 bulan. Menurut tipe daerah, di perkotaan persentase kepemilikan KMS 28,7% lebih tinggi dibandingkan daerah perdesaan 20,0%. Persentase balita yang memiliki KMS, dimana secara keseluruhan hanya 23,3% balita yang mempunyai KMS dan dapat menunjukkan, sedangkan 41,7% mengatakan punya KMS tetapi tidak dapat menunjukkan. Sisanya sebesar 35,0% tidak mempunyai KMS. Terlihat ada kecenderungan semakin bertambahnya usia anak, makin rendah cakupan penimbangan rutin (≥4 kali). Sebaliknya usia anak yang masih dini akan tinggi persentase anak yang ditimbang. Cakupan penimbangan balita tidak berbeda antar jenis kelamin, tetapi sedikit berbeda menurut tipe daerah dengan cakupan penimbangan ≥4 kali dalam 6 bulan terakhir sedikit lebih tinggi di daerah perkotaan 47,5% dibanding di daerah perdesaan 44,1%. Cakupan penimbangan rutin (≥4 kali dalam 6 bulan) tidak banyak berbeda menurut tingkat pendidikan kepala keluarga maupun tingkat pengeluaran per kapita. Perbedaan hanya 6,7% untuk tingkat pendidikan dan 1,6% untuk tingkat pengeluaran per kapita.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Situmorang (2014) menunjukkan bahwa pengetahuan ibu dalam penggunaan KMS mayoritas berpengetahuan baik sebanyak 74,4%, sikap ibu paling banyak yaitu 83,7% yang


(22)

mempuyai sikap positif, sedangkan tindakan mayoritas mempuyai tindakan baik sebanyak 77,9%, serta status gizi balita 72,1% dalam keadaan status gizi baik.

Laporan hasil Riskesdas Nanggro Aceh Darussalam (NAD) 2007 frekuensi penimbangan dalam 6 bulan terakhir dikelompokkan menjadi tidak pernah, 1-3 kali, dan 4-6 kali. Secara umum sebesar 17,0% balita di Provinsi NAD tidak pernah ditimbang dan yang rutin menimbang balitanya 47,4%. Kabupaten Gayo Lues mempunyai presentase tertinggi yang tidak pernah menimbang balitanya. Sebaliknya balita yang rutin ditimbang (>4 kali) tertinggi di Kabupaten Aceh Barat Daya 79,0% dan terendah di Kabupaten Aceh Tenggara 4,3%.Secara umum di Provinsi NAD hanya 18,8% balita yang mempunyai dan dapat menunjukkan KMS, terendah di Aceh Tenggara 3,1% dan tertinggi di Aceh Utara 33,6%. Sebagian besar mengaku mempunyai KMS tetapi tidak dapat menunjukkan sebanyak 41,4% dan Aceh Tenggara sebanyak 39,1% dan yang tidak mempunyai KMS sebesar 39,8%, dan Aceh Tenggara sebanyak 57,8%.

Pemantauan melalui KMS ini dapat mengetahui bahwa balita mengalami status gizi yang baik atau tidak baik, sehingga erat kaitannya dengan status gizi pada balita. Menurut hasil UNICEF-WHO-The World Bank joint child malnutrition estimates (2012), diperkirakan 165 juta anak usia dibawah lima tahun diseluruh dunia mengalami stunting mengalami penurunan dibandingkan dengan sebanyak 253 juta tahun 1990. Tingkat prevalensi stunting tinggi di kalangan anak di bawah usia lima tahun terdapat di Afrika 36% dan Asia 27%, dan sering belum diakui sebagai masalah kesehatan masyarakat. Sementara diperkirakan terdapat 101 juta anak dibawah usia lima tahun di seluruh dunia mengalami masalah berat


(23)

badan kurang, menurun dibandingkan dengan perkiraan sebanyak 159 juta pada tahun 1990. Meskipun prevalensi stunting dan berat badan kurang pada anak usia dibawah lima tahun mengalami penurunan sejak tahun 1990, rata-rata kemajuan kurang berarti dengan jutaan anak masih termasuk dalam katagori beresiko.

Di Indonesia, salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sedang kita hadapi saat ini adalah beban ganda masalah gizi. Pada tahun 1990, prevalensi gizi kurang dan gizi buruk sebanyak 31%, sedangkan pada tahun 2010 terjadi penurunan menjadi 17,9%. Berdasarkan data Riskesdas (2010) prevalensi gizi lebih pada balita sebesar 14,0 %, meningkat dari keadaan tahun 2007 yaitu sebesar 12,2 %. Masalah gizi lebih yang paling mengkhawatirkan terjadi pada perempuan dewasa yang mencapai 26,9% dan laki-laki dewasa sebesar 16,3%.

Secara nasional status gizi anak di Indonesia masih menjadi masalah. Berdasarkan data dari Riskesdas (2013), prevalensi berat-kurang pada tahun 2013 adalah 19,6% yang terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang. Berarti masalah gizi berat-kurang di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang mendekati prevalensi tinggi. Prevalensi masalah gizi pada tahun 2013 juga meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2007 (18,4%) dan tahun 2010 (17,9%). Terdapat 19 dari 33 provinsi di Indonesia yang memiliki prevalensi gizi kurang dan gizi buruk di atas angka prevalensi nasional, yaitu berkisar antara 21,2% sampai dengan 33,1% dan Nanggro Aceh Darussalam berada pada urutan ke-7. Secara nasional 10 kabupaten/kota dengan prevalensi gizi buruk dan gizi kurang pada balita tertinggi berturut-turut adalah Aceh Tenggara 48,7%, Rote Ndao 40,8%, Kepulauan Aru 40,2%, Timor Tengah Selatan 40,2%, Simeuleu


(24)

39,7%, Aceh Barat Daya 39,1%, Mamuju Utara 39,1%, Tapanuli Utara 38,3%, Kupang 38,0% dan Buru 37,6%.

Tinggi rendahnya prevalensi gizi buruk dan gizi kurang mengindikasikan ada tidaknya masalah gizi pada balita, tetapi tidak memberikan indikasi apakah masalah gizi tersebut bersifat kronis atau akut. Secara umum prevalensi gizi buruk di Nanggroe Aceh Darussalam adalah 10,7% dan gizi kurang 15,8%. Sebanyak 8 kabupaten masih memiliki prevalensi gizi buruk di atas prevalensi provinsi NAD. Prevalensi nasional untuk gizi buruk dan kurang adalah 18,4%. Bila target pencapaian program perbaikan gizi (RPJM) tahun 2015 sebesar 20% dan target MDGs untuk Indonesia sebesar 18,5%. Dari 21 kabupaten/kota hanya 5 kabupaten yang sudah mencapai target nasional, yaitu kabupaten Aceh Tengah, Gayo Lues, Bener Meriah, Banda Aceh, dan Sabang. Bila dibandingkan dengan target MDGs 2015 maka hanya ada 4 kabupaten/kota yang sudah mencapai target yaitu: Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Banda Aceh dan Kota Sabang. Gizi buruk tertinggi di urutan pertama berada di kabupaten Aceh Tenggara sebesar 29,6% dan gizi kurang berada di uratan ke-4 sebesar 19,2%. Di Provinsi NAD masalah gizi lebih sudah perlu diperhatikan. Secara umum,prevalensi balita gizi lebih sebesar 4,2%. Ada 3 kabupaten/kota yang harus diwaspadai karena memiliki prevalensi gizi lebih 10%, yaitu Kabupaten Aceh Timur, Gayo Lues danKota Langsa (Riskesdas NAD, 2007).

