22
B. Penyesuaian Diri
1. Pengertian Penyesuaian Diri
Menurut Schneiders dalam Ririen 2007: 23 penyesuaian diri adalah proses yang mencakup respon
mental dan tingkah laku dimana individu berusaha keras agar mampu mengatasi konflik dan frustasi karena
terhambatnya kebutuhan dalam dirinya sehingga tercapai keselarasan dan keharmonisan antar tuntutan dalam diri dan tuntutan lingkungan. Seseorang
yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, mampu membina relasi yang harmonis seperti mampu menerima otoritas yang ada, bertanggung
jawab, perhatian pada kebutuhan dan kesejahteraan lingkungannya. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa apabila individu mampu mengatasi konflik dan
frustasi karena terhambatnya kebutuhan dalam diri dan lingkungan, maka individu dapat dikatakan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan demi
keharmonisan. Menurut Kartono 2000: 16 mendefinisikan penyesuaian diri sebagai
usaha manusia untuk mencapai keharmonisan pada diri sendiri dan pada lingkungannya. Hal ini menjelaskan, bahwa pada dasarnya semua manusia
harus mampu menyesuaikan diri demi tercapainya keselarasan diri dan lingkungan.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian penyesuaian diri, dapat diambil kesimpulan bahwa penyesuaian diri merupakan usaha individu
untuk mencapai hubungan yang harmonis pada diri sendiri dan lingkungannya. Proses tersebut meliputi tingkahlaku dan tanggung jawab. Manusia dituntut
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial agar mampu dapat terus menerus
23 menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada sehingga membuat hidupnya
bahagia.
2. Dimensi Penyesuaian Diri
Menurut Sugeng Hariyadi dkk 2003: 67-69 terdapat beberapa dimensi penyesuaian diri, diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Kemampuan menerima dan memahami diri sebagaimana adanya.
Karakteristik ini mengandung pengertian bahwa orang yang mempunyai penyesuaian diri yang positif adalah orang yang sanggup menerima
kelemahan-kelemahan, kekukarangan-kekurangan di samping kelebihan- kelebihannya. Individu tersebut mampu menghayati kepuasan terhadap
keadaan dirinya sendiri, dan membenci apalagi merusak keadaan dirinya betapapn kurang memuaskan menurut penilaiannya. Hal ini bukan berarti
bersikap pasif menerima keadaan yang demikian, melainkan ada usaha aktif disertai kesanggupan mengembangkan segenap bakat, potensi, serta
kemampuannya secara maksimal. b.
Kemampuan menerima dan menilai kenyataan lingkungan di luar dirinya secara objektif.
Sesuai dengan perkembangan rasional dan perasaan. Orang yang memiliki penyesuaian diri positif memiliki ketajaman dalam memandang realita, dan
mampu memperlakukan kebutuhannya. Ia dalam berperilaku selalu bersikap mau belajar dari orang lain, sehingga secara terbuka pula ia mau
menerima
feedback
dari orang lain. c.
Kemampuan bertindak sesuai dengan potensi.
24 Kemampuan yang ada pada dirinya dan kenyataan objektif di luuar dirinya.
Karakteristik ini ditandai oleh kecenderungan seseorang untuk tidak menyia-nyiakan kekuatan yang ada pada dirinya dan akan melakukan hal-
hal yang jauh di luar jangkauan kemampuannya. Hal ini terjadi perimbangan yang rasional antara energi yang dikeluarkan dengan hasil
yang diperolehnya, sehingga timbul kepercayaan terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.
d. Memiliki perasaan yang aman dan memadai.
Individu yang tidak lagi dihantui oleh rasa cemas ataupun ketakutan dalam hidupnya serta tidak mudah dikecewakan oleh keadaan sekitarnya.
Perasaan aman mengandung arti pula bahwa orang terseut mempunyai harga diri yang mantap, tidak lagi merasa terancam dirinya oleh lingkungan
dimana ia berasa, dapat menaruh kepercayaan terhadap lingkungan dan dapat menerima kenyataan terhadap keterbatasan maupun kekurangan-
kekurangan dan lingkungannya. e.
Rasa hormat pada manusia dan mampu bertindak toleran. Karakteristik ini ditandai oleh adanya pengertian dan penerimaan keadaan
diluar dirinya walaupun sebenarnya kurang sesuai dengan harapan atau keinginannya.
f. Terbuka dan sanggup menerima umpan balik.
