Faktor-faktor Penghambat Program Keaksaraan Usaha Mandiri Di PKBM Handayani
100 yang sifatnya sementara sampai waktu pertemuan yang sesuai Juknis habis atau
terpakai semua. Seperti yang diungkapkan “S” : “Rencana itu ada, tapi dapat dikatakan kalau setiap program yang kami
selenggarakan hanya sekedar terbatas hingga evaluasi, untuk program pendampingan itu sendiri belum ada programnya dari Dikmas. Belum
adanya dana tersendiri untuk program kelanjutan, jadi tergantung dari masyarakatnya atau para sukarelawan sosial apakah ada yang mau untuk
mendampingi atau tidak. Selama ini dari pihak kami sendiri belum ada program pendampingan, hanya sekedar berkunjung dan memasarkan
produk kepasaran luas, itupun kalau produksinya masih berjalan mbak ”. CW II: S
Hal serupa juga dipaparkan oleh “FF” : “kalau untuk rencana pendampingan itu sendiri selalu ada rencana
kedepan, tetapi yang menjadi permasalahnya itu terhambaut pada dana, karena unutk pendampingan sendiri membutuhkan dana yang lebih banyak
mbak..”. CW II: FF
Meskipun mereka sudah memilki kemampuan calistung, namun mereka tidak selalu menggunakan kemampuan calistungnya. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan waktu yang dimiliki mereka untuk belajar, mereka lebih banyak menghabiskan waktu mereka untuk bekerja sebagai petani. Meskipun demikian
sesekali mereka juga memanfaatkan kemampuan calistung yang mereka miliki. Apabila ada waktu yang tepat dan ada event-event tertentu biasanya mereka
memanfaatkan kemampuan calistung yang mereka peroleh dari mengikuti program keaksaraan usaha mandiri di PKBM Handayani. Contoh pemanfaatan
kemampuan calistung oleh warga belajar yang paling sederhana adalah menghitung hasil memetik melati dan mencatatnya pada sebuah catatan atau nota.,
seperti yang diungkapkan oleh “SL” salah satu warga belajar keaksaraan usaha mandiri.
101 “yaah..sudah mbak sedikit-dikit untung menghitung hasil memetik bunga. .
Saya tulis di catatan kecil setiap harinya”. CW V: SL
Warga belajar juga merasakan adanya perbedaan pada diri mereka saat sebelum dan sesudah mengikuti program keaksaraan usaha mandiri. Dulu warga
belajar belum bisa mengoperasikan HP, tidak bisa menulis dan membaca sms, membantu anaknya mengerjakan tugas rumah, mencatat hutang piutang, namun
setelah mereka belajar aksara di program keaksaraan usaha mandiri sekarang mereka sudah bisa melakukan itu semua. Selain membaca buku, mereka juga
menggunakan kemampuan calistung mereka untuk menulis sms, membaca sms, mencatat daftar belanjaan, juga membaca surat kabar atau koran, seperti yang
diutarakan oleh “RM” selaku eks warga belajar program keaksaraan usaha mandiri.
“sedikit-dikit sudah mulai untuk membaca koran kadang-kadang mantu saya yang bawa dari pasar atau sekedar hitung-hitungan dengan warung ”.
CW V: RM
Pasca program keaksaraan usaha mandiri proses belajar bagi warga belajar masih sudah tidak lagi berlanjut karena kesibukan meraka masing-masing sebagai
seorang buruh pemetik melati, dan buruh pabrik. Meskipun program keaksaraan usaha mandiri sudah selesai namun pertemuan antara warga belajar dengan tutor
masih tetap terjaga dengan kegiatan arisan. Kepengurusan dari kegiatan tersebut semua adalah eks warga belajar keaksaraan usaha mandiri. Karena warga belajar
diberdayakan sebagai pengurus maka akan terjadi fungsionalisasi dari kemampuan calistung yang mereka miliki, sehingga kemampuan beraksara
mereka akan selalu terjaga apabila selalu digunakan.