Puskesmas Lawe Perbungan merupakan salah satu puskesmas yang berada di Kabupaten Aceh Tenggara yang terdiri dari 11 posyandu, dimana masih ditemukannya gizi buruk, gizi kurang dan banyak ditemukannya ibu yang tidak


(25)

memiliki dan tidak membawa KMS pada saat posyandu. Berdasarkan survei awal yang penulis lakukan di wilayah kerja Puskesmas Lawe Perbunga di dapat bahwa dari 183 bayi dan 763 balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Lawe Perbunga terdapat 652 yang memiliki KMS dan 491 balita yang ditimbang, 4 balita yang mengalami gizi kurangdan 2 balita yang mengalami gizi buruk. Setelah bertanya kepada beberapa ibu balita tentang pemanfaatan KMS, penulis mendapat jawaban bahwa para ibu balita tersebut tidak memiliki KMS dan secara langsung tidak mengetahui pemanfaatan KMS. Para ibu juga mengatakan bahwa mereka tidak lagi membawa balitanya ke posyandu atau pelayanan kesehatan lainnya untuk ditimbang berat badannya atau pemeriksaan lainnya setelah balita mendapatkan imunisasi lengkap dari bidan desanya karena ibu tidak mendapatkan roti dan susu gratis dari petugas pelayanan kesehatan. Hal ini juga dibenarkan oleh tenaga kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan waktu posyandu, tenaga kesehatan ataupun bidan desa mengatakan banyak dari para ibu yang tidak lagi membawa balitanya ke pelayanan kesehatan setelah mendapatkan imunisasi terakhir untuk balitanya.

Berdasarkan survey awal diatas, serta melihat realita di Indonesia terkait permasalahan gizi pada balita, maka usaha deteksi dini penting dan mendesak untuk dilakukan. Kita mengenal alat ukur yang digunakan untuk keperluan ini antara lain dengan pengukuran status gizi melalui kegiatan Posyandu dengan Kartu Menuju Sehat (KMS). Sebagai alat ukur dan deteksi dini untuk memantau tingkat perkembangan keadaan gizi pada balita, secara umum kita mengenalnya dengan kegiatan pemantauan status gizi. Dari pemantauan dan pengukuran ini,


(26)

kemudian didapatkan status gizi balita masuk kategori gizi lebih, gizi kurang, stunting atau bahkan gizi buruk.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Perilaku Ibu dalam Pemanfaatan KMS dan Status Gizi Baduta di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Perilaku Ibu dalam Pemanfaatan KMS dan Status Gizi Baduta di wilayah kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015.

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk melihat gambaran status gizi baduta dan untuk mengetahui gambaran perilaku ibu dalam pemanfaatan KMS di wilayah kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015.

1.4Manfaat Penelitian

1. Sebagai sumber informasi bagi ibu yang memiliki baduta dan balita untuk lebih mengetahui pemanfaatan KMS dengan baik dan lebih memanfaatkan KMS dalam pemantauan status gizinya karena didalam KMS terdapat banyak informasi yang harus diketahui oleh ibu mengenai pertumbuhan, perkembangan dan status gizi.


(27)

2. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas dalam meningkatkan status gizi baduta dan balita.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Ibu dalam Pemanfaatan KMS

Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan, bersifikir, berpendapat, bersikap) maupun bersifat aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan, sikap dan tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan (Notoatmodjo, 2005).

Perilaku ibu yang tidak menerapkan penimbangan, imunisasi, pemberian vitamin A dan layanan kesehatan lainnya yang terdapat dalam KMS pada balita akan berakibat pada status gizi balita tersebut. Salah satu penyebab gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan gizi atau kemauan untuk menerapkan informasi tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan gizi dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor pendidikan, faktor lingkungan sosial dan frekuensi kontak dengan media massa (Suhardjo, 2003).

Penelitian yang dilakukan oleh Roseliana (2013) yang mencakup pengertian, tujuan penggunaan dan cara interprestasi KMS menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang KMS adalah yang berpengetahuan baik 38,7%, yang


(29)

berpengetahuan cukup sebanyak 41,9%, yang berpengetahuan kurang sebanyak 19,4%. Pengetahuan ibu dengan tujuan penggunaan KMS yaitu yang penggunaan KMS berpengetahuan baik sebanyak 71% dan yang penggunaan KMS berpengetahuan kurang sebanyak 29%. Pengetahuan ibu dengan cara interprestasi KMS yaitu yang berpengetahuan cara interprestasi baik sebanyak 16,1%, 64,5% ibu balita berpengetahuan cukup dan 19,4% ibu balita berpengetahuan cara interprestasi kurang.

Bagi keluarga masalah kesehatan atau penyakit bukan hanya terjadi pada diri sendiri tetapi juga pada anggota keluarga lainnya, terutama anak-anak. Anak-anak dalam keluarga terutama anak balita dengan sendirinya perilaku pencarian penyembuhan ini masih ditentukan atau tanggung jawab dari orang tuanya. Perilaku ibu untuk mengimunisasikan anak badutanya dengan lengkap mengalami dinamika, namun secara umum dari tahun 2004 sampai dengan 2007 memang mengalami kenaikan tetapi peningkatan tersebut sangat kecil, rata-rata hanya 2,0%. Bertolak dari persentase kenaikan tersebut, pada tahun 2010 diperkirakan anak balita yang mendapat imunisasi lengkap akan mencapai sekitar 77,0%-80,0%. Hal ini berarti masih ada sekitar 20,0% lagi anak balita yang belum dibawa ibunya untuk diimunisasikan lengkap, dan juga berarti bahwa sekitar 20,0% anak balita yang belum terlindung dari berbagai penyakit (Notoatmodjo, 2010).

Apabila anggota keluarga yang mendapat penyakit dan tidak merasakan sakit sudah tentu tidak akan bertindak apapun terhadap penyakitnya tersebut. Tetapi apabila mereka diserang penyakit dan juga merasakan sakit maka baru


(30)

akan timbul berbagai macam perilaku dan usaha (Notoatmodjo, 2007). Pernyataan diatas sama halnya dengan keadaan apabila anak balita yang mengalami stunting, si ibu tidak akan melakukan tindakan apapun atau baduta tersebut tidak akan dibawa ke pelayanan kesehatan karena si ibu merasa baduta tersebut tidak merasakan sakit dan keadaan tersebut tidak mengganggu aktivitas. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa kesehatan belum merupakan prioritas didalam kehidupan sebelum merasa sakit.

Berdasarkan pembagian domain oleh Bloom dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah perilaku yaitu sebagai berikut :

2.1.1 Pengetahuan Ibu dalam Pemanfaatan KMS

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui mengenai berbagai hal. Pengetahuan dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku, namun ada hubungan positif antara keduanya dalam sejumlah penelitian. Pengetahuan tertentu tentang kesehatan mungkin penting sebelum suatu tindakan kesehatan terjadi, tetapi tindakan kesehatan yang diharapkan mungkin tidak akan terjadi kecuali apabila seseorang mendapat isyarat yang cukup kuat untuk memotivasinya bertindak atas dasar pengetahuan yang dimilikinya. Pengetahuan merupakan faktor penting dalam menghasilkan perubahan namun tidak memadai dalam perubahan perilaku kesehatan (Azwar, 2002).