Karakteristik ini ditandai oleh kemampuan bersikap dan berbicara atas dasar kenyataan sebenarnya, ada kemauan belajar dari keadaan sekitarnya,
khususnya belajar mengenai reaksi orang lain terhadap perilakunya. g.
Memiliki kestabilan psikologis terutama kestabilan emosi.
25 Hal ini tercermin dalam memelihara tata hubungan dengan orang lain,
yakni tata hubungan yang hangat penuh perasaan, mempunyai pengertian yang dalam dan sikapnya wajar.
h. Mampu bertindak sesuai dengan norma yang berlaku.
Individu diharapkan selaras dengan hak dan kewajibannya, sehingga bertindak dengan norma yang berlaku.
i. Individu mampu mematuhi dan melaksanakan norma yag berlaku. Individu
mematuhi dan melaksanakan norma tanpa adanya paksaan dalam setiap perilakunya. Sikap dan perilaunya selalu didasarkan atas kesadaran akan
kebutuhan norma, dan atas keinsyafan sendiri. Dapat disimpulkan dimensi penyesuaian diri menurut Sugeng Haryadi
terdapat sembilan dimensi yaitu kemampuan menerima dan memahami diri sebagaimana adanya, kemampuan menerima dan menilai kenyataan
lingkungan di luar dirinya secara objektif, kemampuan bertindak sesuai dengan potensi, memiliki perasaan yang aman dan memadai, rasa hormat pada
manusia dan mampu bertindak toleran, terbuka dan sanggup menerima umpan balik, memiliki kestabilan psikologis terutama kestabilan emosi, mampu
bertindak sesuai dengan norma yang berlaku, individu mampu mematuhi dan melaksanakan norma yang berlaku. Setiap individu memiliki kemampuan
masing-masing dalam menyesuaikan diri baik dalam menerima dan memahami diri, menilai kenyataan lingkungan disekitarnya, bertindak sesuai dengan
potensi serta memiliki perasaan aman dan mempunyai rasa hormat terhadap manusia sehingga sanggup menerima umpan balik agar memiliki kestabilan
psikologis terutama ketabilan emosi maka dari itu mampu bertindak sesuai
26 norma yang berlaku dan individu mampu melaksanakan norma yang berlaku
tersebut. Sementara itu menurut Fahmy dalam Yuyuk Neni Yuniarti 2009: 31
mengungkapkan bahwa ada dua dimensi penyesuaian diri yaitu sebagai berikut.
a. Penyesuaian pribadi Kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga
tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa
kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan
tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggung jawab, dongkol, kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya
ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan
terhadap nasib yang dialaminya. Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan
keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya gap antara individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungan.
Gap
inilah yang menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam
rasa takut dan kecemasan, sehingga untuk meredakannya individu harus melakukan penyesuaian diri.
b. Penyesuaian sosial
27 Setiap individu hidup di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat
tersebut terdapat proses saling mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai
dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-
hari. Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan
sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di
sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum.
Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan dampak bagi komunitas. Individu menyerap berbagai
informasi, budaya dan adat istiadat yang ada, sementara komunitas masyarakat diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh sang
individu. Apa yang diserap atau dipelajari individu dalam proses interaksi dengan masyarakat masih belum cukup untuk menyempurnakan
penyesuaian sosial yang memungkinkan individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial dengan cukup baik. Proses berikutnya yang
harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma-norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. Setiap
masyarakat biasanya memiliki aturan yang tersusun dengan sejumlah ketentuan dan norma atau nilai-nilai tertentu yang mengatur hubungan
individu dengan kelompok. Dalam proses penyesuaian sosial individu
28 mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut
lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok.
Dapat disimpulkan dimensi penyesuaian diri menurut Fahmy yaitu penyesuaian diri pribadi dan penyesuaian diri sosial, dalam penyesuaian
diri ini individu memiliki kemampuan untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan
lingkungan karena setiap individu hidup bermasyarakat dan berbagai budaya yang akan dihadapi sehingga individu mampu memahami
penyesuaian tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas, dimensi yang akan digunakan dalam
penelitian ini mengacu pada dimensi penyesuaian diri yang dikemukakan oleh Fahmy, karena dimensi ini telah mewakili dari beberapa dimensi
sebelumnya. Dimensi penyesuaian diri memiliki dua komponen yaitu penyesuaian diri pribadi dan penyesuaian diri sosial.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri