119 pendampingan dan bimbingan pada warga belajar, terutama dalam mempraktekan
sejumlah materi terapan. Misalnya : pelatihan membuat kripik mujair, warga belajar berusaha mengolah ikan mujair untuk bisa dijadikan kripik, dari
menyiapkan bahan olahan, cara memasak hingga membuat perincian biaya yang dikeluarga dan untung ruginya, tetapi masih dalam pendampingan tutor.
Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa pada saat pembelajaran keterampilan atau usaha mandiri warga belajar tidak hanya belajar, misalnya
bagaimana cara membuat kripik mujair, namun melalui keterampilan membuat kripik mujair tersebut warga belajar juga banyak dikenalkan dengan huruf dan
angka serta kalimat yang yang berhubungan dengan jenis keterampilan yang diikuti oleh warga belajar. Melalui pembelajaran semacam ini, tutor selalu
meminta warga belajar untuk menjelaskan bahan-bahan dan cara yang terkait dengan jenis kecakapan hidup, memenejem usaha, melakukan pemasaran dan
pengembangan usaha secara sederhana, sesuai dengan kemampuan dan kondisi warga bela ar yang berda di tengah-tengah masyarakat desa.
c. Evaluasi Program Keaksaraan Usaha Mandiri
Diakhir kegiatan pembelajaran warga belajar mengikuti program penilaian atau evaluasi hasil belajar. Evaluasi hasil belajar merupakan alat untuk melihat
kemampuan penguasaan materi oleh warga belajar, evaluasi ini dilakukan oleh tutor diakhir pembelajaran, dengan cara tutor menanyakan kembali tentang
materi-materi yang sudah diberikan kepada warga belajar. Sedangkan evaluasi program dilaksanakan untuk mengetahui hasil pelaksanaan program secara
menyeluruh yaitu dan warga belajar diberi SUKMA, kemudian warga belajar
120 yang sudah memiliki SUKMA dasar tersebut bisa di usulkan ke program lain yang
menjadi program lanjutan dari program tersebut, karena mereka sudah bermodalkan keaksaraan dasar.
Pada evaluasi hasil belajar dilakuakan dengan cara tutor memberikan soal pada warga belajar. Selain penguasaan materi calistung, ada pula penilaian atau
evaluasi terhadap hasil karya warga belajar saat belajar keterampilan atau hasil usaha mandirinya salah satunya “kripik mujair”. Setelah warga belajar mengikuti
rangkaian tes dan selesai pembelajaran warga belajar yang lulus dan memenuhi standar kelulusan maka warga berhak mendapatkan SUKMA. Warga belajar yang
sudah memiliki SUKMA dikatakan sudah melek aksara, mereka memiliki kemampuan untuk menerapkan keberaksaraanya dalam kehidupan sehari-hari,
baik dalam keluaraga, masyarakat maupun pekerjaan serta mengembnagkan usaha mandiri yang dibentuknya.
2. Kondisi Warga Belajar Pasca Program Keaksaraan Usaha Mandiri
Kondisi warga belajar pasca program keaksaraan usaha mandiri berbeda- beda satu sama lain tergantung dari pada tingkat pencapaian kompetensi pada
warga belajar. Warga belajar usia dewasa memiliki kemampuan untuk menangkap materi lebih baik apabila dibandingkan dengan warga belajar yang sudah lansia.
Warga belajar usia dewasa mampu menguasai keseluruhan dari materi yang disampaikan, berbeda dengan warga belajar yang sudah lansia yang hanya mampu
menerima materi secara parsial atau setengah-setengah. Pada warga belajar lulusan keaksaraan usaha mandiri, memiliki cara sendiri
dalam memaknai keberakasaran dan kemampuan usaha dasar yang pernah
121 didapatnya ketika mengikuti program. Ada yang menerapkannya secara terus
menerus dalam kehidupannya, sehingga terjaganya kelestarian aksara tetapi ada juga yang menggunakannya setengah-tengah karena disibukkan dengan
kegiatannya sebagai buruh tani pemetik melati. Sedangkan kelompok usaha yang dibentuknya justru tidak dapat berjalan dan berkembang karena permasalahan
modal.
a. Kemampuan Calistung oleh Warga Belajar Keaksaraan Usaha Mandiri
Setelah warga belajar selesai dari program keaksaraan usaha mandiri, kemudian warga belajar akan memperoleh SUKMA Surat Keterangan Melek
Aksara, karena sudah tidak buta huruf lagi dan agar mereka tidak menjadi buta huruf kembali, sehingga mereka melakukan penerapan kemampuan calistung
yang mereka peroleh dari program keaksaraan usaha mandiri dalam kehidupan mereka sehari-hari. Tentunya setiap warga belajar memiliki cara yang berbeda-
beda dalam memanfaatkan kemampuan calistung mereka. Warga belajar memanfaatkan kemampuan calistung yang mereka miliki
untuk menyelesaikan tugas-tugas, terutama yang berhubungan dengan kegiatan baca, tulis atau hitung. Setelah melakukan wawancara mendalam terhadap
beberapa warga belajar, ternyata banyak sekali yang mereka lakukan dengan kemampuan calistung mereka, seperti menulis catatan hasil memetik melati,
membaca koran, membaca majalah, membaca buku pelajaran, membaca undangan, membantu anaknya mengerjakan tugas sekolah. Semua aktifitas
tersebut mereka lakukan di saat mereka memiliki waktu luang, di saat memiliki banyak waktu untuk bersantai warga belajar.