Manusia pada dasarnya selalu ingin tahu yang benar. Untuk memenuhi rasa ingin tahu ini, manusia sejak zaman dahulu telah berusaha mengumpulkan


(31)

pengetahuan. Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain. Semenjak adanya sejarah kehidupan manusia dibumi ini, manusia telah berusaha mengumpulkan fakta. Dari fakta-fakta ini disusun dan di simpulkan menjadi berbagai teori, sesuai dengan fakta-fakta yang dikumpulkan tersebut. Teori-teori tersebut kemudian digunakan untuk memahami gejala-gejala alam dalam kemasyarakatannya yang lain sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, teori tersebut makin berkembang baik kualitas maupun kuantitasnya (Notoatmodjo, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Widaryati dan Maryatun (2012) di wilayah kerja Puskesmas Tanon I Seragen menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi polio dari 122 ibu balita mempunyai tingkat pengetahuan tinggi 27%, pengetahuan sedang 53% dan pengetahuan rendah 20%. Menurut kelengkapan Imunisasi Polio pada balita menunjukkan bahwa dari 122 ibu balita yang mengimunisasikan balitanya lengkap sebanyak 73% dan yang tidak mengimunisasikan balitanya tidak lengkap sebanyak 27%.

Kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan orang tua, khususnya ibu merupakan salah satu penyebab terjadinya kekurangan gizi pada balita. Di pedesaan makanan banyak dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan kebudayaan. Terdapat pantangan makan pada balita misalnya balita kecil tidak diberikan ikan karena dapat menyebabkan cacingan, kacang-kacangan juga tidak diberikan karena dapat menyebabkan sakit perut atau kembung (Baliwati, 2004).


(32)

Keikutsertaan ibu dalam pelayanan kesehatan dengan membawa anak ke pelayanan kesehatan dan bertanya pada pelayan kesehatan tentang tumbuh kembang dalam KMS setelah melakukan penimbangan, imunisasi dan layanan kesehatan lainnya maka ibu akan lebih banyak mengetahui peningkatan atau penurunan tentang tumbuh kembang badutanya, setelah pelayan kesehatan memperlihatkan hasil penimbangan dalam KMS dan mendengarkan penjelasan pelayan kesehatan tentang tumbuh kembang baduta. Maka ibu akan lebih banyak mengetahui tentang manfaat KMS untuk tumbuh kembang badutanya. Hal ini sama dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Maryunani (2010) yaitu dengan membaca garis perkembangan berat badan anak dari bulan ke bulan berikutnya pada KMS, orang tua dan petugas kesehatan dapat menilai dan membuat sesuatu untuk berusaha memperbaiki dan meningkatkan perkembangan kesehatan anak. Hal ini sama halnya dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2010) yang menekankan bahwa pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, peneliti berasumsi bahwa pengetahuan berperan besar terhadap seseorang melakukan tindakan, artinya tingkat pengetahuan seseorang berpengaruh terhadap kebutuhan badutanya. Ibu dengan tingkat pengetahuan rendah akan acuh tak acuh dengan kondisi badutanya, sebaliknya ibu dengan pengetahuan lebih biasanya akan peduli terhadap kondisi badutanya.


(33)

2.1.2 Sikap Ibu dalam Pemanfaatan KMS

Seseorang akan melakukan suatu tindakan apabila ia menilai tindakan tersebut positif dan percayabahwa orang lain ingin agar ia melakukannya. Dalam teori perilaku terencana keyakinan-keyakinan berpengaruh pada sikap terhadap perilaku tertentu, pada norma-norma subjektif dan pada kontrol perilaku yang dihayati yang akan mementukan apakah perilaku yang bersangkutan akan dilakukan atau tidak (Azwar, 1996).

Sikap seseorang juga berhubungan dengan tingkat pendidikannya, semakin tinggi pendidikan maka semakin baik pula sikap seseorang dan menggambarkan suka tidak sukanya seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain yang paling dekat sehingga akan mempebgaruhi seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata.

Sebahagian ibu yang membawa badutanya ke posyandu untuk melakukan pelayanan kesehatan tetapi tidak membawa KMS atau karena KMS tersebut sudah hilang karena si ibu menganggap tidak terlalu penting sehingga tidak menjaga atau membawa KMS ketika ke posyandu atau pelayanan kesehatan lainnya. Sikap akan terwujud dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap juga akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu pada pengalaman orang lain. Di dalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai yang menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup bermasyarakat.


(34)

Pengalaman juga dapat mempengaruhi sikap ibu dalam pemantauan tumbuh kembang baduta melalui KMS. Apabila ibu mengetahui peningkatan tumbuh kembang baduta setelah membawa badutanya ke pelayanan kesehatan dengan menunjukkan hasil peningkatan baduta dalam KMS maka si ibu akan merasa senang dan beruntung karena telah membawa badutanya ke pelayanan kesehatan. Hal ini sama dengan teori yang dikembangkan oleh Fesbein dan Ajzen (1980) dalam Notoatmodjo (2010) yang menekankan bahwa sikap ibu adalah penilaian ibu tersebut terhadap untung ruginya tindakan yang akan diambil untuk imunisasi anaknya dan kepercayaan atau keyakinan ibu terhadap tindakan yang akan diambil, lepas dari orang lain setuju atau tidak setuju.

2.1.3 Tindakan Ibu dalam Pemanfaatan KMS

Untuk mewujudkan suatu sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan yaitu fasilitas. Sikap ibu yang positif terhadap pemantauan badutanya melalui KMS harus mendapat dukungan dari suaminya dan ada fasilitas posyandu atau pelayanan kesehatan yang mudah dicapai agar ibu tersebut membawa badutanya untuk ditimbang berat badannya, diukur tinggi badannya, diimunisasi dan melakukan pelayanan kesehatan lainnya serta menunjukkan KMS. Sikap tersebutakan terlaksana karena menurut ibu dengan melakukan hal-hal tersebut ibu akan lebih dahulu mengetahui perkembangan badutanya atau lebih cepat menangani masalah pada badutanya karena ibu telah beranggapan hal tersebut sangat penting dan menguntungkan untuk kesehatan badutanya. Pernyataan tersebut sama halnya dengan yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007) yaitu


(35)

setelah ibu mengetahui dengan membawa anak balitanya ke posyandu atau pelayanan kesehatan merupakan hal yang baik dan menguntungkan maka selanjutnya ibu akan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang sudah diketahui dan disikapinya dengan baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Sakbaniyak, Herawati dan Mustika (2011) di desa Sumberejo menunjukkan bahwa dari 83 ibu balita dapat diketahui tingkat pengetahuan ibu balita dengan kepatuhan kunjungan balita ke posyandu dengan pengetahuan kurang 19 ibu balita (22,9%), dengan pengetahuan cukup sebanyak 44 ibu balita (53,0%) dan sisanya sebanyak 20 ibu balita (24,1%) memiliki pengetahuan baik. Menurut kunjungan balita dari 83 ibu balita yang diwawancarai terdapat 28 ibu balita (33,7%) tidak patuh dalam mengikuti kegiatan posyandu dan 55 ibu balita (66,3%) patuh dalam mengikuti kegiatan posyandu. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebahagian besar pengetahuan yang dimiliki ibu balita dalam pengetahuan cukup dan dimana pengetahuan yang dimiliki ibu dapat mempengaruhi perilaku kesehatan balitanya. Pengetahuan ibu yang baik maka akan mempermudah dan lebih memahami akan pentingnya kegiatan posyandu pada balitanya. Seseorang yang berpengetahuan baik dapat lebih memelihara tingkat kesehatannya daripada seseorang yang berpengetahuan kurang.

