Untuk mendukung peraturan tingkat nasional tersebut, di tingkat daerah diterbitkan peraturan daerah mengenai Penanggulangan Bencana di Daerah dan
Pembentukan BPBD. Selain itu di tingkat daerah pengaturan mengenai penanggulangan bencana muncul dalam bentuk Peraturan Gubernur, Bupati atau
Walikota.
1.6.4.1 Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD
Menurut Peraturan Presiden No. 83 Tahun 2005, Pemerintah bekerja sama dengan Bakornas Badan Koordinasi Nasional, Satkorlak Satuan Koordinasi
Pelaksana dan Satlak Satuan Pelaksana dalam menanggulangi setiap bencana yang terjadi di Indonesia. Namun dengan adanya Undang-Undang No. 24 Tahun
2007, penanggulangan bencana di Indonesia dilakukan oleh BNPB Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah
BPBD. BPBD diakses melalui http:bpbd.sumutprov.go.idtupoksi.php adalah badan koordinasi yang dipakai BNPB untuk memudahkan melakukan
penanggulangan bencana di daerah. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sumatera Utara mempunyai tugas pokok membantu dan memberikan
dukungan teknis administrasi dan operasional di bidang kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan pasca bencana. Adapun fungsi dari Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Provinsi Sumatera Utara adalah : 1.
Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan
efisien 2.
Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh
Universitas Sumatera Utara
3. Pemantauan dan mengevaluasi penyelenggaraan penanggulangan bencana
daerah 4.
Pelaksanaan pelayanan administrasi internal dan eksternal Saat ini BPBD telah ada pada hampir semua kabupatenkota di Sumatera
Utara kecuali di kabupaten Deli Serdang, Karo dan Padang Sidempuan. Namun sampai saat ini belum terdapat BPBD di Deli Serdang sehingga proses
penanggulangan bencana dilakukan melalui Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Bakesbangpol-Linmas yang akan mengkoordinir
dinas-dinas yang terkait seperti Dinas Sosial.
1.6.4.2 Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Bakesbangpol-Linmas
Berdasarkan Permendagri Nomor 39 Tahun 2011 sebagai perubahan atas Permendagri Nomor 44 Tahun 2009 yang intinya mengamanahkan kepada
pemerintah daerah dapat melakukan kerjasama program dengan ormas dan lembaga nirlaba lainnya dalam bidang kesatuan bangsa dan politik dalam negeri.
Tugas badan ini adalah untuk optimalisasi pembentukan karakter nation building, penguatan cinta tanah air, revitalisasi nilai-nilai patriotism dan
nasionalisme, memperkokoh jati diri dan daya saing bangsa. Adapun yang menjadi visi dari badan ini adalah “Terwujudnya Persatuan
dan Kesatuan Bangsa, Politik serta Perlindungan Masyarakat Provinsi Sumatera Utara yang demokratis, dinamis dan tentram melalui penguatan institusi dan
peningkatan koordinasi”. Dimana misi yang diangkat adalah: 1.
Meningkatkan wawasan kebangsaan masyarakat Sumatera Utara untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan;
Universitas Sumatera Utara
2. Mendorong peningkatan situasi dan kondisi aman, tentram, dan tertib
dalam kehidupan masyarakat di Sumatera Utara; 3.
Mendorong peningkatan peran supra dan infrastruktur politik dalam pembangunan demokrasi;
4. Meningkatkan kemampuan Aparatur Pemerintah, satuan linmas dan
masyarakat dalam Penanganan ketentraman berbasis masyarakat. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik memiliki 4 bidang yaitu bidang
ideology dan kewaspadaan bangsa, bidang pembinaan kewaspadaan nasional, bidang pembinaan politik dalam negeri dan bidang perlindungan masyarakat.
Untuk menjalankan fungsi koordinir penanggulangan bencana dikerjakan oleh bidang perlindungan masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari gambar berikut
ini:
Gambar 1.5 Struktur Organisasi Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan
Masyarakat
Sumber:http:bakesbang.provsu.go.id
Universitas Sumatera Utara
1.7 Definisi Konsep
Konsep merupakan istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu kejadian, keadaan, kelompok atau individu
yang menjadi pusat penelitian ilmu sosial. Melalui konsep kemudian peneliti diharapkan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan suatu
istilah untuk beberapa kejadian yang berkaitan dengan yang lainnya Singarimbun, 1995:33.
Untuk dapat menemukan batasan yang lebih jelas maka dapat menyerdehanakan pemikiran atas masalah yang sedang penulis teliti, maka
peneliti mengemukakan konsep antara lain: 1.
Implementasi kebijakan adalah proses untuk melaksanakan kebijakan yang membutuhkan koordinasi sumber daya yang terlibat dan masyarakat
supaya mencapai hasil yang diharapkan. 2.
Penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,
termasuk kegiatan prabencana, tanggap darurat dan pascabencana. 3.
Bencana puting beliung adalah bencana alam berupa angin yang berputar dengan kecepatan lebih dari 60-90 kmjam yang berlangsung 5-10 menit
akibat adanya perbedaan tekanan sangat besar dalam area skala sangat lokal yang terjadi di bawah atau di sekitar awan Cumulonimbus Cb.
Puting beliung dikategorikan sebagai angin topan dalam Undang-undang No. 24 Tahun 2007 dikarenakan angin topan dan angin puting beliung
memiliki definisi yang sama namun angin topan memiliki kecepatan dan dampak yang lebih besar.
Universitas Sumatera Utara