13 dihadapi oleh individu dan memberikan informasi yang terdapat dalam diri
orang yang bersangkutan. Berdasarkan uraian beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa keterbukaan
diri merupakan
kemampuan individu
untuk mengungkapkan informasi tentang diri individu tersebut yang bersifat
deskriptif dan evaluatif seperti sikap, perilaku perasaan, keinginan yang terdapat dalam diri yang bersangkutan agar dapat di informasikan kepada
orang lain agar terjalin keakraban.
2. Dimensi Keterbukaan Diri
Richard West Lynn H. Turner dalam Hamdan Juwaeni, 2009 mengemukakan beberapa dimensi dalam keterbukaan diri sebagai berikut.
a. Keluasan
breadth
Mengacu kepada macam topik yang didiskusikan dalam suatu hubungan. Keluasan mengacu pada banyaknya jenis informasi yang dapat
diketahui oleh orang lain dalam pengembangan hubungan. b.
Waktu keluasan
breadth time
Berhubungan dengan jumlah waktu yang dihabiskan oleh pasangan dalam berkomunikasi satu sama lainnya mengenai berbagai macam topik.
Waktu yang digunakan dengan seseorang akan cenderung meningkatkan kemungkinan terjadinya keterbukaan diri. Pemilihan waktu yang tepat
sangat penting untuk menentukan apakah seseorang dapat terbuka atau tidak. Dalam keterbukaan diri individu perlu memperhatikan kondisi orang
lain. Bila waktunya kurang tepat yaitu kondisinya lelah serta dalam keadaan
14 sedih maka orang tersebut cenderung kurang terbuka dengan orang lain.
Sedangkan waktu yang tepat yaitu bahagia atau senang maka ia cenderung untuk terbuka dengan orang lain.
c. Kedalaman
depth
Merujuk pada tingkat keintiman yang mengarahkan diskusi mengenai suatu topik. Menurut Pearson, kedalaman keterbukaan terbagi atas dua
dimensi yakni keterbukaan diri yang dangkal dan yang dalam. Keterbukaan diri yang dangkal biasanya diungkapkan kepada orang yang baru dikenal.
Kepada orang tersebut biasanya diceritakan aspek-aspek geografis tentang diri misalnya nama, daerah asal dan alamat. Keterbukaan diri yang dalam,
diceritakan kepada orang-orang yang memiliki keadekatan hubungan
intimacy
. Dapat disimpulkan menurut Richard West Lynn H. Tunner dalam
Hamdan Juwaeni, 2009 ada tiga dimensi keterbukaan diri yaitu keluasaan
breadth
, waktu keluasan
breadth time
dan kedalaman
depth
. Dimensi ini mengacu pada keluasan pada banyaknya jenis informasi yang dapat
diketahui orang lain serta berhubungan dengan waktu yang dihabiskan dalam berkomunikasi satu sama lain mengenai berbagai macam topik
sehingga kedalaman keterbukaan memiliki dua macam yaitu keterbukaan diri yang dangkal dan yang dalam.
Sementara itu, Menurut Brooks Emmert Jalaluddin Rakhmat, 2011: 134 mengemukakan dimensi keterbukaan diri sebagai berikut.
a. Menilai pesan secara objektif dengan menggunakan data dan logika.
15 Lebih mengutamakan pesan yang objektif dan didukung dengan cukup
bukti, logis, dan data-data yang akurat. Orang yang terbuka mengesampingkan pesan berdasarkan motif pribadi yang selalu melihat
sejauh mana proposisi itu sesuai dengan dirinya. b.
Mampu membedakan dan melihat nuansa dengan mudah. Orang terbuka lebih dapat membedakan dan melihat suasana atau nuansa
dengan mudah, sehingga dapat menyesuaikan diri dalam segala hal. Lebih memandang dunia secara universal bukan melihat dari kacamata hitam dan
putih. c.
Lebih menekankan pada isi. Bagi orang terbuka yang paling penting adalah apa yang dibicarakan
bukan siapa yang berbicara. Selain itu, tidak terikat pada otoritas yang mutlak sehingga tidak cenderung cemas dalam setiap tindakan.
d. Berusaha mencari informasi dari sumber lain.