2.2 Kartu Menuju Sehat (KMS)

David Morley merupakan pelopor yang menggunakan kartu pertumbuhan anak yang disebut road to health chart pada tahun 1975 di desa Imesi, Nigeria. Kartu ini merupakan gambar kurva berat badan anak berusia 0-5 tahun terhadap


(36)

umurnya. Kartu ini juga dilengkapi dengan beberapa atribut penyuluhan dan catatan yang penting untuk diingat dan diperhatikan oleh ibu atau petugas kesehatan, antara lain riwayat kelahiran, imunisasi, pemberian ASI, dan lain-lain. Maka kartu disebut juga kartu menuju sehat karena fungsinya yang begitu lengkap.

KMS (Kartu Menuju Sehat) merupakan alat yang penting untuk memantau tumbuh kembang balita. Aktifitasnya tidak hanya menimbang dan mencatat saja, tetapi harus menginterprestasikan tumbuh kembang anak kepada ibu balita. Sehingga memungkinkan pertumbuhan anak dapat diamati dengan cara menimbang teratus setiap bulannya. Sehingga memungkinkan pertumbuhan anak dapat diamati dengan cara menimbang teratur setiap bulan (Soetjiningsih, 1995).

Di Indonesia terdapat kartu menuju sehat (KMS) yang dipakai baik untuk penyuluhan maupun sebagai alat monitor pertumbuhan dan gizi masyarakat. KMS di Indonesia merupakan modifikasi WHO-NCHS, yaitu berat badan terhadap umur anak balita, dilengkapi dengan gambar perkembangan motorik kasar, halus dan berbahasa. Tujuan KMS adalah sebagai alat bantu bagi ibu atau orang tua dan petugas untuk memantau tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak balita, menentukan tindakan-tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.

Terdapat buku panduan penggunaan KMS bagi petugas kesehatan yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan pada tahun 1997. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa grafik pertumbuhan KMS dibuat berdasarkan buku WHO/NCHS yang telah disesuaikan dengan keadaan di Indonesia. Kurva garis


(37)

merah dibentuk dengan menghubungkan angka-angka 70% median, grafik kuning diatas merah pada batas 75%-80% median, grafik hijau muda adalah 85%-90% median dan hijau tua 95%-100% median (Muslihatun, 2010).

Pada KMS, selain kurva pertumbuhan dari 0-60 bulan, juga dilengkapi dengan petunjuk tentang pemberian makanan yang sehat termasuk ASI, catatan pemberian imunisasi dan vitamin A, serta penanggulangan diare dirumah. Sehingga fungsi KMS lebih komprehensif dalam pelayanan kesehatan primer (Soetjiningsih, 1995).

Manfaat KMS (Kartu Menuju Sehat) antara lain :

1. Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap, yang meliputi :

a. Tumbuh-kembang anak b. Pelaksanaan imunisasi c. Penanggulangan diare d. Pemberian kapsul vitamin A e. Kondisi kesehatan anak f. Pemberian ASI Eksklusif

g. MP-ASI (makanan pendamping ASI) h. Pemberian makanan anak

i. Rujukan ke Puskesmas/Rumah Sakit


(38)

3. Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas kesehatan untuk menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi anak (Hartriyanti, 2007).

2.3Status Gizi

Balita merupakan salah satu golongan paling rawan gizi. Pada usia balita dikatakan sebagai saat yang rawan karena pada rentang waktu ini anak masih sering sakit, anak merupakan konsumen pasif yang sangat bergantung kepada orang tuanya serta sering terdapat keluhan nafsu makan kurang. Masa balita disebut juga masa vital karena adanya perubahan yang cepat dan menyolok, dengan masa vital ini maka pemeliharaan gizi sangat penting untuk diperhatikan. Jika tidakan mengganggu proses pertumbuhan secara maksimal. Keberhasilan mencapai status gizi balita yang baik erat kaitannya dengan kerjasama antara orangtua yang mempraktekkannya dan mendapat informasi gizi yang baik.

Menurut Sunita dalam Almatsier (2004) status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi dibedakan antara status gizi buruk, gizi kurang, dan gizi lebih. Menurut Supariasa dkk (2001), status gizi adalah tingkat keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh. Berbeda dengan Soekirman (2000) yang mengemukakan bahwa status gizi adalah keadaan kesehatan fisik seseorang atau sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi dari ukuran-ukuran gizi tertentu.


(39)

2.3.1 Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi secara tidak langsung dilakukan dengan cara antropometri. Antropometri adalah ukuran tubuh manusia, apabila ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi (Supariasa dkk, 2001).

Beberapa faktor yang mempengaruhi antropometri adalah faktor genetik dan faktor lingkungan yang berkaitan dengan gizi, beberapa konsumsi makanan dan kesehatan berupa penyakit infeksi. Pengukuran antropometri dapat dilakukan dengan berbagai macam pengukuran, yaitu pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan sebagainya. Dari beberapa pengukuran tersebut, pengukuan berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan atas sesuai umur adalah pengukuran yang sering dilakukan dalam survey gizi (Soekirman, 2000).

a. Indikator BB/U

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang infeksi, penurunan nafsu makan, atau menurunkan jumlah makanan yang dikonsumsi (Supariasa dkk, 2001) Kelebihan indikator ini adalah sensitif untuk melihat perubahan status gizi dalam jangka waktu pendek, juga dapat digunakan untuk mendeteksi kegemukan.

b. Indikator TB/U

Indikator TB/U merupakan indikator pengukuran antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi


(40)

badan tumbuh seiring dengan pertumbuhan umur. Pertumbuhan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek. Pengaruh devisiensi zat gizi terhadap tinggi badan anak nampak dalam waktu yang relatif lama (Supariasa dkk, 2001). Indikator TB/U menggambarkan status gizi masa lalu dan dapat menggambarkan keadaan sosial ekonomi penduduk. c. Indikator BB/TB

Berat badan memiliki hubungan linear dengan tinggi badan. Dalam kondisi normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu (Supariasa dkk, 2001). Indikator BB/TB ini dapat menggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitif dan spesifik terutama apabila data umur yang akurat sulit diperoleh (Soekirman, 2000).

Metode dalam Penilaian Status Gizi dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu: 1. Penilaian secara langsung yang terdiri dari pemeriksaan tanda-tanda klinis,

tes laboratorium, metode biofisik, dan antropometri.

