102
b. Ketrampilan dan Kegiatan Usaha oleh Warga Belajar
Proses pembelajaran keaksaraan usaha mandiri yang didalamnya mencakup proses pembelajaran keaksaraan yang terintegrasi dengan pembelajaran
kewairausahaan, parktek langsung kewirausahaan itu dilaksanakan melalui inkubator bisnis yang dibentuk dan yang dikemudian diharapkan berkembang
menjadi sentra kewirausahaan memerlukan pendampingan yang terencana program dan kegiatannya, terlaksana prosesnya, terukur keluarannya sehingga
tujuan-tujuan yang diharapkan dapat tercapai yaitu terbentuknya wirausaha- wirausaha baru.
Kondisi yang ada di lapangan tidak seperti apa yang diharapkan karena, setelah warga belajar lulus dan mendapatkan Ijasah SUKMA kegiatan usaha yang
dirintis ketika masih dalam proses pembelajaran tidak dilanjutkan kembali, karena terhalang dana yang tidak ada bahkan keseharian mereka juga kembali menjadi
buruh pemetik melati. Perintisan usaha yang diharapkan oleh PKBM untuk tetap berkembang dan semakin maju justru tidak ada keberlanjutan lagi, dan semua
karena adanya keterbatasan dana yang dimiliki serta kesadaran masyarakat tentang usaha mandiri. Masyarakat cenderung lebih nyaman dengan pekerjaanya
dan takut untuk mengembangkan produk usahanya kepasaranan yang lebih luas serta diberatkan dengan sejumlah modal yang tidak ada. Jumlah uang sebagai
modal usaha yang diberikan kepada warga belajar semua sama rata, tetapi persoalannya sekarang itu apakah modal awal untuk berusaha itu akan tetap
bertahan dimiliki dan bahkan bertambah atau bahkan justru sedikit demi sedikit habis karena kegiatan usaha yang dilakukan tidak berjalan dan menghasilkan
103 keuntungan, itu semua kembali lagi tergantung bagaimana warga belajar dan
kelompok usahanya memenejemen keuangan tersebut supaya tetap bisa mempertahankan usahanya, walaupun tanpa adanya pendampingan dari
penyelenggara. Seperti yang diungkapkan “UM” :
“Usaha mandiri yang dibentuk saya dan warga belajar sudah tidak berjalan sebaik dulu ketika masih ada pembelajaran, maklum mba terhalang dana
dan kesibukan masing-masing. Kami memproduksi hanya ketika ada pesanan untuk hajatan atau tamu saja, berbeda dengan dulu kami hampir
setiap minggu memproduksi dan menjual kewarung-warung tetangga”. CW IV: UM
Hal serupa juga dipaparkan oleh “NK” salah satu warga belajar KUM, sebagai berikut :
“tidak ada kelanjutannya mbak, kita semua sudah sibuk masing-masing dengan pekerjaan dan kegiatannya. Paling kalau bu UM ada pesanan baru
kita bisa membuat mbak, kalau mau buat sendiri ya sedikit buat cemilan dirumah saja”. CW VI: NK
Usaha yang dirintis tidak bisa selamanya berjalan dan berkembang tanpa adanya modal dan kemampuan untuk mandiri dan berani berkembang dari
masing-masing individu. Ketidakberdayaan warga belajar dalam mengembangkan usahanya, bukan menjadi masalah yang serius ketika melihat kondisi yang ada
pasca program keaksaraan usaha mandiri pada warga belajar. Penguatan kemampuan keberaksaraan dalam pembelajaran keaksaraan usaha mandiri
membantu warga belajar dalam mengubah kehidupannya saat ini. Masyarakat yang menjadi warga belajar pasca program keaksaraan usaha mandiri KUM
salah satunya adalah “MS”, ia memiliki ketrampilan yang fungsional terhadap tujuan hidup, yaitu untuk meningkatkan kualitas hidup diri sendiri, keluarga dan
104 lingkungannya. Hal ini menunjukan bahwa “MS” keadaan ekonominya lebih baik
dari sebelum mengikuti program KUM, adanya pemasukan pendapatan yang lebih untuk memenuhi kebutuhan. “MS” mengakui, keberaniannya membuka warung
karena ia telah memiliki kemampuan aksara yaitu membaca, menulis, dan berhitung. Kemampuan aksara yang ia miliki membantu ia untuk mengorganisir
warung dengan baik, seperti menentukan harga jual dan menghitung keuntungan yang telah diraih.
