86
2. Penyesuaian Diri Mahasiswa Riau di Yogyakarta
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat penyesuaian diri mahasiswa Riau di Yogyakarta pada kategori tinggi tidak ada, kemudian pada kategori sedang
sejumlah 79 mahasiswa 92.9, dan kategori rendah sejumlah 6 mahasiswa 7.1. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa Riau di Yogyakarta memiliki
kecenderungan keterbukaan diri yang sedang. Penyesuaian diri merupakan usaha individu untuk mencapai hubungan yang
harmonis pada diri sendiri dan lingkungannya sehingga membuat hidup bahagia. Demikian pula dengan mahasiswa yang dapat menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya maka mahasiswa tersebut dapat beradaptasi dengan baik. Untuk mengetahui penyesuaian diri individu dapat diungkap melalui dimensi penyesuaian
diri yakni penyesuaian diri pribadi, penyesuaian diri sosial Fahmy dalam Yuyuk Neni Yuniarti 2009: 31.
Individu yang memiliki penyesuaian diri yang tinggi, diindikasikan mampu menerima diri sendiri sehingga dapat menerima kelebihan diri, menerima
kekurangan diri dan mampu bertindak objektif sesuai dengan kondisi diri. Subyek penelitian ini yakni mahasiswa Riau yang berada di Yogyakarta maka mahasiswa
Riau cenderung dapat menyesuaikan diri dengan menerima sepenuhnya kelebihan dan kekurangan dalam diri, senang dengan apa yang dimiliki sekarang. Apabila
sudah dapat menyesuaikan diri pribadi maka mahasiswaindividu dapat menyesuaiakan diri sosial maka mampu berinteraksi secaran harmonis dengan
keluarga, perkuliahan dan masyarakat sekitar. Misalnya senang berkumpul dengan keluarga, lancar berkomunikasi dengan orang tua, menghargai pendapat saudara
87 ketika berdiskusi, tidak menolak diberikan kritikan oleh salah satu anggota
keluarga. Individu yang memiliki penyesuaian diri yang tinggi maupun sedang apabila berkenalan dengan teman-teman di kampus merasa senang, menerima
keadaan teman-teman dan apabila diberikan tugas kelompok mudah bekerja sama. Berbeda dengan orang yang memiliki penyesuaian diri yang rendah, mereka akan
cenderung terjadi salah paham dengan orang tua maupun teman di kelas, memilih teman untuk berkomunikasi, tidur saat perkuliahan, acuh tak acuh dengan
lingkungan asrama, tidak pernah mengikuti kegiatan asrama dan bahkan hanya berteman dengan daerah asal saja. Selain itu, individu yang memiliki penyesuaian
diri yang tinggi cenderung senang bergaul dengan lingkungan masyarakat sekitar asrama sehingga dapat berkomunikasi dengan baik terhadap pengurus asrama.
Dikarenakan subyek penelitian ini adalah mahasiswa atau seseorang yang sedang menempuh kuliah, maka aktivitas utama dalam keseharian yakni aktivitas
kuliah, sehingga sangat penting untuk menyesuaikan dengan lingkungan kampus. Misalnya lingkungan kampus nyaman, aktif dalam diskusi dengan teman maupun
dosen, selalu datang tepat waktu dalam perkuliahan, karena para subyek mahasiswa Riau di Yogyakarta merupakan pendatang sehingga perlu dilakukan
penyesuaian diri dengan lingkungan sekitar termasuk kampus. Interaksi dengan teman kuliah dari daerah lain misalnya jika di Yogyarta mayoritas mahasiswanya
dari Pulau Jawa, maka dibutuhkan kemampuan penyesuaian diri yang baik. Penyesuaian diri dalam hal berinteraksi dengan masyarakat sering kali juga
digambarkan dengan berkoordinasi dengan masyarakat asrama terkait kegiatan asrama sehingga terjalin keakraban dengan orang-orang di sekitar tempat tinggal.
Indikator ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Sarwono bahwa perilaku
88 penyesuaian diri pada dasarnya terbagi atas dua yaitu pertama adalah mengubah
tingkah laku agar sesuai dengan lingkungannya dan kedua adalah mengubah lingkungan agar sesuai dengan tingkah laku. Mengubah diri sesuai dengan
lingkungan sifatnya pasif
otoplastis
misalnya mahasiswa Riau harus dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma dan nilai-nilai yang dianut masyarakat
desa tempat mereka tinggal. Sebaliknya, apabila individu berusaha untuk mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan diri, sifatnya adalah aktif
alloplastis
, misalnya individu ingin merubah apabila terjadi salah paham lebih baik mengkoordinasi dengan teman yang bersangkutan agar tidak terjadi masalah
yang berlarut-larut. Tinggi, sedang dan rendahnya penyesuaian diri dipengaruhi beberapa faktor
yakni keadaan fisik, perkembangan dan kematangan, keadaan psikologis, keadaan lingkungan, tingkat religiusitas dan kebudayaan Schinders dalam Noviakarisma
Wijaya, 2007: 22. Hal tersebut melainkan karena individu menjadi lebih matang, kematangan individu dalam segi intelektual, sosial, moral, dan emosi
mempengaruhi bagaimana individu melakukan penyesuaian diri. Tidak hanya itu keadaan mental yang sehat merupakan tercapainya penyesuaian diri yang baik dan
keadaan lingkungan yang baik, tentram, damai, aman, penuh penerimaan dan pengertian merupakan lingkungan yang akan memperlancar proses penyesuaian
diri. Tingkat keterbukaan diri memberikan suasana psikologis untuk mengurangi konflik, frustasi dan ketegangan psikis lain karena keterbukaan diri memberi nilai
dan keyakinan sehingga individu memiliki arti, tujuan dan stabilitas hidup yang diperlukan untuk menghadapi tuntutan dan perubahan yang terjadi dalam
hidupnya. Kebudayaan pada suatu masyarakat merupakan suatu faktor yang
89 membentuk watak dan tingkah laku individu untuk menyesuaiakan diri dengan
baik. Apabila penyesuaian diri rendah ketika keadaan fisik individu tersebut
mengalami cacat fisik atau penyakit kronis sehingga adanya hambatan pada individu dalam melaksanakan penyesuaian diri. Selain itu individu tinggal di
lingkungan yang tidak aman, tidak damai, maka individu tersebut mengalami gangguan dalam melakukan proses peyesuaian diri seperti sekolah, rumah,
keluarga. Religiusitas merupakan keyakinan masing-masing individu apabila religiusitas individu rendah maka untuk menghadapi tuntunan dan perubahan
dalam hidupnya merasa sulit serta kebudayaan adalah suatu wadah mebentuk watak dan tingkah laku individu untuk menyesuaiakan diri yang baik atau justru
membentuk individu yang sulit menyesuaiakan diri. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kecenderungan
penyesuaian diri mahasiswa Riau di Yogyakarta sebagian besar pada kategori sedang.
90
3. Hubungan antara Keterbukaan Diri dengan Penyesuaian Diri Mahasiswa