2. Penilaian dengan melihat statistik kesehatan yang biasa disebut dengan penilaian status gizi tidak langsung.

3. Penilaian dengan melihat variabel ekologi

Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). WHO telah merekomendasikan untuk menggunakan umur penuh pada perhitungan umur balita. Umur penuh ialah sisa hari dari hasil perhitungan tidak diambil atau tidak diperhitungkan, misalnya hasil


(41)

perhitungan 1 tahun 2 bulan 13 hari maka umur balita tersebut menjadi 1 tahun 2 bulan (13 hari tidak diperhitungkan).

Cara Menghitung Umur Balita : Tanggal Pengukuran Tanggal Lahir

Misalnya: 19 09 2012 05 04 2011 14 05 1 1 Tahun : 12 Bulan 05 Bulan : 5 Bulan 14 Hari : 0 Bulan

Jadi, dibulatkan menjadi 12 bulan + 5 bulan = 17 bulan

Jika selisih tanggalnya negative (-) maka dikurangi 1 bulan, jika selisih tanggalnya positif (+) maka selisih tanggal diabaikan.

Dari berbagai indeks tersebut, untuk menginterpretasikan dibutuhkan ambang batas. Ambang batas menurut kesepakatan para ahli gizi adalah :

Tabel 2.1. Kategori Status Gizi Berdasarkan Indikator yang Digunakan

Indikator Status Gizi Keterangan

BB/U Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih

< -3 SD

≥ -3 SD s/d < -2SD > -2 SD s/d < 2 SD > 2 SD

TB/U Sangat Pendek Pendek

Normal

Lebih dari Normal

< -3 SD

≥ -3 SD s/d < -2SD > -2 SD s/d < 2 SD > 2 SD s/d < 3 SD BB/TB Sangat Kurus

Kurus Normal Gemuk Obesitas

< -3 SD

≥ -3 SD s/d < -2SD > -2 SD s/d < 2 SD > 2 SD s/d < 3 SD > 3 SD


(42)

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Soekirman (2000) mengutarakan bahwa status gizi seorang anak pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :

1. Penyebab langsung, yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Anak yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi sering diserang penyakit infeksi dapat berpengaruh terhadap status gizinya.Begitu juga sebaliknya anak yang makanannya tidak cukup baik, daya tahan tubuhnya pasti lemah dan akhirnya mempengaruhi status gizinya.

2. Penyebab tidak langsung terdiri dari:

a. Ketahanan pangan di keluarga, terkait dengan ketersediaan pangan (baik dari hasil produksi sendiri maupun dari pasar atau sumber lain), harga pangan dan daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan.

b. Pola pengasuhan anak, berupa sikap dan perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal pendekatannya dengan anak, memberikan makan, merawat, kebersihan, memberi kasih sayang dan sebagainya. Secara keseluruhan berhubungan dengan keadaan ibu dalam hal kesehatan (fisik dan mental), status gizi, pendidikan umum, pengetahuan tentang pengasuhan yang baik, peran dalam keluarga atau di masyarakat, sifat pekerjaan sehari-hari, adat kebiasaan keluarga dan masyarakat dan sebagainya dari ibu atau pengasuh anak.

c. Akses atau keterjangkauan terhadap air bersih dan pelayanan kesehatan yang baik seperti imunisasi, pemeriksaan kehamilan, pertolongan


(43)

persalinan, penimbangan anak, pendidikan kesehatan dan gizi serta sarana kesehatan yang baik seperi posyandu, puskesmas, praktek bidan atau dokter dan rumah sakit. Semakin tersedia air bersih yang cukup untuk keluarga serta semakin dekat jangkauan keluarga terhadap pelayanan dan sarana kesehatan, ditambah dengan pemahaman ibu tentang kesehatan, semakin kecil resiko anak terkena penyakit dan kekurangan gizi.

2.4 Hubungan Perilaku Pemanfaatan KMS dan Status Gizi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Martinigsih Petolawa dan Chaeruddin (2012) menunjukkan bahwa dari 75 responden terdapat 21 responden dengan baik memanfaatkan KMS, yang baik tumbuh kembang balitanya sebanyak 5 responden (6,7) dan kurang tumbuh kembang balitanya sebanyak 16 responden (21,3%). Terdapat 54 responden (72%) dengan kurangnya memanfaatkan KMS, yang baik tumbuh kembang balitanya sebanyak 18 responden (24%) dan yang kurang baik tumbuh kembang balitanya sebanyak 36 responden (48%).

Menurut Azwar (1996), pemanfaatan KMS seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial budayadan sosial ekonomi orang tersebut. Bila tingkat pendidikan, sosial budayadan sosial ekonomi baik, maka secara relatif pemanfaatan pelayanan kesehatan akan tinggi. Pemanfaatan KMS melibatkan berbagai informasi, antara lain: status kesehatan saat ini, informasi tentang status kesehatan yang membaik, informasi hasil penimbangan berat badan yang naik dan yang turun. Informasi mengenai imunisasi yang sudah diberikan dan informasi tumbuh kembang balita.


(44)

Menurut Katz (1960) dalam Notoatmodjo (2007) mengemukakan bahwa perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan yang bersangkutan. Katz berasumsi bahwa ibu dapat bertindak positif terhadap pemanfaatan KMS karena ibu dapat merasakan manfaat KMS dengan mengetahui pertumbuhan dan kesehatan balitanya dengan cepat. Sebaliknya bila menurut ibu KMS tidak bermanfaat untuk pertumbuhan dan kesehatan balitanya maka ibu akan bertindak negatif.

Pemantauan pertumbuhan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan teratur, dengan adanya kegiatan ini setiap ada gangguan keseimbangan gizi pada seorang anak dapat diketahui secara dini melalui perubahan pertumbuhannya. Jika gangguan gizi dapat diketahui secara dini maka tindakanpenanggulangannya dapat dilakukan dengan segera, sehingga keadaan gizi yang memburuk dapat dicegah. Hasil penimbangan anak setiap bulan secara tetap dan teratur yang tercatat pada KMS dapat memberikan informasi apakah pertumbuhan anak mengalami kenaikan atau menurun. KMS tersebut dapat beguna apabila penimbangan dan deteksi tumbuh-kembang balita dilakukan setiap bulan. Kemudian semua kolom isian, keadaan kesehatan dan gizi anak diisi dengan benar oleh petugas kesehatan. Sedangkan orangtua diharapkan selalu memperhatikan catatan-catatan pada KMS, setiap ada gangguan pertumbuhan anak, maka harus dilaporkan kepada kader maupun petugas kesehatan dan mereka mencari penyebabnya kemudian melakukan tindakan yang sesuai, seperti penyuluhan gizi dalam bentuk konseling yang dilakukan setiap kali anak selesai ditimbang.


(45)

2.5Kerangka Konsep

Berdasarkan gambar kerangka konsep dibawah bahwa penelitian tersebut menggambarkan pengetahuan mempengaruhi sikap ibu dalam mengambil suatu keputusan yang baik dan menguntungkan menurut ibu. Pengetahuan dan sikap ibu akan berpengaruh dalam melakukan tindakan pemanfaatan KMS. Perilaku pemanfaatan KMS yang baik akan menghasilkan pemantauan status gizi yang baik, tetapi sebaliknya apabila perilaku pemanfaatan KMS yang tidak baik akan berpengaruh buruk terhadap pemantauan status gizi baduta.