Orang terbuka lebih dapat menerima dan mencari sumber informasi untuk dirinya dari berbagai pihak.
e. Bersifat provisional dan berusaha mencari informasi serta bersedia
mengubah keyakinan jika tidak sesuai dengan keadaan. Artinya bersikap tentatif dan berpikiran terbuka serta bersedia mendengar
pandangan yang berlawanan dan bersedia mengubah posisi jika keadaan mengharuskan.
16 f.
Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaannya.
Bersikap terbuka terhadap perbedaan diantara orang lain dan dapat hidup dalam suasana yang konsisten maupun inkonsisten. Dapat menerima
informasi dan pesan sekalipun tidak sesuai dengan kepercayaan dan tidak menghindari kontradiksi. Selain itu dapat bersikap terbuka terhadap
perbedaan nilai, kepercayaan, sikap, dan perilaku. Dapat disimpulkan menurut Brooks Emmert Jalaluddin Rakhmat,
2011: 134 terdapat enam dimensi keterbukaan diri yaitu menilai pesan secara objektif dengan menggunakan data dan logika, mampu
membedakan dan melihat nuansa dengan mudah, lebih menekankan pada isi, berusaha mencari informasi dari sumber lain, bersifat provisional dan
berusaha mencari informasi serta bersedia mengubah keyakinan jika tidak sesuai dengan keadaan dan yang terakhir mencari pengertian pesan yang
tidak sesuai
dengan rangkaian
kepercayaannya. Dimensi
ini mengutamakan pesan yang objektif sehingga dapat menyesuaikan diri
dalam segala hal dan apa yang dibicarakan bukan siapa yang berbicara, bersifat provisional dalam mencari informasi dan mencari pengertian
pesan yang tidak sesuai. Menurut Pearson Ruth Permatasari Novianna, 2012: 4 dimensi
keterbukaan diri yaitu: a.
Jumlah informasi yang diungkapkan Keterbukaan diri dan jumlah informasi berkaitan dengan seberapa banyak
informasi yang diungkapkan oleh individu.
17 b.
Sifat dasar yang positif dan negative Sifat dasar yang positif dan negatif menyangkut bagaimana individu
mengungkapkan diri mengenai hal-hal positif dan negative mengenai dirinya karena individu dapat memuji atau bahkan menjelek-jelekan
dirinya sendiri.
c.
Dalamnya suatu pengungkapan diri Dalamnya pengungkapan diri, menyangkut seberapa banyak dan detail
informasi yang diungkapkan oleh individu karena individu dapat mengungkapkan dirinya secara umum maupun secara mendetail.
d. Waktu pengungkapan diri
Waktu pengungkapan diri berhubungan dengan berapa lama waktu yang relatif lama. Selain itu, kondisi yang sepi atau ramai dapat mempengaruhi
individu dalam membuka diri. e.
Lawan bicara Lawan bicara merupakan individu yang akan dituju untuk melakukan
keterbukaan diri. Biasanya orang-orang yang terdekat seperti kepada orangtua, teman, pacar, sahabat, keluarga dan guru. Selain itu jenis
kelamin terhadap lawan bicara juga mempengaruhi keterbukan individu. Dapat disimpulkan dimensi keterbukaan diri menurut Pearson Ruth
Permatasari Novianna, 2012: 4 terdapat lima dimensi yaitu jumlah informasi yang diungkapkan, sifat dasar yang positif dan negative, dalamnya suatu
pengungkapan diri, waktu pengungkapan diri dan lawan bicara. Dimensi ini keterbukaan diri juga berpengaruh pada lawan bicara individu seperti jenis
kelamin dan kepada siapa seorang individu berkomunikasi.
18 Berdasarkan penjelasan di atas, dimensi yang akan digunakan dalam
penelitian ini mengacu pada dimensi keterbukaan diri yang dikemukakan oleh Pearson Ruth Permatasari, karena dimensi ini telah mewakili dari beberapa
dimensi sebelumnya. Dimensi keterbukaan diri memiliki lima komponen yakni jumlah informasi yang diungkapkan, sifat dasar yang positif dan negatif,
dalamnya suatu pengungkapan diri, waktu pengungkapan diri dan lawan bicara. Akan tetapi dalam penelitian ini peniliti hanya berfokus pada empat
aspek yakni jumlah informasi yang diungkapkan, dalamnya suatu pengungkapan diri, waktu pengungkapan diri dan lawan bicara.
3. Fungsi Keterbukaan Diri