“yaah Alhamdulliah kalau dihitung-hitung penghasilan saya diwarung lebih banyak mbak bisa kadang 550 ribu sekarang tidap bulannya
dibandingkan dulu waktu masih jadi buruh, walaupun tidak seberapa tapi jadi lebih hemat juga”. CW IV: MS
Pendapat MS dipertegas juga oleh “NK”, berikut : “Alhamdulillah mbak, semenjak ikut KUM saya bisa bekerja dan
berpenghasilan sendiri sekarang lebih baik ada 600 ribuan mbak 1 bulannya belum termasuk lembur”. CW IV: NK
Di sisi lain, MS juga mengatakan bahwa kemampuan aksara yang ia miliki membantu hasil pertanian suaminya. Hal tersebut dikarenakan dengan
kemampuan membaca, ia dapat membantu suaminya memilih pupuk dan bibit yang bagus atau berkualitas untuk pertaniannya, sehingga hasil panennya pun
memuaskan, dengan hasil panen yang bagus otomatis pendapatan juga bertambah. Tidak semua lulusan keaksaraan usaha mandiri setelah lulus mendapatkan
posisi yang baik dalam kehidupan sehari-hari baik pekerjaan maupun memenuhi kebutuhan, semua itu tergantung dari masing-masing individu dalam menerapkan
kemampuan dan kompetensi yang mereka miliki baik itu calistung maupun
105 berwirausaha sebagai bekal melanjutkan kehidupan menjadi lebih layak atau
menjadi lebih berdaya dan mandiri.
5. Dampak Program Keaksaraan Usaha Mandiri terhadap Peningkatan Pendapatan Warga Belajar
Penghasilan para buruh pemetik melati sangat tergantung pada banyaknya bunga melati yang diperoleh, harga bunga melati, dan musim. Beberapa kondisi,
yaitu keadaan harga melati yang dikendalikan oleh pasar dan rentannya hasil yang diperoleh terhadap perubahan musim mengharuskan buruh melati untuk mampu
melakukan adaptasi agar kebutuhan rumah tangga dapat terpenuhi, termasuk pemenuhan kebutuhan untuk anak-anak seperti pendidikan dan kesehatan.
Kondisi tersebut bukan semata-mata karena ketidakberuntungan mereka dalam mendapatkan pekerjaan tetapi juga karena ketidakmampuan warga belajar dalam
memanfaatkan keterampilan yang telah diberikan program KUM untuk meningkatkan ekonomi mereka. Tidak terpakainya keterampilan yang sudah
diberikan karena beberapa faktor, diantaranya adalah tidak adanya modal untuk mengembangkan usaha yang pernah dibentuknya sewaktu KUM yaitu “kripik
mujair”, tidak mengerti produknya harus dijual kepada siapa, dan sibuknya pekerjaan domestik yang menyebabkan mereka tidak ada banyak waktu untuk
memulai usaha, seperti yang dikemukakan salah satu warga belajar “NK” sebagai berikut:
“yaah kalau kendala itu mbak, ibu-ibu yang lain pada sibuk masing- masing. Kalau saya kan kerja dipabrik jadi kadang waknya habis
dikerjaan. Selain itu juga tidak ada modal, jadi lebih baik saya konsentrasi dengan bekerja”. CW VI: NK
Hal serupa juga dipaparkan oleh “TK” :