Adapun kerangka konsep dalam penelitian Gambaran Perilaku Ibu dalam Pemanfaatan KMS dan Status Gizi Baduta di Puskesmas Lawe Perbunga adalah sebagai berikut :

PERILAKU IBU DALAM PEMANFAATAN KMS

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian PENGETAHUAN

SIKAP

TINDAKAN

STATUS GIZI BADUTA


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui perilaku ibu dalam pemanfaatan KMS dan status gizi baduta di wilayah kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara. Pilihan lokasi ini didasarkan pada status gizi buruk yang tinggi se-Provinsi Aceh dan kabupaten yang kepemilikan KMSnya masih rendah dan tidak dapat menunjukkan KMS. Sedangkan waktu penelitian yang dilakukan untuk menyelesaikan penelitian ini dari bulan Agustus 2014 sampai Juli 2015.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti (Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh baduta di wilayah kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara dengan jumlah 488 baduta di 11 posyandu.


(47)

Tabel 3.1 Jumlah posyandu dan jumlah baduta di wilayah kerja Puskesmas Lawe Perbunga

No Posyandu Jumlah Baduta

1 Dahlia 61

2 Aksia 81

3 Matahari 57

4 Teratai 34

5 Flamboyan 43

6 Mawar 29

7 Raflesia 30

8 Kaptus 21

9 Suplir 50

10 Melati 40

11 Kamboja 42

Jumlah 488

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebahagian dari jumlah baduta yang dianggap mewakili dari seluruh populasi yang berada di wilayah kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015. Perhitungan sampel pada penelitian ini yang diambil dari 11 posyandu menggunakan rumus dari Taro Yamane sebagai berikut :

N n = N. d2 + 1 Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi d2 = Persisi yang ditetapkan 488

n =

488 (0.1)2 + 1 488

n = = 83 5,88


(48)

Berdasarkan rumus diatas, didapat jumlah sampel sebanyak 83 baduta. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan menggunakan metode

proportionate Random Sampling dimana jumlah sampel yang diperoleh akan dibagi secara merata untuk masing-masing posyandu yang dipilih dari 11 posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Lawe Perbunga dengan rumus :

Ni

ni = x n N

Table 3.2 Nama posyandu dan jumlah sample yang diambil

No Posyandu Populasi Baduta Jumlah Sample

1 Dahlia 61 61/488x83 = 10

2 Aksia 81 81/488x83 = 14

3 Matahari 57 57/488x83 = 10

4 Teratai 34 34/488x83 = 6

5 Flamboyan 43 43/488x83 = 7

6 Mawar 29 29/488x83 = 5

7 Raflesia 30 30/488x83 = 5

8 Kaptus 21 21/488x83 = 4

9 Suplir 50 50/488x83 = 8

10 Melati 40 40/488x83 = 7

11 Kamboja 42 42/488x83 = 7

Jumlah 488 83

Setelah dilakukan pengambilan sampel dengan teknik Taro Yumane pada masing-masing posyandu dan selanjutnya dilakukan dengan teknik Random Sampling atau acak untuk mengambil sampel dari 11 posyandu tersebut.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh langsung dari masyarakat atau responden. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan metode wawancara langsung kepada responden dengan


(49)

perilaku ibu dalam pemanfaatan KMS dan status gizi di wilayah kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015.

3.4.2 Data Sekunder

Data yang diperoleh dari Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara berupa data jumlah kunjungan ibu yang datang ke 11 posyandu yang berada di wilayah kerja Puskesmas.

3.5 Defenisi Operasional

Sesuai fokus kajian dan tujuan penelitian, deskripsi fokus penelitian akan disusun berdasarkan perilaku ibu dalam pemanfaatan KMS dan status gizi baduta di wilayah kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015.

Sebagai pedoman awal untuk pengumpulan informasi sesuai fokus penelitian, digunakan defenisi operasional yang dikembangkan seperti uraian dibawah ini :

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui mengenai pemanfaatan KMS dan status gizi baduta.

2. Sikap adalah penilaian ibu terhadap untung ruginya tindakan yang akan diambil dengan pemanfaatan KMS dan status gizi baduta.

3. Tindakan adalah bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap ibu dengan pemanfaatan KMS dan status gizi baduta.

4. Status Gizi adalah keadaan kesehatan fisik baduta yang ditentukan dengan indikator BB/U, TB/U dan BB/TB.


(50)

3.6 Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dalam penelitian ini didasarkan ada jawaban responden terhadap pertanyaan dari kuesioner yang disesuaikan dengan skor, yaitu :

1. Pengetahuan

Pengetahuan diukur melalui 10 pertanyaan dengan menggunakan skala. Skala pengukuran pengetahuan berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden terhadap semua pertanyaan yang diberikan. Masing-masing dengan alternatife jawaban “a”, “b” dan “c” dengan ketentuan jika jawaban responden benar diberi nilai 1, dan jika jawaban responden salah diberi nilai 0. Menurut Arikunto (2006), pengetahuan diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

1. Pengetahuan baik, apabila responden mampu menjawab pertanyaan dengan benar >75% dalam hal ini 7-10 pertanyaan.

2. Pengetahuan cukup, apabila responden mampu menjawab pertanyaan dengan benar 45%-75% dalam hal ini 4-7 pertanyaan.

3. Pengetahuan Kurang, apabila responden mampu menjawab pertanyaan dengan benar <45% dalam hal ini <4 pertanyaan.

2. Sikap

Sikap diukur melalui 10 pertanyaan dengan skala Likert (Singarimbun, 2008), kriteria dalam pertanyaan sikap adalah sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Sikap diukur melalui 10 pernyataan dengan nilai maksimal 40. Berdasarkan Arikunto (2006), aspek pengukuran sikap KMS dari jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :


(51)

1. Sikap baik, apabila nilai yang diperoleh > 75% dari nilai tertinggi seluruh pernyataan dengan total nilai >30

2. Sikap cukup, apabila nilai yang diperoleh 45%-75% dari nilai tertinggi seluruh pernyataan dengan total nilai 18-30

3. Sikap kurang, apabila nilai yang diperoleh < 45% dari nilai tertinggi seluruh pernyataan dengan total nilai <18

3. Tindakan

Tindakan diukur melalui 10 pertanyaan dengan menggunakan skala

Guttman (Singarimbun, 2008). Skala pengukuran tindakan berdasarkan jawaban yang diperoleh dari responden terhadap seluruh pertanyaan yang diberikan. Masing-masing dengan alternative jawaban “ya” dan “tidak”, dengan ketentuan jika responden menjawab “ya” diberi nilai 1 dan jika responden menjawab “tidak” diberi niali 0. Berdasarkan Arikunto (2006), aspek pengukuran tindakan KMS dari jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

1. Tindakan baik, apabila nilai yang diperoleh > 75% dalam hal ini 7-10 pertanyaan.

2. Tindakan cukup, apabila nilai yang diperoleh 45%-75% dalam hal ini 4-7 pertanyaan.

3. Tindakan kurang, apabila nilai yang diperoleh < 45% dalam hal ini <4 pertanyaan.

4. Status Gizi

Status gizi diukur dengan menggunakan indikator BB/U, TB/U dan BB/TB) melalui penilaian nilai Z-score sesuai baku rujukan WHO-Anthro 2005.


(52)

Cara Menghitung Umur Balita : Tanggal Pengukuran Tanggal Lahir

Table 3.3 Kategori Status Gizi Berdasarkan Indikator yang Digunakan

Indikator Status Gizi Keterangan

BB/U Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih

< -3 SD

≥ -3 SD s/d < -2SD > -2 SD s/d < 2 SD > 2 SD

TB/U Sangat Pendek Pendek

Normal

Lebih dari Normal

< -3 SD

≥ -3 SD s/d < -2SD > -2 SD s/d < 2 SD > 2 SD s/d < 3 SD BB/TB Sangat Kurus

Kurus Normal Gemuk Obesitas

< -3 SD

≥ -3 SD s/d < -2SD > -2 SD s/d < 2 SD > 2 SD s/d < 3 SD > 3 SD

3.7Pengolahan dan Analisa Data 3.7.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan proses komputerisasi dengan langkah-langakah sebagai berikut :

1. Editing (pengeditan)

Pengeditan dilakukan dengan memeriksa kelengkapan isi kuesioner dengan tujuan agar data masuk dan dapat diolah secara benar, sehingga pengolahan data memberikan hasil yang menggambarkan masalah yang diteliti.

2. Coding (pengkodean)

Data yang sudah diperoleh dan telah dilakukan pengeditan maka peneliti melakukan pengkodean pada setiap jawaban responden untuk mempermudah analisis data yang telah dikumpulkan.


(53)

3. Entri

Kegiatan memasukkan data-data yang ada pada kuesioner ke dalam program computer untuk pengambilan hasil dan kesimpulan.

3.7.2 Analisa Data

Analisis dilakukan pada setiap variabel dari hasil penelitian dengan mendeskripsikan setiap variabel penelitian untuk memperoleh perilaku ibu dalam pemanfaatan KMS dan status gizi di wilayah kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015. Kemudian data diolah dengan program komputer dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian data dianalisa secara deskriptif. Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik univariat dengan uji chi square.


(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Puskesmas Lawe Perbunga terletak di Jl. Kutacane-Medan Km 30 Ds. Bhakti, Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara. Puskesmas Lawe Perbunga memiliki wilayah kerja 11 desa dan pada setiap desa terdapat 1 posyandu. Adapun posyandu tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.1 Nama Posyandu dan jumlah baduta setiap Posyandu

No Posyandu Jumlah

1. Dahlia 61

2. Aksia 81

3. Matahari 57

4. Teratai 34

5. Flamboyan 43

6. Mawar 29

7. Raflesia 30

8. Kaptus 21

9. Suplir 50

10. Melati 40

11. Kamboja 42

Jumlah 488

Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara adalah sebagai berikut :


(55)

Sebelah Barat : Aceh Barat Sebelah Timur : Sumatera Utara 4.2 Karakteristik Responden

Pada penelitian ini, karakteristik responden yang dilihat meliputi umur dan pendidikan ibu baduta yang berjumlah 83 orang di wilayah kerja Puskesmas Lawe Perbunga. Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa ibu yang paling banyak terdapat pada golongan umur 15-19 tahun yaitu sebanyak 39 orang (47,0%) dan jumlah ibu paling sedikit terdapat pada golongan umur >34 tahun yaitu sebanyak 3 orang (3,6%). Berdasarkan pendidikan menunjukkan bahwa pendidikan terakhir ibu yang paling banyak adalah SMA sebanyak 77 orang (92,8%) dan yang paling sedikit adalah SD dan Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 3 orang (3,6%).

Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Ibu Berdasarkan Umur dan Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015

No Umur (tahun) Jumlah (n) Persentase (%)

1 15-19 39 47,0

2 20-24 18 21,7

3 25-29 12 14,5

4 30-34 11 13,3

5 > 34 3 3,6

No Pendidikan Terakhir Jumlah (n) Persentase (%)

1 SMP 3 3,6

2 SMA 77 92,8


(56)

4.3 Karakteristik Baduta

Pada penelitian ini, karakteristik baduta yang dilihat meliputi umur dan jenis kelamin baduta yang berjumlah 83 orang di wilayah kerja Puskesmas Lawe Perbunga. Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa jumlah baduta yang paling banyak terdapat pada golongan umur 7-12 bulan sebanyak 28 orang (33,7%) dan jumlah baduta paling sedikit terdapat pada golongan umur 0-6 bulan dan >19 bulan sebanyak 17 orang (20,5%). Berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa jenis kelamin baduta yang terbanyak adalah laki-laki sebanyak 47 orang (56,6%) dan perempuan sebanyak 36 orang (43,4%).

Tabel 4.3 Distribusi Baduta Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015

No Umur (Bulan) Jumlah (n) Persentase (%)

1 0-6 17 20,5

2 7-12 28 33,7

3 13-19 21 25,3

4 >19 17 20,5

No Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)

1 Laki-laki 47 56,6

2 Perempuan 36 43,4

4.4 Perilaku ibu dalam Pemanfaatan KMS

4.4.1 Distribusi Pengetahuan Ibu dalam Pemanfaatan KMS

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengetahuan ibu dalam pemanfaatan KMS di wilayah kerja Puskesmas Lawe perbungan Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


(57)

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa paling banyak adalah ibu yang berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 46 orang (55,4%) dan yang paling sedikit adalah ibu yang berpengetahuan baik sebanyak 7 orang (8,4%).

Tabel 4.4 Distribusi Pengukuran Pengetahuan Ibu dalam Pemanfaatan KMS di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015

No Pengetahuan Jumlah (n) Persentase (%)

1 Baik 7 8,4

2 Cukup 30 36,2

3 Kurang 46 55,4

Total 83 100,0

Pengetahuan pemanfaatan KMS pada penelitian ini terdapat dalam 10 pertanyaan, jawaban yang paling banyak menjawab benar adalah pada soal nomor 4 dan 6 yaitu Selain untuk mencatat berat badan baduta, dalam KMS juga harus dicatat dan Vitamin yang diberikan pada baduta dan dicatat dalam KMS 83 responden (100%). Sedangkan jawaban yang paling banyak menjawab salah adalah pada soal nomor 7 yaitu Pada bulan berapakah baduta mendapatkan vitamin A sebanyak 79 responden (95,2%). Pengetahuan responden tersebut dapat dilihat pada tabel 4.7 distribusi jawaban responden terhadap jawaban pertanyaan pengetahuan ibu dalam pemanfaatan KMS.


