Keabsahan Data METODE PENELITIAN

68 pembagian kelas bagi siswa sekolah tersebut menggunakan sistem kesamaan kelainan.Ada juga dalam satu kelas terdapat dua jenis kelainan misalnya siswa tunanetra digabung dengan siswa kelas 1 kelas rendah. Hal tersebut didasarkan pada kondisi siswa tunanetra yang mengalami gangguan intelegensi dan keterbatasan jumlah pendidik. Ruangan lain terdiri dari ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang tata usaha, ruang keterampilan komputer, dapur, kamar mandi siswa dan guru, halaman depan yang luas serta tempat parkir berada di sebuah tanah kosong depan sekolah. 2. Setting Penelitian Kegiatan belajar mengajar, baik kegiatan menulis maupun kegiatan belajar lainnya dilakukan didalam kelas. Hal yang sangat menarik yakni pada pembelajaran menulis, guru melakukan setting kelas.Setting kelas yang dimaksud yakni dengan mengatur ruangan menjadi empat bagian ruangan.Empat bagian ruangan tersebut dipisahkan oleh sekat papan. Ruangan kelas tersebut dibagi menjadi ruangan untuk siswa Autis kelas IV SD dan siswa autis kelas I SMP, untuk siswa Autis kelas VI SD, untuk ruangan bermain musik dan ruangan kelas bersama ukurannya lebih besar ditata tanpa meja dan kursi hanya ada alas karpet untuk kegiatan bersama seperti makan, berdoa, bermain, bina diri dan kegiatan lainnya. Kondisi kelas dibagi menjadi empat ruangan kelas dengan jumlah 5 siswa autis.Didalam kelas tersebut, siswa autis kelas VI yang merupakan subjek dalam penelitian. Ruangan untuk kegiatan belajar mengajar tersebut diatur sedemikian rupa, sesuai dengan kondisi siswanya yang dilengkapi dengan beberapa perabot seperti, meja, kursi dan media-media pembelajaran. Keadaan kelas dengan ruang kelas yang tidak begitu luas, tetapi ruangannya cukup terang karena terkena sinar 69 matahari. Letak kelas yang bersebelahan dengan TK membuat kelas ini jadi tidak kondusif dan berisik oleh siswa-siswa TK yang ada di belakang SLB sehingga mengganggu konsentrasi siswa-siswa autis ketika sedang beraktivitas didalam kelas. 3. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa autis yang merupakan siswa di SLB Ma’arif Bantul, berikut dapat dijelaskan mengenai subjek penelitian: a. Subjek Siswa I 1 Identitas Subjek I berinisial BK. Jenis kelamin laki-laki berumur 15 tahun dan beralamat di Bantul. Subjek merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Orangtua subjek I berinisial E, dengan pekerjaan wiraswasta dan beragama islam. 2 Riwayat pendidikan subjek BK adalah siswa pindahan pada tingkat sekolah dasar kelas III dan saat ini duduk dikelas VI, BK tercatat sebagai siswa pindahan dari SLB khusus Autis Bina Anggita Yogyakarta.Awalnya BK mengenyam pendidikannya di Sekolah khusus Autis sampai kelas III, namun karena jarak yang jauh akhirnya BK dipindahkan di SLB Ma’arif yang lokasinya lebih dekat dari rumahnya.Dalam riwayat pendidikannya, BK termasuk siswa yang mampu mengikuti pembelajaran di sekolah dengan baik.Selain itu, BK juga rajin masuk sekolah serta mengikuti berbagai kegiatan yang ada di sekolah. Selama sekolah di SLB Ma’arif, BK belum pernah tinggal kelas. Pada usianya yang sekarang sudah remaja, orangtua mengharapkan anaknya dapat mandiri dan dapat melanjutkan sekolah pada jenjang selanjutnya, dengan 70 harapan lebih banyak diberikan program-program fungsional seperti pembelajaran akademik sehingga anak memiliki kemampuan yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari. 3 Karakteristik fisik Secara karakteristik fisik, BK termasuk siswa yang normal dengan tubuh yang tinggi dan berat badan yang ideal, hanya pada jari manis pada tangan kirinya mengalami kelainan, yaitu hanya tumbuh setengah. BK memiliki kemampuan motorik kasar yang baik, tetapi motorik halusnya kurang baik. 4 Kemampuan menulis Kemampuan menulis yang dimiliki BK baru tahap menebalkan dan meniru, tetapi BK sudah dapat melabel nama-nama abjad dan angka. Dalam tahap menebalkan huruf, tulisan BK masih terlihat belum rapi, hal ini terlihat dari penekanan pensil yang belum benar, dan dalam memegang pensil yang tidak luwes. Jika dalam tahap meniru, tulisan BK masih sangat berantakan karena hurufnya sebagian belum membentuk huruf yang sama dengan contohnya. 5 Kemampuan komunikasi dan interaksi social Kemampuan komunikasi yang dimiliki BK cukup baik.BK mampu diajak berkomunikasi secara dua arah dengan menggunakan bahasa percakapan sehari-hari yaitu bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Jika diajak berkomunikasi BK sering mengulang-ulang pertanyaan guru dan sering menirukan guru ketika memberikan pembelajaran. BK sering sekali mempraktekkan cara mengajar gurunya kepada OZ salah seorang siswa yang memiliki kelainan autis juga. Kemampuan interaksi sosial BK sedikit mengalami masalah karena BK lebih senang menyendiri didalam kelasdan