Hubungan antara Keterbukaan Diri

42

D. Hubungan antara Keterbukaan Diri

Self Disclouser dengan Penyesuaian Diri Pada masa perkembangan, mahasiswa yang bersekolah di perguruan tinggi termasuk dalam kategori masa dewasa dini, apabila dlihat dari umurnya yang berkisar antara 18 sampai 25 tahun. Pada masa dewasa dini terdapat berbagai macam penyesuaian dan konflik yang terjadi, hal ini disebabkan karena masa dewasa dini merupakan masa peralihan individu dari masa remaja ke masa dewasa terhadap pola-pola kehidupan baru serta harapan sosial. Tentu dalam proses ini seorang individu dituntut untuk melakukan berbagai penyesuaian terkait dengan masa pengaturan, usia reproduktif, masa bermasalah, masa ketegangan emosi, masa keterasingan sosial, masa komitmen, masa ketergantungan, masa perubahan nilai, masa penyensuaian diri dengan cara hidup baru dan masa kreatif. Selain itu pada masa dewasa dini tersebut membutuhkan orang lain agar dapat tetap berkomunikasi, apabila seorang individu berada di suatu lingkungan baru maka individu tersebut harus mampu bersosialisasi atau berbaur satu sama lain. Oleh sebab itu sebelum terjadi komunikasi maka individu tersebut harus membuka diri agar dapat berinteraksi sehingga dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan baru. Banyak hal yang akan timbul akibat dari kurangnya keterbukaan diri dan penyesuaian diri, seperti fenomena yang terjadi pada mahasiswa Riau di Yogyakarta yaitu masih terbiasa dengan budaya asal sehingga untuk membuka diri di lingkungan baru mengalami kesulitan dan membutuhkan waktu untuk membiasakan diri baik dari komunikasi, tingkah laku, kebiasaan maupun budaya di kota Yogyakarta. 43 Menurut Burhan Bungin 2006: 266 di dalam kehidupan masyarakat sehari- hari, hubungan antar pribadi memainkan peran penting dalam membentuk kehidupan masyarakat, terutama ketika hubungan antar pribadi itu mampu memberi dorongan kepada orang tertentu yang berhubungan dengan perasaan, pemahaman informasi, dukungan, dan berbagai bentuk komunikasi yang memengaruhi citra diri orang serta membantu orang untuk memahami harapan- harapan orang lain. Adapun salah satunya proses keterbukaan diri self disclosure adalah kemampuan individu untuk mengungkapkan informasi tentang diri sendiri yang bersifat deskriptif dan evaluatif kepada orang lain agar terjalin keakraban. Keterbukaan diri merupakan kebutuhan seseorang sebagai jalan keluar atas tekanan-tekanan yang terjadi pada dirinya. Selain itu Muhammad Budyatna dan Leila Mona Ganiem 2011: 40 sebagaimana orang berinteraksi dalam hubungan, mereka akan terlibat ada tingkat tertentu pada pengungkapan terhadap satu sama lain dan mereka juga akan memberikan sejumlah umpan balik terhadap satu sama lain. Hal tersebut menjelaskan bahwa, antara keterbukaan diri self disclosure dan penyesuaian diri memiliki hubungan yang saling berkesinambungan, salah satu hal yang mempengaruhi keterbukaan diri self disclosure adalah resiporitas yaitu apabila individu membuka diri maka individu lainnya juga akan membuka diri begitu sebaliknya, maka dari itu dapat terjadi interaksi dan dapat menyesuaikan diri. Seperti halnya penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kornelia Tantri Yulia 2012 menunjukan bahwa adanya beragam respon psikologis yang berbeda dialami oleh mahasiswa Dayak dalam menyesuaikan diri terhadap budaya Yogyakarta. Dalam aspek kognitif subyek telah berusaha menyesuaikan diri 44 dengan budaya Yogyakarta serta secara individu subyek mendekatkan diri dengan warga sekitar dan berteman dengan penduduk asli Yogyakarta. Sedangkan dalam faktor afektif adanya perubahan perasaan yang dialami mahasiswa dayak kanayatn terhadap budaya Yogyakarta, dari yang mulanya merasa asing namun lama kelamaan merasa nyaman berada di Yogyakarta. Selanjutnya penelitian Ginau Anissa Rahmadhaningrum, 2013: 8 menyebutkan bahwa keterbukaan diri sangat penting dalam hubungan sosial dengan orang lain. Individu yang mampu dalam keterbukaan diri akan dapat mengungkapkan diri secara tepat, terbukti mampu menyesuaikan diri, lebih percaya diri sendiri, lebih kompeten, dapat diandalkan, lebih mampu bersikap positif, percaya terhadap orang lain, lebih objektif dan terbuka. Sebaliknya individu yang kurang mampu dalam keterbukaan diri terbukti tidak mampu menyesuaikan diri, kurang percaya diri, timbul perasaan takut, cemas, merasa rendah diri dan tertutup. Berkaitan dengan kemungkinan adanya hubungan antara keterbukaan diri self disclosure dengan penyesuaian diri, maka dapat dikatakan bahwa apabila individu memiliki keterbukaan diri yang baik maka penyesuaian diri yang dimiliki individu akan baik pula. Jika semakin tinggi tingkat keterbukaan diri self disclosure , maka penyesuaian diri individu semakin tinggi. 45

E. Paradigma Penelitian