(58)

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Pertanyaan Pengetahuan Ibu dalam Pemanfaatan KMS di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015

No Pengetahuan Benar Salah

n % n %

1 Singkatan KMS 77 92,8 6 7,2

2 Fungsi KMS 81 97,6 2 2,4

3 Keadaan yang dialami baduda jika garis yang berwarna kuning yang terdapat KMS

16 19,3 67 80,7

4 Selain untuk mencatat berat badan baduta, apalagi yang harus di tuliskan pada KMS

83 100 0 0

5 Keadaan yang dialami baduta jika garis berwarna hijau yang terdapat dalam KMS

5 6,0 78 94,0

6 Vitamin yang diberikan pada baduta dan dicatat dalam KMS

83 100 0 0

7 Pada bulan berapa baduta mendapatkan vitamin A 4 4,8 79 95,2 8 Keadaan yang dimilki baduta yang mempuyai berat

badan dibawah garis merah pada KMS

12 14,5 71 85,5

9 Warna dasar KMS untuk laki-laki 5 6,0 78 94,0 10 Warna dasar KMS perempuan 7 8,4 76 91,6

4.4.2 Distribusi Sikap dalam Pemanfaatan KMS

Berdasarkan hasil penelitian tentang sikap ibu dalam pemanfaatan KMS di wilayah kerja Puskesmas Lawe perbungan Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa paling banyak adalah ibu yang memiliki sikap cukup yaitu sebanyak 43 orang (51,8%) dan yang paling sedikit


(59)

Tabel 4.6 Distribusi Pengukuran Sikap Ibu dalam Pemanfaatan KMS di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015

No Sikap Jumlah (n) Persentase (%)

1 Baik 40 48,2

2 Cukup 43 51,8

Total 83 100,0

Sikap pemanfaatan KMS pada penelitian ini terdapat dalam 10 pernyataan, jawaban yang paling banyak menjawab pernyataan sangat setuju (SS) adalah pada pernyataan nomor 10 yaitu jika berat badan baduta gemuk, ibu merasa badutanya sehat sebanyak 68 responden (81,9%). Jawaban yang menyatakan setuju (S) adalah pada pernyataan nomor 4 yaitu Menurut saya perkembangan baduta seharusnya di pantau setiap bulan melalui KMS sebanyak 82 responden (98,8%). Jawaban yang menyatakan tidak setuju (TS) terdapat pada pernyataan nomor 2 yaitu Ibu meletakkan sembarangan KMS di rumah jika telah selesai dari posyandu sebanyak 67 responden (80,7%). Jawaban yang paling banyak menyatakan sangat tidak setuju (STS) terdapat pada pernyataan nomor 1 yaitu Ibu tidak membawa KMS waktu posyandu karena menurut ibu tidak terlalu penting sebanyak 58 responden (69,9%). Sikap responden tersebut dapat dilihat pada tabel 4.9 distribusi jawaban responden terhadap jawaban pernyataan sikap ibu dalam pemanfaatan KMS.


(60)

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Jawaban Pernyataan Sikap Ibu dalam Pemanfaatan KMS di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015

No Sikap SS S TS STS

n % n % n % n %

1 Ibu tidak membawa KMS waktu posyandu karena menurut ibu tidak terlalu penting

0 0 0 0 25 30,1 58 69,9

2 Ibu meletakkan sembarangan KMS di rumah jika telah selesai dari posyandu

0 0 0 0 67 80,7 16 19,3

3 Jika berat badan anak dalam KMS berada dalam status gizi yang baik, ibu tidak perlu lagi datang keposyandu

3 3,6 80 96,4 0 0 0 0

4 Menurut saya perkembangan baduta seharusnya di pantau setiap bulan melalui KMS

1 1,2 82 98,8 0 0 0 0

5 Walaupun status gizi baduta dalam KMS dalam kondisi baik, ibu tetap memperhatikan dan mempertahankan status gizi baduta

4 4,8 79 85,2 0 0 0 0

6 Jika status gizi anak dalam KMS dalam kondisi kurang, maka ibu segara berkonsultasi kepada petugas kesehatan

62 74,7 21 25,3 0 0 0 0

7 Sebaiknya ibu menbawa baduta untuk penimbangan berat badan sebanyak 4-6 kali dalan 6 bulan

50 60,2 33 39,8 0 0 0 0

8 Ibu tidak mengerti tentang KMS, tetapi ibu tidak

menanyakan isi KMS kepada petugas kesehatan

0 0 0 0 36 43,4 47 56,4

9 Tidak terlalu masalah jika tidak selalu melakukan


(61)

pengukuran panjang badan baduta setiap bulan ke

posyandu

10 Jika berat badan baduta gemuk, ibu merasa badutanya sehat

68 81,9 15 18,1 0 0 0 0

4.4.3 Distribusi Tindakan Ibu dalam Pemanfaatan KMS

Berdasarkan hasil penelitian tentang tindakan ibu dalam pemanfaatan KMS di wilayah kerja Puskesmas Lawe perbungan Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa paling banyak adalah ibu yang melakukan tindakan cukup yaitu sebanyak 55 orang (33,7%) dan yang paling sedikit adalah ibu yang baik sebanyak 28 orang (66,3%).

Tabel 4.8 Distribusi Pengukuran Tindakan Ibu dalam Pemanfaatan KMS di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015

No Tindakan Jumlah (n) Persentase (%)

1 Baik 28 33,7

2 Cukup 55 66,3

Total 83 100,0

Tindakan pemanfaatan KMS pada penelitian ini terdapat dalam 10 pertanyaan, responden yang paling banyak menjawab Ya terdapat pada nomor 6 dan nomor 10 yaitu Apakah ibu membawa baduta ke posyandu pada bulan Februari dan Agustus untuk mendapatkan vitamin A dan Apakah ibu berkonsultasi kepada petugas kesehatan jika berat badan badutanya menurun


(1)

Umur Baduta * BB/U Crosstabulation

BB/U Total

Kurang Normal

Umur Baduta 0-6 bulan 1 16 17

7-12 bulan 3 25 28

13-19 bulan 1 20 21

>19 bulan 0 17 17

Total 5 78 83

Umur Baduta * TB/U Crosstabulation

TB/U Total

Normal Pendek

Umur Baduta 0-6 bulan 15 2 17

7-12 bulan 22 6 28

13-19 bulan 20 1 21

>19 bulan 17 0 17

Total 74 9 83

Umur Baduta * BB/TB Crosstabulation

BB/TB Total

Kurang Kurus Normal

Umur Baduta 0-6 bulan 1 0 16 17

7-12 bulan 0 1 27 28

13-19 bulan 0 1 20 21

>19 bulan 0 0 17 17


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Gambaran Pola Makan Dan Status Gizi Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2014

1 67 103

Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Antenatal Care (ANC) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2013

0 56 91

ANALISIS KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU GEOGRAFI SMA DI KECAMATAN BABUL MAKMUR KABUPATEN ACEH TENGGARA.

2 13 19

A. Pengetahuan - Gambaran Perilaku Ibu dalam Pemanfaatan KMS dan Status Gizi Baduta di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Ibu dalam Pemanfaatan KMS - Gambaran Perilaku Ibu dalam Pemanfaatan KMS dan Status Gizi Baduta di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015

0 0 18

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Gambaran Perilaku Ibu dalam Pemanfaatan KMS dan Status Gizi Baduta di Wilayah Kerja Puskesmas Lawe Perbunga Kecamatan Babul Makmur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015

0 0 9

GAMBARAN PERILAKU IBU DALAM PEMANFAATAN KMS DAN STATUS GIZI BADUTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAWE PERBUNGA KECAMATAN BABUL MAKMUR KABUPATENACEH TENGGARA TAHUN 2015 SKRIPSI

0 0 16

Gambaran Pola Makan Dan Status Gizi Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Buhit Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2014

1 3 23

GAMBARAN POLA MAKAN DAN STATUS GIZI IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BUHIT KECAMATAN PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014

0 1 16

Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Antenatal Care (ANC) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2013

0 0 14